Mohon tunggu...
Herlina Butar
Herlina Butar Mohon Tunggu... Administrasi - LKPPI Lintas Kajian Pemerhati Pembangunan Indonesia

Cuma orang yang suka menulis saja. Mau bagus kek, jelek kek tulisannya. Yang penting menulis. Di kritik juga boleh kok. Biar tahu kekurangan....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pertemuan AHY dan Gibran, Sepatu Simbol Ketidakadilan Media Massa

11 Agustus 2017   18:34 Diperbarui: 14 Agustus 2017   14:48 10762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gesture duduk Gibran dibahas... || @radioelshinta

Hari Kamis, 10 Agustus 2017 di istana Presiden seharusnya tidak ada yang luar biasa. Ada pertemuan antara Agus Harimurti Yudhoyono dan Gibran Rakabuming Kamis, 10 Agustus 2017 di istana Presiden tersebut.

Yang satu anak mantan Presiden yang sekarang adalah warga negara biasa, yang ingin menyampaikan undangan kepada Jokowi untuk menghadiri peluncuran lembaga yang ia pimpin, The Yudhoyono Institute.

Yang satu lagi, anak Presiden, yang menerima kehadiran anak mantan Presiden menggantikan posisi bapaknya.

Mengingat dalam kapasitasnya sebagai Presiden, menerima undangan dari seorang warga negara biasa untuk menghadiri peluncuran sebuah lembaga milik pribadi, tentu agak janggal. Tidak elok rasanya.

Apalagi kedatangan AHY dibarengi dengan serombongan media massa yang memberitakan kedatangannya ke istana hanya sekedar untuk menyampaikan undangan.

Presiden, menerima undangan dari AHY? Hmmm, bagaimana konteksnya supaya lebih pantas?

Tentu akan lebih pantas, bila anak mantan Presiden bertemu dengan anak Presiden saja. Akan lebih seimbang kelihatannya.

Yang menjadi luar biasa adalah hasil tulisan rombongan media yang sebagian mengangkat “printil-printil” merk dan harga sepatu si anak Presiden ini.

Saat Kamis ini, media massa begitu menganggap penting berita “printil-printil” tentang harga sepatu Gibran Rakabuming?

Anehnya, tidak ada satu mediapun yang yang mengangkat berita “printil-printil” tentang harga sepatu AHY.

Apakah mentang-mentang AHY itu anak Jendral, jadi wartawan harus mahfum dengan harga sepatu atau baju mahalnya? Apakah penjual (pengusaha) martabak sederhana, yang kebetulan jadi anak Presiden ini tidak boleh memakai sepatu mahal?

Lalu, mengapa  sekarang saat Jokowi jadi Presiden, media massa "genit" dengan sibuk mengangkat berita tentang "printil-printil" tersebut kepada publik.

sumber: tabloidbintang.com
sumber: tabloidbintang.com
Harus bagaimana seorang Jokowi ini menjadi Presiden? Harus bagaimana pula Gibran, Kaesang dan Kahyang Ayu menjadi anak-anak Presiden. Apakah mereka harus bersikap seperti Tutut, Tommy Soeharto, Titiek atau seperti Ibas dan AHY?

Apakah ibu Iriana memakai tas murahan agar kelihatan miskin dan merakyat? Atau sekalian pake tas kresek saja?

Bukankah Joko Widodo juga seorang pengusaha meubel yang sebelum menjadi Presiden bukanlah seorang yang miskin dan tidak punya apa-apa?

Mengapa dengan kesederhanaan beliau, media massa membidikkan "bantalan-bantalan peluru" yang seolah beliau harus berlagak miskin?

Gesture AHY seolah boleh-boleh saja karena AHY anak jendralkah? || suara.com
Gesture AHY seolah boleh-boleh saja karena AHY anak jendralkah? || suara.com
Seingat saya, selama SBY jadi Presiden, tak pernah ada yang mengangkat harga sepatu, harga baju, atau harga tas ibu Ani Yudhoyono saat itu.

Mungkin media massa malas menceritakan yang lain-lain yang lebih penting dalam pelaksanaan tugasnya sebagai Presiden sehingga lebih "gurih" menyuguhkan berita-berita pincang yang seolah menyudutkan Gibran serta mempertontonkan boroknya dunia jurnalis.

Jika begitu, kenapa berita-berita model begini tidak pernah disajikan pada masa pemerintahan Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY yang menjadi Presiden hingga 2 kali masa jabatan.

Saya tidak pernah mengerti...

Herlina Butar-Butar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun