Mohon tunggu...
Maria Fillieta Kusumantara
Maria Fillieta Kusumantara Mohon Tunggu... Administrasi - S1 Akuntansi Atma Jaya

Music Addict. Writer. Content creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kabut (Lanjutan)

18 Desember 2017   12:15 Diperbarui: 18 Desember 2017   15:22 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.kpopmap.com

Hari yang cerah terasa begitu mendung dihatiku. Mungkinkah ini ada hubungannya dengan keputusanku bekerja di perusahaan Kim? Tetapi menurutku, ini bukanlah pelanggaran peraturan. Setiap orang berhak memutuskan dirinya untuk mencari pekerjaan sampingan demi mendapatkan uang tambahan. Apalagi biaya hidup di kota New York sangat tinggi. 

Penghasilan yang biasa kuterima dari pekerjaanku di CBS tidak terlalu kecil, namun hanya bisa hidup pas-pasan. Aku ingin mencoba hidup sedikit lebih mewah seperti setelah aku bekerja di perusahaan Kim. Aku bisa memiliki tas branded dan makan di restoran bergelar Michellin yang belum pernah kulakukan selama ini. Apa itu suatu kesalahan?

"Tidak biasanya hal ini terjadi, Katniss. Seluruh pemain dan kru sudah kuteliti rekam jejaknya dan kita masih kecolongan juga", ujar Leia saat menikmati makan siang di sebuah restoran mewah dekat kantor. 

Aku mengangguk sedih karena merasa diriku juga salah. "Ngomong-ngomong, tumben sekali kau mentraktirku di restoran mewah ini. Kau sedang ketimpa durian runtuh ya?", tanya Leia heran. "Tidak, hanya tabungan bulananku sedikit berlebih, jadi boleh lah kita sedikit bersenang-senang", kataku bohong. Leia mengangguk tak membalas dan kembali mengisi mulutnya dengan makanan pesanan kami.

"Kau sudah periksa ke dokter? Bagaimana kondisi bayimu?", tanya Leia. "Akhir-akhir ini aku belum periksa ke dokter karena kesibukan aku dan Kim. Tapi beberapa waktu lalu aku pernah memeriksakannya dan kata dokter baik-baik saja. 

Jenis kelaminnya perempuan, tepat seperti ucapanmu di kamar kecil waktu itu", ungkapku. "Syukurlah, senangnya kau akan punya bayi dalam waktu dekat. Aku sangat menginginkannya bersama suamiku sejak kami menikah 5 tahun yang lalu, tapi sampai sekarang belum", aku Leia. "Kau sudah cek kesehatanmu dan mencoba melakukan program?", tanyaku hati-hati.

"Sudah. Tidak ada masalah dengan kesehatan kami dan sudah lama aku menjalankan program. Aku takut ini menjadi masalah baru rumah tangga kami. Aku takut dia berselingkuh dariku", jawab Leia sambil memasukan suapan terakhir makanan kami. "Bukankah selama ini kau begitu yakin dia setia padamu apapun kekuranganmu?", tanyaku lagi. "Iya. Tapi kau tau kan namanya laki-laki", jawabnya sambil mengedipkan mata.

 "Hmm ya. Semoga saja itu tidak terjadi. Aku tahu Paresh adalah lelaki yang baik, bukan laki-laki seperti itu. Kalian berdoa saja semoga kalian cepat dikaruniai momongan", tutupku lalu berjalan bersamanya kembali ke kantor.

Tiba-tiba sekelebat bayangan laki-laki muncul diseberangku. Tampaknya aku mengenalinya. Itu Paresh Bagastya Ahwanith, suami Leia sedang berangkulan nyaris mencium seorang wanita berpakaian tanktop merah muda dengan rok sangat minim. 

Aku buru-buru memperingatkan Leia bahwa sebentar lagi jam istirahat habis dan kita harus segera sampai di kantor dengan setengah berlari sebelum dimarahi oleh Bu Daisy. Tak kusangka pemandangan barusan, hampir saja Leia melihatnya. Aku tidak tega memberitahunya saat ini. Saatnya tidak tepat. Leia bisa semakin stress karenanya dan aku ingin sedikit menghiburnya.

-To Be Continued-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun