Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pandangan Kapolri tentang Aksi 212,Picu Gerakan Menentang Kebhinnekaan

19 Januari 2017   04:59 Diperbarui: 19 Januari 2017   05:03 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Sangat menarik menyimak pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian pada sebuah diskusi di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian,Selasa 17 Januari 2017.


Sebagaimana yang diberitakan cnnindonesia.com pada diskusi yang juga dihadiri Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ,KH  Ma' ruf Amin dan pakar hukum tata negara Mahfud Md tersebut Tito menyebut" Aksi 212 yang digelar pada 2 Desember lalu melahirkan gerakan yang bertentangan dengan prinsip kebinekaan.Banyak gerakan muncul untuk menggerus budaya masyarakat Islam di Indonesia.Penegakan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjadi dalihnya".


Dalam pandangan saya ungkapan jenderal bintang empat ini adalah pernyataan yang berani dan jujur.


Dikatakan pernyataan yang berani karena Tito  berani berseberangan dengan opini sebahagian ummat Islam yang justru menganggap aksi 212 merupakan bahagian dari upaya untuk menegakkan kehormatan Islam karena Ahok telah menistakan ayat suci khususnya Al Maidah 51.Dengan thema besar " Penjarakan Ahok" jutaan Ummat Islam telah tumpah di Monas melantunkan ayat ayat suci,mengumandangan zikir dan  melaksanakan sholat Jum'at dengan jemaah terbesar di dunia sepanjang sejarah.Malahan bagi sebahagian peserta aksi keikutsertaan mereka adalah bahagian dari jihad.Lihatlah betapa militan nya mereka, ada yang datang berjalan kaki dari jauh ada yang mengendarai mobil ,rela berkumpul mulai pukul 6 pagi tanpa mengeluh.

Semuanya duduk dengan tertib dan khusuk.Kemudian selesai Sholat Jum'at mereka dengan kerelaan hati membubarkan diri dan tanpa membuat onar.Presiden Jokowi juga ikut bergabung melaksanakan Sholat Jum'at bersama dan kemudian Presiden mengucapkan terima kasih kepada semua peserta  karena aksi berjalan begitu damai dan tertib.Terhadap aksi yang seperti itulah Tito berani mengatakan gerakan ini menentang kebinnekaan.

Memang kalau ditelusuri lebih dalam sesungguhnya ada sesuatu yang dirasakan sesudah terjadinya aksi tersebut.Serasa ada yang berobah dalam kehidupan kebangsaan kita.Aksi tersebut seperti merupakan" penanda "antara "kami dengan "kamu " sesuatu yang sebenarnya tidak boleh mengemuka dalam kehidupan berbangsa terlebih perasaan tersebut muncul karena perbedaan keyakinan.


Bagi siapapun ,keyakinannya adalah sesuatu yang bersifat mutlak mengandung kebenaran karena ia berhubungan dengan iman atau credo yang dihayatinya dengan sepenuh hati.Lalu bagaimana sebenarnya penempatan iman atau credo yang ada dalam hati itu ketika berinteraksi dengan orang lain yang berbeda keyakinan sementara kita hidup bersama sebagai bangsa.Apakah karena beda iman tersebut lalu " kami " merasa berbeda dengan " kamu".


Memang dalam Islam juga ada perbedaan pandangan bagaimana hubungan antara Islam dengan politik.Sebahagian menganggap keyakinan keagamaan harus juga diwujudkan dalam politik sehingga dalil dalil agama digunakan untuk memberi arah atau tuntunan kepada ummat ketika menggunakan hak politiknya.Dalam pandangan yang demikianlah muncul seruan agar ummat islam jangan memilih pemimpin yang tidak seiman .Seruan ini terasa semakin kuat dikumandangkan ketika Basuki Tjahaja Purnama akan mencalonkan diri lagi sebagai Gubernur DKI.Disisi lain muncul anggapan penggunaan dalil dalil agama atau politisasi agama sengaja digunakan untuk menghempang majunya Ahok yang sering disebut menyandang double minority karena ia turunan cina dan beragama protestan.

Pada titik ini benih benih perbedaan mulai muncul dan benih benih itu semakin menggumpal semakin menguat ketika digelarnya Aksi Bela Islam I,II dan puncaknya Aksi 212.Keterbelahan bangsa semakin terasa ,perlahan tapi pasti terbentuk semacam segregasi psikologis suatu pemisahan psikologis antara " kami" dengan " kamu" dan dalam posisi yang demikian tepatlah pernyataan Kapolri bahwa Aksi 212 telah melahirkan gerakan yang bertentangan dengan prinsip kebinnekaan.


Sepanjang yang saya rasakan dan alami dalam 50 tahun ini belum pernah dirasakan oleh bangsa ini terjadinya segregasi psikologis separah ini yang justru disebabkan oleh perbedaan keyakinan.


Fakta juga menunjukkan bahwa keterbelahan tidak hanya karena perbedaan keyakinan malahan didalam tubuh ummat islam sendiri dirasakan adanya aroma perpecahan antara kelompok yang menggelar Aksi Bela Islam dengan ormas islam yang tidak setuju misalnya Nahdlatul Ulama.Karena ormas yang didirikan tahun 1926 ini tidak mendukung aksi aksi tersebut maka oleh sebahagian ummat islam ,ormas ini dicemooh dengan berbagai ejekan yang menyakitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun