Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Puisi Sukmawati Dikecam, Layakkah Puisi Gus Mus yang Dibaca Ganjar Ikut Dihantam?

9 April 2018   09:40 Diperbarui: 9 April 2018   11:40 2606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SILATURAHMI - Paslon Gubernur-wakil Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maimoen bersilaturahmi kepada Gus Mus di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Jalan KH Bisri Mustofa nomor 1-4, Kelurahan Leteh, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jumat (16/2/2018). Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Gus Mus: Kalau Nggak Mau Dikritik Rakyat Jangan Jadi Wakil Rakyat (TRIBUNNEWS | ADI PRIANGGORO)

Seperti yang kita  ketahui puisi Sukmawati yang bertajuk "Ibu Indonesia" telah menimbulkan reaksi protes dari sebahagian ummat Islam di negeri ini. 

Putri Bung Karno itu diadukan ke polisi dan pada Jum'at, 6 April 2018, berbagai unjuk rasa di Jakarta, di Medan dan di berbagai tempat lainnya digelar menuntut agar adik Megawati itu diproses secara hukum karena dituduh telah melakukan penghinaan terhadap agama Islam.

Walaupun Sukmawati telah menyampaikan permohonan maafnya tetapi tetap muncul tuntutan agar ia tetap diproses secara hukum. Di tengah-tengah maraknya tuntutan terhadap puisi Sukmawati itu.

Beberapa hari kemudian  Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah yang sedang cuti kampanye karena akan ikut lagi pada pilgub Jateng membacakan sebuah puisi dan ia menjadi dikecam terutama oleh para netizen.

Dengan puisi yang dibacakannya itu, sama seperti Sukma, pria yang sedang kampanye itu dituduh juga telah melakukan penghinaan terhadap agama Islam.

Puisi yang dibacakan Ganjar pada acara talkshow pada sebuah Tv swasta itu adalah karya KH Musthofa Bisri, salah seorang ulama yang cukup berpengaruh di Jawa Tengah.

Tidak hanya di Jawa Tengah tetapi tokoh ini sangat disegani dan punya wibawa tinggi di kalangan Nahdlatul Ulama. Ia pernah menjabat sebagai Pelaksana Tugas Rois Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Wibawa pengasuh pondok pesantren Raudhatut Tholibin, Rembang, Jawa Tengah ini sangat terlihat pada pelaksanaan Muktamar ke 33 Nahdlatul Ulama di Jombang Jawa Timur tahun 2015.

Waktu itu timbul kegaduhan pada arena Muktamar karena adanya perbedaan yang tajam berkaitan dengan metode atau cara pemilihan pengurus besar NU.

Acara pleno pada Muktamar itu sudah tidak terkendali lagi, terjadi saling teriak, rebutan mik dan pimpinan sidang tidak dapat lagi memimpin sidang dengan baik.

Di tengah tengah kericuhan yang demikian, Gus Mus, panggilan akrab KH Mustofa Bisri berbicara di depan peserta muktamar atau Muktamirin.

Dengan suara bergetar dan penuh wibawa  ia berbicara. Sidang yang tadinya ricuh menjadi tenang dan kemudian melalui pidatonya yang menyentuh, suasana sidang menjadi teduh. 

Dengan pidatonya yang berwibawa itu, banyak di antara Muktamirin yang meneteskan air mata. Sholawat Badar dilantunkan, peserta muktamar saling berpelukan dan kemudian acara acara persidangan dapat berjalan dengan baik.

Cuplikan suasana Muktamar NU di Jombang ini dikemukakan untuk menegaskan bahwa Gus Mus punya otoritas yang tinggi di bidang keilmuan yang berhubungan dengan Islam.

Selain sebagai ulama yang disegani, Gus Mus juga dikenal sebagai penyair. Berbagai karya sastranya terutama di bidang puisi juga sudah banyak tercipta. 

Lalu, bagaimana mungkin dengan posisi keilmuan Islamnya yang demikian, puisi karyanya yang dibacakan Ganjar Pranowo itu disebut menghina Islam.

Kalimat puisi karya Gus Mus yang dibacakan Ganjar itu berbunyi "Kau ini bagaimana.Kau bilang Tuhan sangat dekat. Kau sendiri memanggil manggilnya dengan pengeras suara setiap saat....".

Penggalan kalimat inilah yang kemudian dinyatakan sebahagian orang sebagai penghinaan terhadap agama Islam.

Mungkin orang yang mengecam kalimat ini beranggapan "kau sendiri memanggil manggilnya dengan dengan pengeras suara setiap saat "sama pengertiannya dengan azan.

Kita tahu di negeri ini pada setiap menjelang sholat wajib, melalui pengeras suara dilantunkan suara azan untuk memanggil umat datang ke Masjid menunaikan sholat.

Lalu, apakah azan yang dimaksudkan Gus Mus pada kalimat tersebut?

Tidak ada pertanda yang kuat bahwa yang dimaksudkan kalimat itu adalah azan. Kemudian perlu juga diingat bahwa azan bukanlah untuk memanggil Tuhan tetapi untuk menyeru umat Islam untuk datang ke Masjid menunaikan sholat.

Sangat berbeda dengan kalimat puisi yang dibacakan Sukamawati yang menyebut kidung Indonesia lebih merdu dari suara azanmu. Sukmawati dengan jelas membandingkan bahwa suara kidung Indonesia lebih merdu dari suara azanmu.

Selanjutnya dalam Islam diajarkan bahwa Tuhan itu sangat dekat dengan kita, malahan juga disebut lebih dekat dari urat nadi yang ada pada leher. Mengapa Tuhan yang begitu dekat itu lalu harus dipanggil dengan pengeras suara?

Dalam pandangan saya, kalimat itu ingin menyatakan Tuhan itu sangat dekat dan tidak perlu memanggil kekuatan lain untuk kepentingan diri kita sendiri.

Puisi sangat sarat dengan kata kata yang penuh makna dan sepanjang puisi itu tidak tegas tegas meninyinggung lambang lambang keagamaan maka puisi itu tidak dapat dinyatakan telah menghina sebuah ajaran agama.

Puisi yang dibacakan Ganjar itu dibicarakan bahkan dihujat oleh sebahagian orang yang menurut pendapat saya karena ingin menyudutkan gubernur petahana itu.

Ada kelompok yang ingin menggunakan momentum hujatan kepada Sukmawati karena puisinya dan ingin juga menggunakannya kepada Ganjar Pranowo.

Kalau benar memang ada keinginan seperti itu tidak berlebihan kalau menurut saya tindakan itu adalah tindakan yang kontra produktif. 

Apabila Ganjar terus diserang dengan puisi yang dibacakannya, Nahdliyin yang ada di Jawa Tengah akan semakin kokoh mendukung Ganjar karena kelompok yang menggugat puisi itu justru juga menggugat Gus Mus, ulama yang mereka segani.

Salam Persatuan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun