Mohon tunggu...
Putra Bangsa
Putra Bangsa Mohon Tunggu... -

Putra Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden Seolah-olah

17 Agustus 2014   20:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:18 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jaman telah menuju kepada kemajemukan dan kesetaraan. Jarak sosial antara warga negara menjadi semakin dekat. Budaya-budaya telah terasimilasi secara berkesinambungan dan halus tanpa terasa. Efisiensi telah menjadi semboyan dalam setiap komunikasi sehingga struktur masyarakat mejadi lebih datar dan sederhana. Manusia sudah begitu bebas untuk berbicara. Manusia sudah begitu leluasa untuk berkomunikasi baik di dunia nyata maupun di media sosial. Manusia telah mengubah pola hidup untuk berusaha menjadi satu dan setara tanpa sekat dan aturan baku.

Saya akan bercerita mengenai sebuah negeri yang kita sebut aja negeri 'Seolah-olah'. Seperti pada cerita dongeng pada umumnya, negeri ini begitu luar biasa dan tidak cukup kata-kata untuk menggambarkan segala karunia yang dimilikinya. Ada puluhan ribu pulau. Lautan yang luas. Hutan terbentang dari barat hingga timur dan utara hingga selatan. Ribuan suku bangsa yang membaur tanpa konflik. Ribuan bahasa yang dapat saling berkomunikasi dengan satu bahasa nasional, Tidak ada musim dingin dan musim panas. Tidak ada angin tornado. Tidak ada gelombang panas. Tanaman apapun tumbuh. Binatang apapun hidup. Negeri ini luar biasa.

Namun, ada hal unik di negeri Seolah-olah ini. Negeri ini sepertinya memiliki banyak presiden. Kalau saya mengemudi di jalanan, sering kali saya melihat rombongan mobil yang dikawal oleh petugas. Setelah saya tanyakan orang sekita saya apakah mereka rombongan presiden, jawab mereka bukan. Kemudian saya pernah pegi ke salah satu pelosok di negeri ini, saya juga melihat rombongan kendaraan yang juga dikawal oleh petugas. Saya tanyakan kepada teman saya apakah mereka rombongan presiden, jawabannya bukan. Ada lagi yang aneh pernah saya jumpai dimana ada satu mobil di jalanan dan dikawal oleh bukan petugas namun bergaya petugas dimana motornya besar, pakai seragam ala militer namun bukan militer, dan cukup panjang yang mengawal. Saya tanyakan lagi kepada teman saya apakah mereka rombongan presiden dan jawabannya sama, bukan juga.

Dalam suatu acara pernikahan di salah satu gedung mewah di negeri ini, saya harus melalui metal detector dimana saya lihat banyak pengawal-pengawal berseragam hitam dengan alat komunikasi lengkap. Kemudian saya berpikir-pikir wahh seru juga nihh acara pernikahan ini sepertinya akan meriah karena presiden negeri ini akan ada dalam satu gedung dengan saya. Kemudian saya lihat seperti ada kerumunan orang yang melayani orang ini dan begitu ketat penjagaan terhadap dia. Saya berpikir inilahh presiden yang saya tunggu-tunggu supaya bisa saya lihat. Kemudian saya katakan kepada sebelah saya bahwa presiden anda begitu muda yah. Namun orang sebelah saya sontak terkejut dan mengatakan dia bukan presiden. Dia orang kaya di negeri ini. Kecewalahh saya ternyata bukan presiden yang saya lihat. Namun, saya masih punya harapan siapa tahu presiden sesungguhnya akan hadir di acara ini. Tak disangka, benar adanya rombongan yang lebih besar memasuki gedung dan para pengawal-pengawal seperti tergesa-gesa untuk menghampiri dan memberikan layanan VVIP dan menyuruh orang-orang untuk memberi jalan karena 'sang tuan' akan masuk dan memberi salam. Lalu saya coba mendekat dan terkagum-kagum melihat orang yang saya duga adalah presiden negeri Seolah-olah yang sesungguhnya. Saya tanyakan kepada orang di depan saya, siapa dia dan jawabannya ternyata ohh ternyata dia 'hanyalah' ketua partai. Ohh ternyata ohh ternyata.....saya belum pernah melihat presiden negeri yang indah ini.

Kemudian, saya bertanya-tanya kepada sahabat saya yang begitu ramah dan rajin menemani perjalanan saya di negeri ini. Dia mengatakan bahwa memang negeri ini dihuni oleh banyak 'presiden'. Mereka ingin sekali mendapatkan perlakuan layaknya presiden. Bebas macet, pengawalan yang ramai ditunggu orang, diliput media dari pagi hingga malam, pesawat pribadi atau sewa, dll. Acara ulang tahun pun seringkali disiarkan di televisi dan ditonton oleh jutaan warga negeri ini. Bahkan, acara ulang tahun kemerdekaan negeri ini pun mereka membuat upacara sendiri yang dihadiri oleh masa mereka yang diberikan seragam ala pasukan dengan panjit-panji seolah-olah mereka sedang menjadi presiden. Pemerikasaan pasukan upacara pun dilakukan dengan ala militer padahal mereka bukan pasukan, hanyalah seolah-olah pasukan. Teman saya pun terus bercerita bahwa sebagian kecil tokoh negeri ini baik di kota maupun di kampung memiliki kecenderungan yang sama. Mereka feodal. Mereka membuat jarak dan menjadikan masyarakat sebagai 'pasukan' mereka.  Mereka minta dihormati. Dia pun tidak mengerti di jaman yang makin modern masih ada gaya-gaya feodal dan borjuis dipertontonkan di depan umum. Mereka seperti tidak tersentuh oleh jaman. Mereka seperti hidup di masa lalu.

Setelah mendengarkan cerita dan melihat apa yang saya lihat, benar adanya bahwa negeri yang cantik dan indah ini memang memiliki banyak presiden sepertinya. Saya akhirnya meminta bantuan teman saya untuk menunjukan gambar Presiden Seolah-olah yang sesungguhnya melalui internet. Ohhhh, ternyata negeri ini memiliki presiden yang sebenar-benarnya dan sesungguh-sungguhnya. Ternyata negeri ini sudah maju dan teratur dalam berpemerintahan dan berdemokrasi. Ternyata punya pemerintahan yang diakui oleh rakyatnya meskipun masih ada segelintir orang yang seolah-olah dirinya presiden. Dalam hati saya, bersyukurlah negeri ini meskipun masih berjuang untuk kehidupan yang lebih baik, namun negeri ini sudah sangat baik dan masyarkatnya pun baik-baik untuk tidak memberi ruang kepada seolah-olah presiden.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun