Mohon tunggu...
Sulistyo
Sulistyo Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Dagang

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perlunya Orang Tua Memahami Peer-Group Anak-anaknya

21 Agustus 2017   22:49 Diperbarui: 21 Agustus 2017   22:57 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencermati tingkah laku manusia terutama perkembangan anak sejak awal remaja hingga menjadi manusia dewasa merupakan salah satu kepedulian kita terhadap generasi muda. Pertumbuhan usia anak remaja tentu berjalan secara bertahap sesuai dengan usianya dimana mereka berada, pada masa tertentu memerlukan hidup berkelompok dengan sebayanya. Hidup berkelompok dengan teman sebayanya ini selanjutnya disebut peer-group.

Sebagai makhluk sosial perlu diketahui dan dipahami bahwa secara psikologis-sosiologis ada beberapa kebutuhan para remaja diantaranya kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer sebagai kebutuhan dasar berupa fisik. Yang bersifat fisiologis misalnya: kebutuhan untuk melakukan berbagai aktivitas,  kebutuhan untuk mengetahui sesuatu. Sedangkan kebutuhan sekunder antara lain: kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk dipuji, kebutuhan dalam kedudukan, kebutuhan untuk memperoleh sesuatu, dan lainnya.

Untuk menjelaskan persoalan tersebut sekaligus untuk melakukan pendekatan terhadap perilaku remaja, teori paling populer dikenal dengan sebutan Teori Hirarki Kebutuhan dari Maslow. Teori ini banyak berbicara tentang kebutuhan, perilaku, dan motivasi manusia.

Menurut Maslow, manusia punya berbagai kebutuhan sesuai tingkatannya dan mereka senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Adapun  hirarki kebutuhan menurut Maslow yaitu: kebutuhan fisik-merupakan tingkat kebutuhan manusia paling bawah. Disusul kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan penerimaan dari pihak lain, kebutuhan akan rasa penghargaan dan pengenalan, sedangkan kebutuhan paling tinggi adalah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.

Mengacu pada tingkatan kebutuhan tersebut, para orangtua yang peduli keluarga sekaligus peduli terhadap anak-anaknya maka perkembangan dari masa ke masa si anak layak untuk dicermati, dipahami sehingga dapat memperlakukan buah hatinya secara bijak sejalan dengan perilakunya berdasar kebutuhan yang layak atau kurang layak untuk kemudian bilamana tidak sesuai dengan ukuran umum kepantasan segera bisa disikapi.

Memang harus diakui bahwa intensitas berkelompok masing-masing anak berbeda, ada anak yang tergolong atau tipe pendiam, setiap harinya hanya berada dilingkungan rumah (anak rumahan). Namun tidak sedikit anak-anak yang suka bermain di luar lingkungan rumah bersama teman-teman sebayanya (peer-group). Tipe anak yang terakhir ini menjadi menarik dan perlu dipahami oleh para orang tuanya, karena sedikit banyak peer-group ikut mewarnai  pembentukan sikap si anak itu sendiri.

Anak yang suka berkelompok atau tergabung dengan sebayanya biasanya merupakan sosok yang penampilan dan perbuatannya aktif, punya inisiatif, suka memikirkan kepentingan kelompok, sifat dan sikapnya bisa menahan marah, dapat dipercaya, tidak pelit dan selalu bekerja sama. Nah, jiwa berkehidupan sosial dalam "organisasi kecil" ini sesungguhnya mulai tetanam, sifat egoisnya cenderung tidak dominan dalam mengambil keputusan.

Dilihat dari keberadaan maupun interaksi sosialnya, peer-group merupakan suatu wadah anak muda remaja yang secara alamiah terbentuk dikarenakan adanya kesamaan sikap dan kepentingan, sehingga terbentuklah kelompok sebaya ini. Dalam perkembangannya, mereka yang tergabung didalam peer-group mempunyai jalinan ikatan perasaan yang kuat terutama dalam bekerja sama, membentuk norma, nilai dan simbol-simbol kelompok. Juga  memiliki kode-kode tingkah laku yang ditetapkan dan dipatuhi. Ini berbeda tentunya jika dibanding anak/remaja yang sehari-hari hanya berada dalam lingkungan rumah melulu.

Hal yang perlu dicatat dan dicermati yaitu menyangkut apa yang sedang mereka perbuat dalam kehidupan masyarakat umum. Potensi yang sebenarnya dimiliki peer-group ini akan berdampak positif dan mempunyai nilai tambah apabila diterapkan untuk kegiatan-kegiatan sosial kemanusiaan misalnya: ikut ambil bagian dalam bantuan korban bencana, bakti sosial dan kemanusiaan untuk menolong saudara kita yang sedang ditimpa musibah, ikut melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup atau kegiatan sejenis lainnya.

Namun demikian mengingat sikap anak muda/remaja masih labil, perlu pula diwaspadai bilamana  peer-group ini disusupi perbuatan yang bersifat negatif dan cenderung merusak, misalnya: melakukan pengeroyokan/penganiayaan atau perkelahian terhadap kelompok lain yang menjurus kriminal, melakukan pesta minuman keras, obat-obatan terlarang, atau perbuatan yang melanggar hukum -- semuanya ini perlu dimonitoring sekaligus dipahami oleh para arang tua sebagai pengendali -- agar anak-anaknya jangan sampai terbawa arus negatif yang merugikan masa depannya.

Keberadaan peer-group memang tidak selalu negatif dan harus dihindari. Sebagai kebutuhan dalam perkembangan para remaja untuk bergabung dengan teman/kelompok sebayanya  sesungguhnya lumrah-lumrah saja selama dalam pergaulannya tidak menjurus ke hal-hal negatif seperti disebutkan diatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun