Mohon tunggu...
Mahmud Hasibuan
Mahmud Hasibuan Mohon Tunggu... Administrasi - Pegiat sosial

Aktif dibidang sosial sejak april 2003. Ketua Yayasan Rumpun Anak pesisir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ultah Sekolah Kandang Ayam

20 April 2017   19:49 Diperbarui: 21 April 2017   04:00 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar di emperan rumah warga (Dokumentasi Pribadi)

Entah kenapa hari ini saya merasa beda , maksudnya semangatnya tidak seperti kemarin. Dari pagi sampai menjelang maghrib saya masih sibuk di depan komputer mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan kegiatan sosial. Mulai dari membuat campaign penggalangan dana untuk membangun tempat belajar untuk anak-anak sampai mengerjakan paparan untuk presentasi besok pagi di ajang lomba pilar-pilar sosial berprestasi tingkat DKI Jakarta.

Istirahat sebentar untuk mandi dan mengerjakan shalat maghrib. Usai shalat maghrib saya baru sadar kalau hari ini tepat tanggal 20 april. Tak terasa teringat empat belas tahun lalu tepatnya 20 april 2003 di kandang ayam milik salah satu Nelayan di kampung Nelayan Muara Angke.

Hari itu saya mengawali kegiatan membentuk kelompok belajar untuk anak-anak Nelayan miskin yang banyak putus sekolah dan buta huruf. Masih ingat pertama mengajar saya mengajak mereka untuk keluar dari kebodohan. "Kalian harus bisa membaca, menulis dan harus punya cita-cita tinggi, yang perempuan juga jangan kalah ya harus bisa lebih hebatdari ibu Kartini" kata-kata itu terucap mengalir dari mulutku untuk memotivasi mereka. Saya bercerita tentang Ibu Kartini karena kebetulan esoknya bertepatan tanggal 21 April hari lahirnya Ibu Kartini.

(Dokumentasi Pribadi)
(Dokumentasi Pribadi)
Empat belas tahun bukan waktu yang singkat, saya banyak belajar dari kehidupan anak-anak yang saya dampingi. Saya ikut merasakan tinggal di rumah mereka yang terbuat dari kayu dan triplek bekas, saya ikut melaut agar bisa merasakan apa yang mereka rasakan.

Sedih dan trenyuh hati melihat anak-anak yang membantu orang tuanya melaut tapi tidak boleh makan ikan hasil tangkapannya karena mereka lebih memilih ikan tangkapannya di jual untuk membeli beras dan beli solar untuk modal melaut esok harinya.

Pernah berantem dengan guru sekolah karena saya tidak terima salah satu anak Nelayan di suruh pulang karena tidak sanggup membayar SPP. Kesedihan mereka jadi kesedihan saya, semangat mereka belajar di sekolah kandang ayam menumbuhkan semangat luar biasa bagi saya.

Jadi melamun sejenak mengingat semuanya dan seolah kejadian tersebut belum lama terjadi. Saat ini kelompok belajar kandang ayam tersebut telah berubah nama menjadi sebuah yayasan sosial. Namanya Yayasan Rumpun Anak Pesisir (YRAP). Dulu tak pernah terpikir sedikitpun untuk menjadi yayasan tapi semenjak tahun 2013 sudah menjadi yayasan yang sah berbadan hukum. 

Anak-anak murid pertama sekolah atau kelompok belajar kandang ayam ini sekarang sudah besar. Banyak yang sudah bergelar S1. Ada yang bekerja di Bank swasta ternama , ada yang bekerja di perusahaan dan ada juga yang tertular melakukan kegiatan sosial seperti saya ,hehe

Saat ini anak-anak yang di dampingi tidak hanya anak Nelayan di Jakarta Utara tetapi sudah mulai meluas sampai ke Bogor dan Banten. Tiap wilayah yang saya datangi punya cerita tersendiri. Di bogor sempat di usir dan di bilang aliran sesat oleh tokoh agama yang merasa terganggu dengan kedatangan saya. Mereka hembuskan isu tersebut karena semenjak saya dan beberapa teman dari Rumpun Anak Pesisir datang kesana,banyak anak-anak yang meninggalkan kebiasaan mereka turun kejalan meminta minta sumbangan dengan dalih untuk pembangunan sarana ibadah, anak-anak tersebut memilih untuk ikut belajar bersama saya dan team Rumpun Anak Pesisir.

Masih banyak cerita lainnya seperti kedatangan saya yang ingin mengadu ke lurah karena tempat belajar anak-anak di rusak orang tetapi kedatangan saya tidak di terima oleh lurah tersebut. Juga cerita seorang bapak yang marah-marah karena anaknya yang setiap hari harus bekerja jadi buruh kupas kerang jadi meninggalkan pekerjaannya dan memilih ikut belajar dengan saya. Ahhhh jadi sedih kalau di ingat hehe

Kalau ditanya apa sih yang saya cari dengan ini semua, saya bingung dan gak tau mau jawab apa tetapi saya merasa senang ketika anak-anak yang saya dampingi terbantu, itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun