Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Suatu Sore di Masjid Merah Panjunan

16 Oktober 2019   06:00 Diperbarui: 16 Oktober 2019   20:31 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpaduan budaya Hindu-Budha, Islam, dan Cina (Dok. Pribadi)

Pilar Kayu dan Piring Keramik China
Selain arsitektur bangunan yang unik dan indah, ada hal lain yang menarik hati saya. Adalah pilar kayu yang kokoh dan piring-piring keramik yang menghiasi dinding masjid.

Banyak pilar yang menyangga bangunan masjid. Kayu pilar masih terlihat kokoh dan tegak. Bagian bawah pilar ditopang dengan tiang batu bata merah.

Pilar kayu yang masih kokoh (Dok. Pribadi)
Pilar kayu yang masih kokoh (Dok. Pribadi)
Sedangkan piring keramik yang ada bukan ditempel atau digantung, melainkan "tertanam" menyatu dengan tembok masjid. Konon, piring-piring keramik dari China ini adalah bagian dari hadiah dari Sunan Gunung Jati ketika menikah dengan putri China, yaitu Tan Hong Tien Nio.
Piring keramik Cina yang menghias tembok masjid Merah Panjunan (Dok. Pribadi)
Piring keramik Cina yang menghias tembok masjid Merah Panjunan (Dok. Pribadi)
Informasi dari bapak penjaga masjid, piring keramik ini ditempel menggunakan putih telur. Entahlah, beliau mengatakan sebenarnya itu merupakan filosofi (yang saya sendiri juga kurang paham). Begitu juga dengan cerita turun-temurun bahwa masjid ini dibangun dalam semalam saja.

Kembali ke piring keramik tadi, saya berusaha mendekat dan memotret beberapa corak yang ada di piring keramik. Hasilnya saya terkagum-kagum. Pastinya gambar corak pada piring keramik tersebut dilukis pakai tangan.

Beberapa motif corak piring keramik Cina di Masjid Merah Panjunan (Dok. Pribadi)
Beberapa motif corak piring keramik Cina di Masjid Merah Panjunan (Dok. Pribadi)
Gambar corak pada piring tak semua sama. Ada yang berupa bunga, ayam, kuil, kaisar China, dan lain-lain. Malah saya berpikir sebetulnya "tidak nyambung" dengan tempat ibadah. Namun dengan terpasangnya piring-piring keramik ini, menurut saya masjid terlihat lebih hidup dan indah.
Serambi luar masjid yang digunakan untuk sholat (Dok. Pribadi)
Serambi luar masjid yang digunakan untuk sholat (Dok. Pribadi)
Perpaduan Budaya
Masjid Merah ini dibangun oleh Syarif Abdurraman atau Pangeran Panjunan yang merupakan keturunan Arab sekaligus murid dari Sunan Gunung Jati.

Jika kita melihat masjid Merah ini, sebenarnya tidak terlalu terlihat seperti masjid pada umumnya. Ada unsur budaya Hindu-Budha dan China, sedangkan unsur budaya Islam sedikit bahkan tak terlihat betul.

Mihrab dan tulisan kaligrafi Arab yang ada di tiang penyangga adalah 2 contoh budaya Islam yang saya lihat. Mungkin inilah proses akulturasi budaya pada saat itu. Sebuah wujud harmonisasi Islam dengan budaya setempat.

Perpaduan budaya Hindu-Budha, Islam, dan Cina (Dok. Pribadi)
Perpaduan budaya Hindu-Budha, Islam, dan Cina (Dok. Pribadi)
Senja yang Menghampiri
Matahari sudah berada di sebelah barat. Beberapa orang yang ada di masjid seperti bersiap untuk sholat maghrib. Saya segera berpamitan. Mungkin hanya 15 menit saya di Masjid Merah ini. Namun saya sudah senang bisa melihat karya arsitektur masa lalu yang kokoh berdiri hingga saat ini.

Masjid Merah Panjunan dilihat dari samping (Dok. Pribadi)
Masjid Merah Panjunan dilihat dari samping (Dok. Pribadi)
(RR)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun