Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penampakan Sepatu Abad XVII Milik Syekh Yusuf di Pantai Losari Makassar

8 Januari 2017   10:14 Diperbarui: 8 Januari 2017   12:34 2451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Syekh Yusuf diapit patung Mahatma Gandhi dan Nelson Mandela di Pantai Losari Makassar/Foto: Mahaji Noesa

Model Sepatu Syekh Yusuf, salah seorang pahlawan nasional Indonesia yang hidup di abad XVII (1626 -1699) kini dapat dilihat di pelataran Bugis-Makassar, anjungan Pantai Losari, kota Makassar, Sulawesi Selatan. Juga bentuk sendal terompah Mahatma Gandhi (1869 – 1948) pemimpin spiritual dan politisi asal India, serta model sepatu yang sering digunakan tokoh antiapartheid Nelson Mandela (1918 – 2013), Presiden Afrika Selatan semasa hidupnya.

Tiga tokoh yang namanya amat mendunia tersebut kini dihadirkan berdampingan dalam bentuk properti patung utuh menghadap laut Selat Makassar depan Pantai Losari. Patung dibuat berkostum lengkap hingga alas kaki yang digunakan semasa hidup mereka.

Patung Syekh Yusuf dideskripsikan mengenakan jubah, memakai sorban dan memegang tasbih berada di tengah. Diapit patung Mahatma Gandhi yang memegang tongkat, dan patung Nelson Mandela mengenakan jas penuh semangat melambaikan tangan.

‘’Patung tiga tokoh dunia yang dibuat berdampingan di Pantai Losari, kemungkinan merupakan patung  pertama dengan penampakan utuh kostum mereka dari kaki hingga kepala. Saya telah menyimak banyak catatan dari berbagai sumber terhadap tiga tokoh tersebut, tapi baru kali ini melihat gambaran langsung penampakan sosok fisiknya yang utuh,’’ komentar, Ardi, salah seorang dari kelompok komunitas pemuda yang mengamati ketiga patung tokoh dunia di Pantai Losari tersebut, Minggu (8/1/2017) siang.

Patung Syekh Yusuf ini merupakan patung kedua di anjungan Pantai Losari. Sebelumnya, patung pahlawan nasional yang juga dikenal sebagai tokoh ulama dan sufi kelahiran Gowa, Sulawesi Selatan, telah dibuat di anjungan Metro Makassar, depan mesjid terapung Amirul Mukminin, Pantai Losari. Dibuat dalam bentuk patung kepala (patung tarso) bersama 20 patung tarso pahlawan nasional serta tokoh-tokoh melegenda lainnya di wilayah Sulawesi Selatan, yang menjadi asesosi khas pelataran arah selatan Pantai Losari.

‘’Menarik sekali, mesjid Amirul Mukminin Pantai Losari justru sekarang dikelilingi pembuatan asesori patung-patung,’’ komentar Khairil Anas, mantan wartawan suratkabar Independen kota Makassar yang kini sedang bertugas di wilayah Timur Tengah, saat diberi kabar tentang pembuatan Patung Ramang, pemain sepak bola legendaris asal kota Makassar di depan mesjid terapung tersebut.

Lebih menarik lagi, dua patung Syekh Yusuf yang kini hadir di Pantai Losari, seorang tokoh tapi dengan dua wajah berbeda satu dengan lainnya. ‘’Saya menerawang dengan bantuan pengamalan syikrullah untuk mengetahui lalu melukis bentuk fisik wajah tokoh-tokoh yang semasa hidupnya tidak punya gambar atau potret diri. Sedangkan untuk gambaran asesori atau kostum yang digunakan tokoh tersebut direkayasa saja disesuaikan kondisi semasa tokoh masih hidup, disesuaikan warna serta properti adat, budaya, alam dan lingkungannya,’’ aku Bachtiar Hafid, salah seorang pelukis supranatural di Makassar yang telah banyak mendapat kepercayaan membuat karya lukis supranatural dari berbagai daerah di Indonesia.

Lukisan Sultan Alauddin dan pahlawan nasional Lamaddukelleng, merupakan contoh dari banyak lukisan supranatural dihasilkan Bahtiar Hafid yang telah teruji serta mendapat pengakuan lembaga publik maupun pemerintah.

Banyak pihak telah lama menyarankan agar pembuatan lukisan maupun patung terutama berkaitan dengan tokoh-tokoh pahlawan nasional, semestinya mendapat perhatian tuntunan dari pemerintah Indonesia. Dimaksudkan agar tidak terjadi kesimpangsiuran penggambaran satu tokoh yang dilukiskan atau dibuatkan patung dengan wajah yang berbeda-beda satu dengan lainnya.

Kasus protes yang pernah dilakukan mahasiswa dan pelajar asal kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan beberapa waktu lalu terhadap pembuatan patung tarso Nene Mallomo, seorang tokoh cendikiawan masa lampau asal Sidrap di antara 20 patung tarso di Pantai Losari, dapat menjadi pelajaran besar. Bayangkan, pembuat patung menampilkan tokoh tersebut dengan wajah seorang nenek perempuan tua. 

Sepintas  bagi yang tak mengetahui latar sejarah dan budaya, patung tarso perempuan tua itu memang serasi sesuai namanya Nene Mallomo. Akan tetapi sesungguhnya salah besar karena tokoh Nene Mallomo adalah pria, panasihat  raja yang cerdik di wilayah Sidrap. Kesalahan fatal, sudah tentu diprotes keras dan patung perempuan yang disebut Nene Mallomo pun disingkirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun