Mohon tunggu...
Malakik Sanjo
Malakik Sanjo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak M dan Bu M serta Perpindahan Manusia di Muka Bumi

16 November 2017   00:56 Diperbarui: 16 November 2017   01:48 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut saya, pasutri ini cukup hebat, untuk dapat kontrak menyantolkan 'kios' sushinya di semua gerai supermarket papan atas milik Amazon di Amerika Utara saja sudah layak kita tepuk tangani. Kemudian dari tiap gerai ini mereka dapat untung bersih (!) 250 dollar minimal sehari, kalikan 60, 15000 dollar sehari, kalikan 30, 450000 sebulan. Hmmm hampir setengah juta dollar sebulan serta memberi penghidupan pada 250 orang pekerja di Amerika Utara. Tapi toh teman saya bisa ngobrol loe gue dengan mereka di telepon.

Yang menjadi pokok cerita saya bukan betapa kaya dan berhasilnya pasutri Cindo ini. Tapi lebih kepada kenyataan bahwa buat kebanyakan Cindo Indonesia (bukan RRC) adalah negri asal mereka, merasa lebih dekat dengan orang Indonesia (bukan migran RRC), bahasa Indonesia adalah bahasa pertama mereka, tapi ironisnya sebagian besar orang Indonesia menganggap mereka orang Cina. Bahkan tidak kurang orang Indoensia yang merasa pribumi menyumpahi para Cindo; balik loe ke negri loe sana. Lha mau balik ke negri yang mana ?, wong dari nenek buyut lahir di Indonesia.

Kasus seperti ini bukan hanya terjadi pada para Cindo. Bentuk lain yang lebih mengenaskan terjadi pada suku Rohinga, yang diusir dari Myanmar dimana mereka sudah bermukim lebih dari lima generasi, karena mereka menganut agama dan tradisi yang berbeda dengan umumnya orang Myanmar.

Kasus diusirnya orang kulit putih turunan Inggris dari Zimbawe oleh Robert Mugabe sebenarnya juga bisa digolongkan sebagai pelanggaran hak azasi manusia. Orang kulit putih ini sudah beberapa generasi bermukim disana dan rata rata memiliki perkebunan, apakah adil mengusir dan merampas perkebunan mereka ?, lantas kemana mereka akan pergi. 

Ada tiga negeri besar yang tidak menanda tangani protokol hak Indigenous; Australia, USA dan Canada. Indigenous terjemahan bebas kedalam bahasa Indonesia adalah pribumi. Ditinjau dari mata Indonesia tindakan Australia, USA dan Canada tampak culas persis kelakuan para penjajah kolonial, mereka tidak mau mengakui hak para pribumi asli. Tapi dimata migran serta turunannya dan juga bahkan turunan para penjajah tindakan ini tepat guna untuk melindungi hak hidup mereka.

 Balik ke pertanyaan awal saya; apa ada manusia yang berhak menyatakan dirinya pribumi di muka bumi ini ?. Dengan globalisasi dan kemudahan berpindah saat ini kian lama pertanyaan ini kian sah untuk dicarikan jawaban yang adil dan berperikemanusiaan baik buat penduduk yang secara geografis dan budaya telah menempati wilayah itu ratusan tahun, maupun buat manusia yang pindah dan bermukim disana kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun