Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama FEATURED

Kamala Harris Tantang Trump di Pilpres AS 2020, Adakah Indonesia Punya Capres Perempuan di 2024?

25 Januari 2019   16:31 Diperbarui: 8 November 2020   15:47 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu Kamala Harris mengumumkan pencalonannya untuk pemilu Amerika 2020 di depan media di almamaternya, di Universitas Howard di Washington DC. 

Time Magazine
Time Magazine
Kamala Harris, senator untuk wilayah California ini mengumumkan agenda kampanyenya yang memberikan penghargaan pada perempuan yang merobohkan batasan. 

Kamala merupakan perempuan keturunan kulit berwarna Amerika kedua setelah Shirley Chisholm, senator yang pada pada 1972 mencalonkan diri menjadi calon presiden Amerika.

Baik Kamala Harris yang mewakili California dan Shirley Crisholm mewakili Brooklyn adalah dari partai demokrat. Keduanya menggunakan logo dengan warna yang sama, merah dan kuning. 

Kamala disebut sebagai perempuan dan keturunan Afrika Amerika yang pertama yang dipilih sebagai jaksa di distrik San Francisco dan kemudian menjadi jaksa umum di tahun 2010. 

Shirley Grisholm (Reuter)
Shirley Grisholm (Reuter)
Di tahun 2016, Kamala menjadi perempuan kulit hitam kedua dan perempuan keturunan Asia Selatan yang terpilih menjadi senat. Kariernya yang melesat mendapat komentar dari beberapa pihak bahwa ia bekerja luar biasa keras untuk mencapai posisi ini "No one harder". Kamala akan memulai kampanyenya pada minggu yang akan datang. Ia membuka kantor kampanye di Baltimore dan di Oakland.


Quotenya "Bila mereka tidak berikan kamu meja, bawa saja kursi lipat" adalah gambaran tekadnya untuk tidak mengalah dengan situasi yang ada. Kampanye Kamala yang dilakukan melalui video membawa pesan "Kebenaran, keadilan, kehormatan dan kesetaraan. Ini adalah nilai-nilai yang Amerika pernah junjung, dan sekarang sedang mengantre untuk kembali".

Beberapa pengamat politik Amerika sangat senang menyambut pencalonan Kamala. Khususnya, karena sebagian besar masyarakat Amerika merasa jengah dengan kepribadian Trump yang buruk dan dengan kebijakannya yang tidak plural dan terkesan serampangan. 

Membandingkan dengan Trump yang tidak memiliki kosa kata yang kaya, pengamat politik menyebut Kamala sangat cerdas dan selalu memberikan presentasi dengan detail pada persoalan persoalan yang ada.

Myra Adams, seorang ahli media yang mendukung kampanye Bush di tahun 2004 menyampaikan di The Realpolitik bahwa ia yakin Kamala Harris akan memenangkan pencalonannya, atas beberapa alasan. Pertama, ia perempuan dan gender adalah kekuatan. Kedua, ia terlahir campuran antara Jamaica dan Amerika. Demokrat mendukung pencalonan dari kalangan kulit campuran atau berwarna. 

Ketiga, ia dianggap sebagai panutan atau role model. Pengamat mengatakan bahwa orang dengan kredibilitas semacam itu harus mencapai happy ending di Gedung Putih, Keempat, Obama akan mendukung kampanyenya. 

Kelima, dengan perilaku Trump yang rasis dan bias gender, Trump akan disorot berbagai pihak bila perilakunya tidak berubah.

Megawati (ANTARA)
Megawati (ANTARA)
Bagaimana dengan di Indonesia? Adakah calon presiden perempuan di Pilpres 2024?

Sejak Megawati, belum pernah ada perempuan Indonesia dinominasikan atau bahkan disebut potensial untuk menjadi salah satu calon presiden. 

Wowkeren.com
Wowkeren.com
Pernah, Susi Pudjiastuti dan Sri Mulyani disebut-sebut sebagai orang kuat di Indonesia dan dinilai layak mendampingi pencalonan Jokowi pada Pemilu 2019, tetapi realita tak berkata demikian. Padahal beberapa pengamat melihat bahwa kredibilitas, kompetensi, dan keseluruhan kapasitas dari keduanya lebih baik dari calon-calon yang kemudian maju. Alhasil sejak Pilpres pasca reformasi, hanya Megawai yang sempat maju sebagai kandidat Presiden.

Megawati kalah bersaing dengan Gus Dur pada Sidang Istimewa MPR 1999 dan mendapat posisi sebagai Wakil Presiden. Kala itu, Gus Dur mendapat 373 suara dan Megawati mendapatkan 313 suara. 

Akhirnya Megawati diangkat sebagai Presiden RI pada melalui Sidang Istimewa MPR, ketika mandate Gus Dur dicabut. Pada Pemilu 2004, Megawati kemudian mencalonkan kembali sebagai presiden dengan Prabowo Subianto sebagai calon presiden, tetapi kalah dalam persaingannya dengan SBY. Megawati mencalonkan kembali pada 2009, tetapi menghadapi kekalahan dari pesaingnya, SBY yang terpilih untuk kedua kalinya.

Walaupun perempuan ditargetkan minimal sebanyak 30% dari calon legislatif di Indonesia, tidak ada aturan yang memperkenalkan insentif agar perempuan juga menjadi calon presiden. Bahkan, perdebatan dan politisasi apakah perempuan layak jadi pemimpin masih sering terdengar.

Adalah menarik mengingat apa yang terjadi pada 1998. Baik kelompok muslim progresif dan konservatif menolak pemimpin perempuan melalui fatwa. Kegagalan Megawati menjadi Presiden pada 1999 adalah karena menjadi korban bias gender. Namun, pada 2001, kelompok muslim berbalik 180 derajat dan membuka pintu bagi Megawati. Ini sesuatu yang menarik. 

Bila konstitusi tidak membatasi perempuan jadi presiden dan pencalonan anggota DPR memasang quota 30% untuk perempuan, jadi, sebetulnya, yang menentukan perempuan bisa atau tidak bisa jadi presiden itu siapa?

Saat ini demokrasi di Indonesia sedang dalam masa percobaan. Persoalan polarisasi kelompok di masyarakat, penggunaan dan politisasi pandangan pandangan yang konservatif, adanya alergi sosial pada perbedaan, dan merajanya berita bohong, semuanya ini tidak akan kondusif bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam politik. Sampai kapan ini akan terus terjadi?

Pustaka :

The Indonesian Islamic Debate on a Woman President, by Nelly VAN DOORN-HARDER
The Guardian, Kamala Harris officially enters 2020 US presidential race, 22 January 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun