Mohon tunggu...
Putra Bangsa
Putra Bangsa Mohon Tunggu... -

Putra Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Uneg-Unegku untuk Pak Jokowi

12 April 2015   01:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:14 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pak Jokowi yang saya hormati,

Sudah sekitar 6 bulan lamanya Bapak menjadi Presiden Republik Indonesia. Senang rasanya ketika saya bisa berkilas balik 6 bulan yang lalu dimana sebagian besar rakyat Indonesia bergerak bersama-sama mendukung Bapak untuk menjadi pemimpin kami dimana memegang mandat dari rakyat termasuk saya secara langsung. Semua bersuka cita pada saat secara resmi Bapak dinyatakan sebagai Presiden Indonesia terpilih oleh KPU RI akibat dari penolakan tuntutan Bapak Prabowo - Bapak Hatta di Mahkamah Konstitusi. Kebahagian sebagian besar bangsa Indonesia makin menjadi-jadi ketika Bapak telah dilantik secara resmi menjadi Presiden RI ke-7 dimana masyarakat merasakan ada harapan baru, ada semangat baru dan ada impian yang baru.

Telah berlalu selama 6 bulan ini masa jabatan Bapak sebagai Presiden kami semua. Harapan saya masih begitu besar meskipun seringkali merosot. Semangat saya pun masih membara meskipun sering hampir padam. Impian-impian saya pun masih bergelora meskipun sering menjadi sunyi. Ada yang saya rasakan yang tidak bisa disembunyikan, Pak. Saya tidak jarang menjadi gelisah melihat beberapa kejadian yang menggangu pikiran dan hati saya. Keyakinan saya acapkali menjadi kendur melihat apa yang Bapak putuskan.

Begitu tersenyum saya ketika melihat Ibu Susi menenggelamkan kapal-kapal asing yang mencuri hasil laut kita. Begitu bangganya saya melihat Bapak presentasi di APEC 2015 di China yang membangkitkan kebanggaan kita sebagai bangsa. Begitu terharu senang saya melihat para petani dibagikan traktor-traktor tangan oleh Bapak agar mereka dapat meningkatkan produktivitas pertanian demi kehidupan ekonomi keluarga mereka dan bangsa ini. Apalagi, tindakan tegas Bapak kepada para terpidana mati kasus narkoba sungguh menyegarkan kesesakan hati meskipun saya termasuk penentang hukuman mati namun silahkanlah hukum ditegakkan.

Saya tidak akan mengkritisi kenaikan harga BBM karena memang tidak sepatutnya pengguna kendaraan bermotor yang notabene berpenghasilan cukup dan lebih untuk mendapatkan 'kemanjaan' dari pemerintah. Saya juga tidak protes ketika harga kebutuhan pokok menjadi naik karena ada banyak variabel-variabel yang diluar kendali Bapak seperti penurunan nilai rupiah dan legasi dari pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Jadi, saya tidak akan menghakimi kinerja Bapak pada saat ini akibat ketidakenakan-ketidakenakan diatas. Semua perlu waktu dan proses.

Namun, mengapa Bapak begitu tampak 'bermain aman' ketika menjalankan tugas yang berbenturan dengan politik dan hukum khususnya korupsi? Kita mulai dengan kabinet yang Bapak bentuk. Saya seringkali mendengarkan Bapak mengatakan istilah hati nurani. Bapak pernah mengatakan hati nurani adalah sumber kemuliaan. Pak Jokowi juga pernah mengatakan bahwa kalau mau ambil keputusan selalu tanya hati nurani. Saya sangat setuju sekali dan bangga mendengarnya, Pak. Tapi, saya mempertanyakan kepada Bapak secara jujur apakah Bapak menggunakan hati nurani ketika memilih beberapa anggota kabinet Bapak? Kenapa ada menteri yang tidak berlatarbelakang pendidikan di bidang kehutanan dan tidak memiliki pengalaman di bidang kehutanan menjadi menteri kehutanan? Kenapa yang tidak berlatarbelakang pendidikan yang terkait perindustrian dan tidak memiliki pengembangan diri di bidang industri menjadi menteri perindustrian? Bagaimana Pak Jokowi memutuskan menteri koperasi dan ukm dimana beliau pun mengakui bahwa koperasi dan ukm adalah hal yang baru. Saya tidak akan menyalahkan para menteri-menteri tersebut yang Bapak pilih karena mereka adalah orang-orang baik yang hanya menjalankan panggilan kenegaraan untuk berbakti kepada negara. Tidak manjadi suatu kepastian juga jikalau orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman terkait pekerjaan yang baru pasti akan gagal. Namun, apakah Bapak benar-benar menggunakan hati nurani ketika memilih mereka?

Ketika terjadi gonjang-ganjing Polri vs. KPK, Bapak tentu tahu dengan sangat mendalam kegaduhan di masyarakat. Bukankah Bapak termasuk salah satu yang berkontribusi atas kegaduhan ini? Sepemahaman kami dari kaca mata yang sempit,  kisruh ini sangat bisa dihindari jikalau Pak Jokowi mau dan mungkin berani untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Kenapa pada saat Pak BG dinyatakan tersangka oleh KPK, Bapak membiarkan semua itu berjalan terus sampai-sampai hingga hari ini saya tidak memiliki Kapolri definitif? Pak BG tidak salah atas kejadian ini dan beliau berhak untuk membela diri atas sangkaan dari KPK dan akhirnya beliau memenangkan pra-peradilan. Tapi, Bapak tohh juga membatalkan pencalonan Pak BG karena satu dan lain hal. Kenapa Bapak berbeda sikap pada saat Pak BG di-tersangkakan oleh KPK dan ketika Pak BG dimenangkan oleh pra-peradilan? Bukankah sepatutnya pada saat Pak BG di-tersangkakan oleh KPK proses pencalonannya ditarik kembali atau bukankah sepatutnya pada saat Pak BG dimenangkan oleh pra-peradilan proses pencalonannya dilanjutkan? Mengapa semua seperti menjadi terbalik-terbalik?

Ketika DPR RI mengusulkan permohonan kenaikan DP kendaraan pribadi, Bapak bahkan mengakui tidak membaca Perpres yang Bapak tanda-tangani. Di satu sisi, saya menaruh rasa hormat atas kejujuran Bapak. Tapi, di sisi lain saya sebagai pembayar pajak yang taat sangat kecewa karena Bapak tidak teliti menjaga uang yang saya percayakan ke Bapak. Meskipun Bapak menyalahkan bawahan-bawahan Bapak dan itupun hak Pak Jokowi, tapi saya sebagai salah satu pemberi mandat kepada Bapak untuk menjadi Presiden tentu mempertanyakan hal ini. Saya tidak perlu menyalahkan menteri-menteri Bapak karena mereka bukan penerima mandat dari saya sebagai warga negara tapi mereka adalah pembantu Bapak. Bapak silahkan menyalahkan mereka, tapi ijinkan saya untuk kecewa dengan cara Bapak. Pajak yang saya, masyarakat dan Bapak bayarkan telah kami percayakan ke Bapak untuk dijaga, dikelola dan dipertanggungjawabkan dengan benar. Meskipun pemborosan tersebut belum terjadi, namun kenapa harus terjadi kegaduhan ini yang sangat bisa dihindari?

Ada apa dengan Pak Jokowi yang kami idam-idamkan 6 bulan yang lalu? Saya tidak meminta Bapak mengatasi bangsa ini dalam semalam, sehari, setahun, bahkan 5 tahun. Tapi, mengapa saya melihat Bapak seperti hilang kendali terhadap beberapa hal yang seharusnya dalam kendali Bapak? Penandatanganan Perpres adalah kendali Bapak untuk meneliti, mempertimbangkan dan memutuskan? Apakah dimungkinkan Bapak mengambil keputusan dengan hati nurani seperti yang selalu Bapak katakan kalau tidak membaca dan memahami makna dari keputusan tersebut? Pemilihan menteri-menteri kabinet tentu atas kendali Bapak sebagai presiden. Tetapi, kenapa masih ada beberapa orang yang sepertinya tidak pada tempatnya? Ibu Megawati baru saja mengatakan jikalau tidak mau disebut petugas partai, keluar! Bapak sebagai Presiden Indonesia bukanlah petugas partai. Tidak ada konstitusi yang menyatakan bahwa Presiden Indonesia adalah petugas partai. Bersediakah Bapak keluar sebagai kader partai demi pengabdian kepada negara bukan golongan atau kelompok tertentu tanpa harus melupakan jasa baik Ibu Megawati dan PDI-Perjuangan?

Saya mungkin akan terkesan lancang jikalau menasehati Bapak. Namun, saya punya keyakinan hidup yang berbeda dan mau berbagi ke Bapak. Saya sangat mengurangi hitung-hitungan logika dan rasionalitas duniawi/manusiawi dalam hidup karena hidup ini melampaui logika dan rasionalitas. Terlalu kecil manusia untuk menilai kehidupan hanya dengan logika dan rasionalitas diri sendiri. Hati nurani jauh melampaui logika dan rasionalitas. Hati nurani selalu menggunakan orisinalitas dan akal sehat yang jauh lebih komplek dari logika dan rasionalitas. Saya hadir ke dunia tidak dengan logika dan rasionalitas. Tinggi saya 173cm dan berat badan 74 kg tidak berdasarkan logika dan rasionalitas. Salah satu pengalaman saya di SMA yang sering mendapatkan nilai 5 (merah) untuk mata pelajaran sains tidak menyurutkan niat saya untuk sekolah di institut teknologi yang terbaik di Indonesia dan saya tidak mau menggunakan logika dan rasionalitas saya. Dan saya berhasil masuk ke sekolah tersebut. Bapak yang 'tiba-tiba' menjadi Presiden RI pun menurut saya pribadi diluar logika dan rasionalitas politik dan sosial. Tapi, jalan hidup menunjukan lain dan Bapak berhasil membuktikan itu. Mungkin banyak orang berpikir bahwa kemenangan Bapak menjadi Presiden sesuai logika dan rasionalitas namun menurut saya, mereka hanya mencoba menarik kesimpulan agar kejadian ini sesuai logika dan rasionalitas. Ada yang lebih dasyat dari logika dan rasionalitas yaitu 'a hidden power'. Saya tidak mau menjadi manusia yang pura-pura beriman, tapi silahkan menggunakan keyakinan masing-masing dalam mendefinisikan 'a hidden power' tersebut. Bapak menjadi Presiden bukan karena partai politik, bukan karena Ibu Mega, bukan karena saya, bukan karena masyarakat. Mereka dan kami hanya kepanjagan tangan dari 'hidden power' tersebut yang tidak sanggup dikuasai oleh logika dan rasionalitas manusia.

Itulah uneg-unegku untuk Pak Jokowi. Silahkan Bapak berstrategi dalam pemerintahan yang Bapak pimpin tapi suara saya sangat orisinal dan ketika saya berteriak tak bersuara itu menandakan ada gangguan terhadap hati nurani dan akal sehat saya. Saya sedang menggunakan hak saya atas kemerdekaan pikiran dan hati nurani. Jangan biarkan kegaduhan-kegaduhan selalu melanda bangsa ini. Kami tidak ingin memadamkan harapan, menghilangkan semangat dan mematikan impian-impian kami sebagai warga negara Indonesia. Saya sebagai salah satu rakyat Indonesia yang berdaulat mengharapkan mandat kami tidak ditukar demi kepentingan golongan atau kepentingan perorangan. Ketika kami tidak lagi bisa bersandar kepada wakil kami di dewan, kami masih ada satu lagi harapan yaitu bersandar kepada pemimpin kami yaitu Presiden RI Bapak Jokowi. Jikalau suatu saat harapan kami untuk bersandar kepada Bapak Presiden pun sirna, tidak ada jalan lain kami harus kembalikan permohonan kami kepada Sang Khalik.

Salam Putra Bangsa demi Indonesia Hebat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun