Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Skenario Imajiner Tentang Film G30S Versi Kekinian

23 September 2017   11:12 Diperbarui: 23 September 2017   11:29 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos


Ditengah tengah berbagai perdebatan tentang pemutaran film Penghianatan G 30 S PKI,terlontarlah pernyataan Presiden Jokowi agar untuk generasi milenial dibuat lagi film dengan versi kekinian.Dengan  film yang demikian ,anak anak milenial memahami tentang bahaya komunisme.
Penulis bukanlah seorang ahli di bidang perfiliman dan juga bukan ahli membuat skenario film .Tetapi untuk menyahuti keinginan Jokowi tidak ada salahnya dibuat skenario imajiner tentang film G 30 S dalam versi kekinian.Penulis juga sadar yang ditulis ini bukanlah sebuah skenario yang telah mengikuti kaedah kaedah yang berlaku bahkan mungkin yang akan dikemukakan berikut ini bukanlah skenario film dalam arti sesungguhnya .
Dengan segala kelemahan tersebut penulis memulai menulisnya.
Episode satu
--------------
Sesudah lima tahun berada Amerika Serikat untuk studi disana ,Wijaya seorang anak muda yang tampan tiba kembali di Jakarta.
Sebagai anak muda yang pernah tinggal di negara Paman Sam itu tentulah semua asessoris yang dikenakannya sangat berbau Amerika.
Wijaya tiba di Bandara Internasional Sukarno Hatta dijeput kedua orang tuanya dan juga Hidayat adik kesayangannya yang baru duduk di bangku kelas tiga di salah satu SMA di Jakarta.
Didalam mobil, dalam perjalanan dari Sukarno Hatta menuju kediamannya di bilangan Jakarta Selatan mereka berempat asik berbicara untuk saling menanyakan kabar sekaligus untuk melepas rindu.
Sembari ngobrol di mobil ,mereka melewati Perpustakaan Nasional .Taufik,ayah Wijaya dan Hidayat ,menjelaskan bahwa perpustakaan yang terdiri dari 27 lantai itu baru diresmikan Jokowi.
Kemudian mereka melewati Jembatan Semanggi yang sudah diperbaharui  yang semakin megah dengan lampu lampu yang indah.
Taufik juga berbicara dan menjelaskan tentang Semanggi tersebut.
Perpustakaan Nasional dan Semanggi baru ,tentulah baru dilihat Wijaya malam itu karena lima tahun yang lalu bangunan tersebut belum ada.

Episode Dua
-------------
Wijaya kepingin mengunjungi berbagai tempat di Jakarta terutama yang berkaitan dengan sejarah .Ayahnya menyambut baik keinginan itu dan berjanji akan membawa mereka sekeluarga berkeliling Jakarta untuk memenuhi keinginan putra nya itu.

Episode tiga
-----------
Mereka berempat,Taufik,istrinya Selasih dan kedua anak mereka ,Wijaya dan Hidayat memulai city  tour nya di Jakarta.
Mula mula mereka mengunjungi Perpustakaan Nasional,baru kemudian meluncur ke kota tua.
Di kota tua mereka istirahat sejenak di restauran bergaya tempo dulu persis didepan bangunan Stadhuis yang berdiri megah dihadapan mereka dan didepannya terbentang lapangan yang menghubungkan restauran itu dengan Stadhuis.
Wijaya menceritakan dari Stadhuis inilah ,kompeni atau Belanda mengendalikan penjajahan di Nusantara ini beratus tahun lamanya.
Wijaya melanjutkan ,Negara Belanda yang luas wilayahnya hanya sekitar se per enam pulau Jawa dan dengan jumlah penduduk yang kecil tetapi mampu menjajah Nusantara yang luas ini.
Hal ini menurut Wijaya disebabkan dua hal yaitu,1).masyarakat kita tidak berpendidikan dan,2).kita mau di adu domba.

Episode empat
---------------
Keesokan harinya city tour dilanjutkan lagi dan kali ini tujuan mereka adalah Lubang Buaya.
Ditempat ini ,pemandu yang ada disana menceritakan apa yang pernah terjadi disana yaitu ditempat ini lah ada enam orang jenderal yang dibunuh dan pembunuhan itu dilakukan oleh orang orang Partai Komunis Indonesia.
Mereka juga menyaksikan diorama yang ada di museum Lubang Buaya tersebut.
Terlihat Wijaya dan adiknya Taufik dengan seksama memperhatikan semua yang ada di Lubang Buaya itu serta asyik mendengar penjelasan pemandu yang ada disana.
Dalam perjalanan menuju pulang ,Hidayat anak kelas 3 SMA itu bertanya kepada ayahnya,apa sih PKI dan seperti apa komunis itu.

Episode kelima
---------------
Siang itu,Hendro tiba di rumah keluarga Taufik di wilayah Jakarta Selatan.Begitu memasuki rumah ,Hendro disambut hangat oleh Wijaya.Mereka berpelukan." Wah sudah semakin ganteng murid Bapak ini " ,ujar Hendro.Hidayat juga ikut menyambut Hendro.Wah udah gede ya ,ya kita sudah lima tahun tidak ketemu.Semenjak Wijaya berangkat ke Amerika,Bapak tidak pernah datang lagi ke rumah ini.
Hendro adalah guru sejarah atau juga guru pendidikan kewarganegaraan ketika Wijaya masih SMA.

Episode keenam
-----------------
Hendro ditemani oleh Wijaya dan adiknya Taufik bergerakmmenuju pusat kota dan kemudian mereka singgah dan minum coklat di Starbuck.Tentu Wijaya memilih tempat itu karena warung yang berpendingin yang menjual kopi dan coklat itu berasal dari Seattle ,Amerika Serikat.
Sembari meneguk kopi atau coklat ,Hendro mulai bercerita tentang komunis.Guru Wijaya itu menguraikan kenapa kita memusuhi komunis me.Hendro antara lain mengatakan ,komunis akan membungkam kebebasan berbicara,komunis tidak mengenal demokrasi dan di negara negara komunis akses informasi sangat dibatasi.Penggunaan internet juga sangat terbatas tidak seperti di negeri kita ini.
Siaran televisi juga dikendalikan dan disensor oleh pemerintah.Tidak semua informasi dapat di searching melalui google malahan di beberapa negara komunis ,google juga tidak ditemukan.
Hendro kemudian menguraikan bagaimana pandangan komunis tentang agama dan Tuhan.
Sesudah menguraikan beberapa hal tentang komunis maka Hendro mengatakan ,fkarenanyalah ajaran komunis tidak boleh tumbuh berkembang di negeri ini karena ajaran tersebut tidak sejalan bahkan bertentangan dengan falsafah negara dan bangsa kita Pancasila.
Dalam dialog di warung kopi itu,Wijaya dan Taufik mengemukakan beberapa pertanyaan kritis tentang komunis kepada Hendro.Sebagai anak muda generasi milenial mereka juga mengemukakan pandangannya tentang komunisme.
Sebagai guru yang berpengalaman dan dengan menggunakan idiom idiom generasi milenial ,Hendro menjawab semua pertanyaan yang dikemukakan anak didiknya tersebut.

Episode ketujuh ( penutup)
---------------------------
Wijaya dan Taufik bercerita kepada ayah dan ibunya betapa menyenangkannya pembicaraan dengan Pak Hendro." Kami menjadi paham tentang komunis dan bahayanya " ujar Kedua orang kakak -adik itu.

Salam Persatuan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun