Mohon tunggu...
Maria Juvita
Maria Juvita Mohon Tunggu... -

Menulis Tak Berarti Tak Bersuara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Resensi Buku] Bertemu Matahari

16 Juli 2015   13:59 Diperbarui: 16 Juli 2015   14:13 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Judul               : Bertemu Matahari

No. ISBN          : 9786029431735

Penulis            : Dr. FX. Baskara T. Wardaya SJ

Tahun              : September 2014

Jumlah Hal.     : 192

 

Winds and clouds in the sky come and go unpredictably; human tragedies and happiness also come and go unpredictably.” Kong Ming dan Zhou Yu

Seperti angin dan awan yang datang dan pergi secara tak terduga, demikianlah Kong Ming dan Zhou Yu dalam kutipan di atas menggambarkan perjalanan hidup manusia. Derita dan kebahagiaan seringkali datang secara tak terduga. Ada kalanya kita menjumpai hal-hal baik yang membahagiakan sehingga dengan mudah menerima, tetapi ada pula saat dinama kita harus berbesar hati ketika hal-hal kurang menyenangkan menimpa.

Buku berjudul “Bertemu Matahari: Cerita tentang Sakit, Ambang Maut, dan Kehidupan Baru” ini merupakan hasil refleksi mendalam dari pengalaman sang penulis, Baskara T. Wardaya, SJ, seorang pastor Serikat Yesus yang akrab disapa Rama Baskara, ketika ia harus mengalami sakit dan menjalani berbagai proses medis di rumah sakit.

Rama Baskara harus menerima kondisinya berbalik 1800. Ia yang selama ini memiliki riwayat kesehatan yang baik, tiba-tiba terbaring tak berdaya begitu saja di atas kasur rumah sakit karena HNP (Herniated Nucleus Pulposus) atau gangguan pada syaraf tulang belakang yang menimbulkan rasa sakit luar biasa ketika punggung atau kaki digerakan. Situasipun menjadi semakin tak mudah karena HNP yang dideritanya telah berada dalam taraf yang cukup parah dan apabila terlambat ditangani bisa mengakibatkan kelumpuhan kedua kaki. Tak banyak pilihan tersedia. Ia harus segera mengambil keputusan untuk menjalani operasi. Tentunya operasi ini bukan tanpa resiko, menjalani operasi ini sama halnya berada di ambang maut. Ia harus siap menerima berbagai kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi jika operasi tak berhasil. Beruntung, nasib baik berpihak padanya. Operasi yang ia tempuh berhasil dan berjalan lancar. Namun, hal ini tak serta merta membuatnya pulih seperti sedia kala. Masih ada proses pemulihan yang tak mudah yang harus ia lalui selama hampir satu setengah bulan. Ya, waktu yang panjang memang.

Sebagai seorang religius yang juga berprofesi sebagai dosen, sejarahwan, dan aktivis dengan beraneka kesibukan dan tingkat mobilitas yang tinggi, tentunya kondisi dengan segala keterbatasan fisik maupun ruang gerak yang ia alami saat ini sangatlah tidak menyenangkan. Pergolakan batin terjadi dalam dirinya. Mulai dari rasa tak percaya ketika pertama masuk rumah sakit, berbagai perasaan tegang dan mendebarkan yang diiringi dengan kepasrahan dan iman ketika menghadapi operasi, maupun kejenuhan selama masa perawatan dan pemulihan. Namun, di sisi lain, bisa dibilang masa-masa ini adalah kesempatan baik baginya untuk sejenak menarik diri dari segala rutinitas dan berefleksi tentang berbagai hal seperti tentang kehidupan, perjuangan batin, keterbatasan manusia, persahabatan, dan bahkan kematian. Banyak pelajaran berharga yang ia bagikan dalam buku ini, khususnya ketika ia sendiri harus belajar tentang berbagai hal seperti kerendahan hati, rasa syukur, ketulusan dan empati.

Dinding rumah sakit boleh mengukungnya secara fisik tetapi tidak untuk membatasi pemikiran dan imajinasinya. Banyak cerita dan pengalaman menarik yang terjadi selama ia menjalani proses medis. Mulai dari yang sekilas nampak sederhana, lucu, atau bahkan yang mengharukan. Ada pula beberapa cerita tentang interaksi dan relasinya dengan keluarga dan para sahabat yang secara tak langsung menunjukan kemampuannya membangun realasi dan pertemanan dengan banyak orang disekujur belahan dunia. Tidak berhenti sampai di situ, kekayaan intelektual, emosional, dan spiritual yang dimilikinya membuat buku ini tak hanya menyajikan cerita yang menyentuh rasa pangrasa tetapi juga terselip berbagai cerita dan gagasan yang dapat menambah wawasan kita, khususnya dalam bidang Sejarah, bidang yang ia tekuni selama ini. Semuanya disampaikan secara apa adanya dan dengan bahasa yang sederhana, tetapi tetap apik dan hangat di hati.

Tentunya tidak ada satupun karya atau buku yang sempurna, demikian pula dengan buku Bertemu Matahari ini. Sebagian pembaca mungkin akan merasa kisah-kisah yang ada dibuku ini terkesan subjektif karena berupa pengalaman pribadi pengarang yang dituturkan dari satu sudut pandang saja. Hal ini mungkin benar adanya, tetapi tentu ini bisa dimakhlumi karena memang tujuan ditulisnya buku ini sedari awal adalah untuk membingkai berbagai peristiwa dan pengalaman pribadi penulis selama mengalami sakit dan sekaligus sebagai ucapan terimakasih penulis kepada berbagai pihak yang terlibat dan berperan serta hingga kesembuhannya. Buku ini mungkin hanya berisi penuturan-penuturan sederhana yang tidak akan memberikan solusi sistematis dalam berbagai persoalan kehidupan. Meskipun demikian, buku ini akan mampu mengajak pembaca untuk bisa menangkap hal-hal baik di balik setiap peristiwa yang kita alami, entah seburuk apapun itu, layaknya kegelapan malam yang akan menghantarkan kita untuk bertemu matahari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun