Mohon tunggu...
Herlina Butar
Herlina Butar Mohon Tunggu... Administrasi - LKPPI Lintas Kajian Pemerhati Pembangunan Indonesia

Cuma orang yang suka menulis saja. Mau bagus kek, jelek kek tulisannya. Yang penting menulis. Di kritik juga boleh kok. Biar tahu kekurangan....

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Cintai Rupiah, Jangan Beternak Dolar!

20 Juni 2018   05:22 Diperbarui: 21 September 2018   23:20 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Semakin tinggi nilai transaksi, semakin banyak kebutuhan US$ di dalam negeri, maka akan semakin menurunkan nilai rupiah di dalam negeri sendiri. Padahal dengan cara demikian pelaku transaksi harus menanggung kerugian saat transaksi penukaran mata uang, karena dalam keseharian di negara Indonesia, transaksi umum toh tetap menggunakan rupiah.

Yang justru untung adalah negara pemilik US$, Amerika Serikat. Saat pembelian dan saat penjualan, Amerika Serikat selalu mendapatkan keuntungan dalam setiap transaksi. 

Demikian kuat pengaruh US$ di banyak negara, banyak transaksi perdagangan antar negara yang menggunakan US$. Demikian juga banyak diantara kita warganegara Indonesia yang sengaja membeli dan menyimpan US$. Kebanyakan penyimpanan US$ dilakukan sebagai permainan jual-beli uang untuk mendapatkan keuntungan. Membeli US$ saat rupiah sedang membaik. Lalu menyimpan dan menjual kembali pada saat rupiah sedang turun terhadap US$. Jual-beli mata uang adalah sesuatu yang kelihatan sangat tidak wajar. Saya tidak tahu, apakah ini termasuk dalam praktek riba.

Secara umum, riba berarti penetapan kelebihan prosentase tertentu atas nilai transaksi pokok. Riba dalam pengertian agama, adalah mengambil kelebihan secara tidak wajar atas sebuah transaksi dagang atau menetapkan pengembalian secara tidak wajar dalam transaksi pinjam-meminjam.

Sejatinya, jual-beli dolar ini menimbulkan riba, pengambilan keuntungan tanpa melalui transaksi apapun. Hal tersebut belum termasuk perhitungan bila terjadi fluktuasi nilai tukar dolar terhadap mata uang dunia.

Agama Islam, Kristen maupun Yahudi melarang keras praktek riba.

Setiap transaksi seharusnya bisa dipermudah transaksi jual-beli tanpa harus menukar dengan US$ karena kita memiliki mata uang sendiri. Akan lebih menguntungkan lagi, bila kita bertransaksi dagang dengan negara lain manapun, langsung menggunakan mata uang dari masing-masing negara sebagai alat tukar. Negara-negara yang memiliki hubungan dagang tersebut seharusnya juga bebas bertransaksi dengan mata uang negara manapun tanpa harus terlebih dahulu menukar mata uangnya dengan US$, sehingga tidak harus mengalami kerugian dua kali yang membuat keuntungan pada negara Amerika Serikat.

Transaksi ini merugikan kedua negara penjual dan pembeli serta menguntungkan Amerika Serikat. Negara Amerika Serikat tanpa jerih payah apapun mengambil keuntungan selisih perdagangan mata uang dari negara penjual maupun dari negara pembeli. Negara Amerika Serikat menjadi kaya raya dari setiap  transaksi dagang antar negara yang menggunakan US$. Penggunaan mata uang US$ telah menjadi riba bagi transaksi antar negara tersebut. Memberi keuntungan kepada negara lain padahal tidak negara pemilik mata uang tersebut tidak terlibat transaksi.

Perdagangan bebas adalah sebuah pilihan bagi negara-negara untuk melakukan perdagangan secara langsung antar negara. Seiring dengan perkembangan perdagangan global, negara-negara Trans-Pasifik telah mengadakan kesepakatan perdagangan bebas antar negara secara langsung.

Indonesia Punya Mata Uang Sendiri

Dalam negeri sendiri, banyak transaksi yang menggunakan US$ sebagai patokan harga. Contohnya, banyak apartemen di daerah elite yang menetapkan harga sewa menggunakan US$. Padahal jelas-jelas bangunan tersebut berdiri di atas lahan bumi pertiwi, Indonesia. Lebih tidak lagi elok, membangun di tanah Indonesia, yang punya usaha warga negara Indonesia tetapi menetapkan harga dengan memakai US$.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun