Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Gimmick dan Sandiwara di Kampanye Kita

27 Maret 2019   11:07 Diperbarui: 27 Maret 2019   11:23 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: gosipviral.com

Masih ingat mahasiswi Tiffany yang 'nembak' Sandi untuk jadi istri kedua pada saat kampanye di Jogyakarta?. 

Momen ini menjadi viral dan jadi perdebatan politik yang hangat. Bahkan ada media yang kemudian dengan serius membahas nya dari sudut gender dan poligami. Bahkan istri Sandi sampai diwawancarai segala.

Banyak yang mengira adegan "nembak" itu adalah nyata. Belakangan baru terungkap bahwa itu cuma candaan semata. 

Adalah sang mahasiswi sendiri mengakui bahwa dia diminta panitia mengajukan pertanyaan itu untuk menghidupkan suasana. Dia beralasan, terpaksa mengakui hal tersebut karena dampaknya sampai mengganggu kehidupan pribadinya. Pengakuan yang menurut nya direstui oleh panitia perancang drama itu.

Jika mau dilihat peristiwa ini secara sederhana, persoalannya sampai di sini saja. Oke, ini hanya candaan dan sandiwara belaka.

Tapi tentu saja hal itu tidak bisa dipandang sepele. Konteks politik yang dibungkus candaan itu adalah hal yang serius. Dan tentu saja apapun yang dipakai dalam konteks tersebut harus dinilai sebagai hal yang serius. 

Dalam hal ini Sandi pasti tahu skenario drama atau gimmick dari panitia  itu dan menyetujui nya. Karena kalau tidak, akan ada alur sandiwara di luar skenario.

Dengan terbongkar nya drama canda ini, tentu kita patut juga ber praduga, apakah peristiwa - peristiwa kampanye Sandi sebelumnya nya juga hasil gimmick, sandiwara untuk menghidupkan suasana?

Kita masih ingat sebelumnya juga viral: tulisan penolakan pedagang di pasar, seorang bapak yang berlepotan lumpur di bagian depan badannya, ibu yang menangis histeris melihat Sandi, serta petani bawang yang ekspresif mengadu pada Sandi.

Bahkan dengan terbongkar nya strategi gimmick dan drama ini, kita patut bertanya apakah penolakan dari masyarakat yang hanya melanda pasangan Prabowo - Sandi juga adalah drama agar mengalir simpati dari masyarakat karena mereka adalah 'korban' bully?

Juga dugaan akan bisa sangat luas. Apakah mereka  yang tampil saat ini sedang berkampanye untuk memenangkan hati rakyat adalah benar para calon pemimpin kita atau aktor - aktor sandiwara dan sinetron saja?

Kita menyadari sebagai figur politik yang adalah juga figur publik, tentu  membutuhkan image positif dan menarik. Dan Sandi sebagai Cawapres pasti memerlukannya.

Namun hal itu diharapkan bukan hasil bentukan atau sandiwara. Kita ingin tokoh pemimpin yang original, tampil apa adanya, bukan hasil rekayasa.

Silahkan baca:

Menjadi Presiden itu Berat, Biar Jokowi Saja

Jokowi Memang Sang  Eksekutor 

Jokowi Naik Kereta Pencitraan?

Pemimpin dengan kriteria bersih, berprestasi, benar tujuannya mengabdi pada rakyat, sederhana, pekerja keras, berintegritas tentu bukan gimmick atau plot karakter tokoh protagonis di sebuah sinetron. 

Namun semua itu sungguh harus melekat dan menjadi tabiat asli sang pemimpin. Oleh karena itulah maka track record, jejak keberhasilan dan sejarah kepribadian menjadi faktor utama yang patut diperhatikan.

Baca juga:

Tinggi Gunung Seribu Janji Prabowo

Penculikan Aktivis Isu Basi?

Jadi Capres Harus yang Punya Pengalaman?

Bila hal - hal itu tidak ada, atau tidak sesuai dengan kriteria, maka jalan keluar yang coba memoles manis sang aktor politik ini tentu bukan hal yang kita harapkan. 

Presiden Indonesia adalah real. Wakil presiden adalah real. Tentu posisi - posisi nyata ini tidak cocok jika diisi dengan aktor dan pelakon sandiwara dan Sinetron.***MG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun