Hubungan satwa/tumbuhan invasif sangat kompleks, semuanya merujuk pada prinsip dasar ekologi yaitu interaksi dan kompetisi. Â Spesies selalu berkompetisi dengan spesies lain untuk mendapatkan sumber daya sebanyak-banyaknya sehingga salah satu caranya adalah dengan tumbuh dan berkembang biak secepat mungkin. Hal ini cukup mengeliminasi spesies asli dari kompetisi memperebutkan sumber daya. Selain dengan tumbuh dan berkembang dengan cepat, mereka juga melakukan interaksi yang kompleks dengan spesies asli. Â Â
Hal yang memengaruhi kecepatan invasi suatu spesies diantaranya;  Kemampuan bereproduksi secara aseksual maupun seksual, dapat tumbuh dengan cepat, mempunyai kemampuan bereproduksi dengan cepat, mempunyai kemampuan  menyebar yang tinggi, Fenotipnya yang elastis, mampu mengubah bentuk tergantung kondisi terbaru di sekitarnya dan tentu saja mempunyai kemampuan beradaptasi (toleransi) terhadap berbagai keadaan lingkungan dan lainnya.
Perlu kehati-hatian
Tindakan mengembalikan satwa peliharaan ke alam memang baik,menunjukkan bahwa pelakunya mempunyai kesadaran dan empati terhadap hidupan liar. Â Namun tindakan tersebut tidak hanya perlu kesadaran pribadi untuk membebaskan satwa kea lam namun juga membutuhkan pengetahuan terhadap banyak aspek dalam ekosistem. Karena bisa jadi tindakan tersebut menjadi simalakama. Tidak dilepaskan kasihan terhadap burung yang terpenjara dalam sangkarnya, namun jika dilepaskan ke alam akan menjadi sebuah bencana.Â
Karenanya segala tindakan pelepasan tumbuhan/satwa liar yang bukan aselinya ke alam harus sangat hati-hati. Kesalahan tindakan pelepasan tumbuhan/satwa liar ke sebuah habitat yang bukan rumah aselinya dapat mengancam keseimbangan ekosistem. Â Alih-alih bermanfaat, pelepasan tumbuhan/satwa liar ke dalam habitat/ekosistem yang bukan rumahnya dapat berpotensi menjadi bencana.