Mohon tunggu...
Luhur Pambudi
Luhur Pambudi Mohon Tunggu... Staff Pengajar SOBAR Institute of Phylosphia -

Perut Kenyang Hatipun Senang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kerumitan dan Ketidaksepahamannya

8 Juli 2017   22:05 Diperbarui: 8 Juli 2017   22:27 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berlin: The Art of Reunification

Rasanya tumpah anggur semalam

Basah di taplak, memperkarat telenan

Membuang diam, kurampas, dan kuganti kerumitan

Hanya itu sejelas jelas nasib yang rumit setelah kutukartambah sisanya

Nasib buruk katanya tidak untuk dilahirkan, ini pesimis, makanya ia mati tragis

Ditelan sepi, dihunus rasa geram yang menjadi jadi, "rasanya ternyata begini," kata ku semalam dengan sengaja kutumpah semuanya

Justru ini anehnya, tukang damprat itu tak pernah mati hingga hari ini,

"Masih saja tak ingat kau?" Makanya banyak baca, biar mudah nebak, dan sulit ditebak

Kunamai dengan sifat, hanya itu yang sebenarbenarnya nyata, tentang tumpah ruah semalam

Perkara nama, hati apalah daya, ia tak beruang mengapa kerap minta sisa jarak menagih jatah, tanpa uluk salam pula

Kulunasi pada akhirnya, kuganti dan kugadai dengan sifat kerumitan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun