Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Berwisata ke Bangkai Kapal Perang Jepang Ex PD II di Laut Halmahera

30 September 2018   14:39 Diperbarui: 30 September 2018   16:45 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Berwisata asyik tidak harus jalan-jalan menikmati indahnya danau, laut, pegunungan, atau pantai seeksklusif Kuta di Bali. Berwisata tak harus duduk atau tiduran menikmati alam sekitar yang tenang dengan tiupan angin sepoi mengeringkan peluh. Berwisata konvensional terkadang terasa monoton. Membosankan. 

Banyak orang punya selera wisata yang berbeda. Berburu ke belantara hutan,misalnya. Melatih keberanian berkemah dalam gelap malam,seraya menikmati lolongan anjing hutan, kawanan primata, auman serigala dan binatang buas lainnya. Ingat juga sosok Yapto Suryosumarno yang hobi berburu singa ke gurun Afrika. Ada juga yang memilih berwisata menjerat burung ke pegunungan terpencil jauh dari bisingnya perkotaan.

Tiap daerah memiliki ragam destinasi yang ditawarkan mengundang minat turis bertamu. Sumatera Utara mengandalkan Danau Toba, Brastagi, atau destinasi wisata agama Nasrani bernama Salib Kasih di Tapanuli Utara. Lalu Maluku yang dikenal dengan pohon nyiur melambai dan aneka pantai yang menakjubkan meski pun belum semua tersentuh restorasi. Apa pun itu, semuanya punya khalayak peminat. 

Wisata agak beda kulakoni di Kecamatan Kao-Malifut Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Kawasan daerah berkembang ini minus hiburan. Saat musim liburan aktivitas warga biasa-biasa saja. 

Duduk di tepi pantai,ngobrol seraya menatap pemandangan rutin: laut dan kapal nelayan. Jika ingin cuci mata boleh pergi ke Tobelo atau Ternate. Tapi tentu butuh dana tak murah. Minimal untuk menyaksikan geliat kota, menangkap sinyal-sinyal kebaruan fashion atau kuliner.

Lebih sebulan berkunjung ke tempat anak kami di Kao dan Malifut, suasana monoton bercokol di hati. Pada pagi atau sore mampir sejenak ke pesisir pantai Lovra, bertemu orang blasteran Sangir-Filipina di perkampungan nelayan.

 Pemandangan rutin tiap pagi atau sore adalah kesibukan nelayan pulang dengan hasil tangkapan ikan atau hampa tangan. Laut adalah luasan daratan buat mereka. Perahu atau tongkang bermesin adalah mobil atau sepedamotor bagi para pelaut. Mau ngebut di laut boleh bebas tanpa perlu khawatir ada razia SIM dan STNK. Paling ekstra waspada bila ombak melewati ukuran normal.

*

Pagi itu anak kami menawarkan ide baru, seminggu lagi jelang aku pulang ke Sumatera. Kami menyusuri pantai Sosol yang permai. Rombongan warga tampak duduk santai di tembok pembatas pantai.

Di kejauhan dalam jarak sekitar 1500-2000 meter kelihatan sosok sebuah kapal besar yang parkir di tengah laut tak begitu dalam.

"Itu kapal perang Jepang eks perang dunia kedua yang dulu dibombardir pesawat tempur sekutu. Kapal itu mengalami kerusakan berat dan badan kapal patah dua, " sang anak berkilas kisah mengutip cerita yang didengarnya dari penduduk setempat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun