Mohon tunggu...
Inovasi

Benarkah Jaringan Permanen Masih Meristematik?

21 September 2017   22:53 Diperbarui: 25 September 2017   19:07 3399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sel -- sel parenkim yang terletak di daun mengandung kloroplas. Kloroplas merupakan organel semiotonom yang mengandung pigmen fotosintetik berupa klorofil yang digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Sel -- sel parenkim ini disebut dengan parenkim asimilasi karena dapat melakukan proses pembuatan makanan melalui proses fotosintesis. Hasil dari fotosintesis berupa amilum akan diubah menjadi ATP oleh mitokondria. ATP kemudian disimpan di dalam vakuola dan akan digunakan pada saat sel membutuhkan energi, seperti saat sel akan melakukan pembelahan. Hasil fotosintesis yang telah diubah menjadi ATP akan disimpan dalam parenkim penimbun. Sel akan mengambil energi yang disimpan di dalam vakuola untuk pembelahan sel ketika energi yang dihasilkan oleh sitoplasma belum mencukupi untuk pembelahan sel.

Teori totipotensi sel menjelaskan bahwa setiap sel akan tumbuh dan berkembang menjadi suatu individu baru bila sel tersebut diletakkan di kondisi yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan (banyak mengandung nutrisi dan hormon pertumbuhan). Sifat totipotensi yang terdapat pada tumbuhan masih lebih besar dibandingkan pada hewan. Teori ini dibuktikan dengan eksperimen F. C. Steward yaitu dengan mengambil satu sel empulur wortel, kemudian menumbuhkannya menjadi suatu individu baru. Seperti yang diketahui, bahwa empulur sendiri merupakan bagian dari jaringan parenkim (parenkim pengangkut). Dari percobaan tersebut, dapat dilihat bahwa sel -- sel parenkim mempunyai kemampuan untuk membelah diri (meristematik).

Teori totipotensi di atas sekaligus berkaitan dengan teori kultur jaringan yang menyebutkan bahwa setiap sel berasal dari sel sebelumnya (teori sel oleh Schleiden dan Schwann). Teori ini berarti bahwa di manapun letak suatu sel pada organisme multiseluler, pada hakikatnya sama dengan sel zigot karena sama -- sama berasal dari satu sel tersebut. Secara tidak langsung, teori ini juga menyebutkan bahwa sel bersifat otonom dan memiliki kemampuan totipotensi. Sel bersifat otonom berarti bahwa sel memiliki kemampuan untuk mengatur rumah tangganya sendiri, sehingga bila sel tersebut dilepaskan dari sel induknya, sel tersebut dapat berkembang secara independen. Maka dari itu, pada eksperimen F. C. Steward, sel empulur wortel dapat tumbuh menjadi individu baru karena sel parenkim memiliki sifat otonom.

hal-17-59c8f10f4fc4aa3eb06a4b42.jpg
hal-17-59c8f10f4fc4aa3eb06a4b42.jpg
Jaringan permanen lain yang masih bersifat meristematik adalah jaringan gabus. Jaringan gabus atau yang sering disebut kambium gabus membelah membentuk lapisan pelindung (periderm). Selain itu, kambium gabus juga berfungsi untuk pertumbuhan sekunder (pertumbuhan ke arah samping). Maka dari itu, kambium gabus hanya ditemui pada tumbuhan dikotil, sedangkan pada monokotil tidak dapat ditemui. Kambium gabus melakukan pembelahan sel ke arah luar membentuk felem. Felem (lapisan gabus) terdiri dari sel mati, memiliki dinding sel yang tebal, dan bersifat impermeabel sehingga cocok digunakan untuk perlindungan tumbuhan dari gangguan mekanis. Sedangkan felogen melakukan pembelahan sel ke arah dalam membentuk feloderm. Feloderm (korteks sekunder) terdiri dari sel -- sel hidup sehingga berperan dalam pertumbuhan (sekunder). Feloderm sendiri melakukan pembelahan sel untuk bertumbuh.

1-epidermis-59c8f13263a8e6397b1eb762.jpg
1-epidermis-59c8f13263a8e6397b1eb762.jpg
Jaringan epidermis (dermal), jaringan penyokong, dan jaringan vaskuler merupakan jaringan permanen yang sifatnya tidak bisa berubah menjadi meristematik. Jaringan epidermis terdiri dari satu lapis sel yang tersusun rapat. Jaringan ini sudah tidak melakukan pembelahan sel karena fungsi utama dari jaringan ini adalah untuk perlindungan, bukan untuk pertumbuhan. Selain itu, sel -- sel epidermis juga tersusun tanpa ruang antar sel. Hal ini menyebabkan tidak ada ruang lagi bagi sel untuk membelah. Sebagian sel -- sel epidermis berkembang menjadi alat -- alat tambahan lain, seperti sel penjaga, trikoma, emergensia, velamen, spina, sel kipas, dan sel kersik yang disebut derivat epidermis. Derivat epidermis ini dibentuk hanya terbentuk karena perkembangan sel, bukan pembelahan sel.

kolenchym-59c8f154ca035042a6569312.jpg
kolenchym-59c8f154ca035042a6569312.jpg
Jaringan penyokong juga sudah tidak dapat bisa berubah sifat menjadi meristematik kembali. Jaringan ini dibagi menjadi kolenkim yang tersusun dari sel hidup dan sklerenkim yang tersusun dari sel mati. Dari pernyataan di atas, sudah dapat diketahui bahwa jaringan skelerenkim sudah pasti tidak dapat melakukan pembelahan sel karena tersusun tas sel -- sel mati. Lalu, bagaimana dengan kolenkim? Ditinjau dari fungsinya, jaringan penyokong berfungsi sebagai penegak, penguat, dan pelindung. Fungsi tersebut dapat dilakukan tanpa harus melakukan pembelahan sel. Oleh karena itu, pada sel -- sel kolenkim dan sklerenkim sudah tidak melakukan pembelahan sel lagi.

xilemfloem-730x350-59c8f15fbd579809f82eb742.jpg
xilemfloem-730x350-59c8f15fbd579809f82eb742.jpg
Terakhir, jaringan yang sudah tidak dapat berubah sifatnya adalah jaringan vaskuler. Jaringan ini terdiri dari xilem dan floem. Xilem tersusun dari sel -- sel mati, sedangkan floem tersusun dari sel -- sel hidup dan mati. Meskipun floem terdiri dari sel -- sel hidup, namun sel -- sel nya tetap tidak bisa berubah sifat menjadi meristematik. Hal ini didasarkan pada fungsi utama floem yaitu untuk mengangkut amilum dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Fungsi ini dilakukan dengan memanfaatkan sistem transpor aktif dan transpor pasif (tepatnya osmosis). Maka dari itu, sel tidak perlu mengeluarkan energi untuk melakukan pembelahan karena fungsi utama dari jaringan ini sudah dilakukan oleh sistem transportasi zat.

Dari semua pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya jaringan permanen dapat berubah sifatnya menjadi meristematik pada kondisi tertentu. Jaringan yang masih dapat berubah sifatnya menjadi meristematik adalah jaringan parenkim dan jaringan gabus. Jaringan parenkim akan berubah sifatnya ketika terdapat luka pada organ tumbuhan dan regenerasi tumbuhan. Sedangkan jaringan gabus bersifat meristematik untuk menjalankan fungsinya yaitu pertumbuhan sekunder. Sel -- sel yang masih hidup juga mendukung dalam perubahan sifat ini. 

Sedangkan jaringan permanen yang sudah tidak dapat berubah sifatnya adalah jaringan epidermis, jaringan penyokong, dan jaringan vaskuler. Jaringan epidermis memiliki tidak memiliki ruang antar sel sehingga tidak ada ruang bagi sel baru untuk tumbuh dan berkembang. Jaringan penyokong dan jaringan vaskuler juga sudah tidak dapat berubah sifatnya karena ditinjau dari fungsinya, sel -- sel jaringan penyokong dan vaskuler sudah dapat menjalankan fungsinya tanpa harus melakukan pembelahan sel.

DAFTAR PUSTAKA :

Febriani, W., Suwono, H., Si, M., & Sunarmi, M. P. 2013. Kegiatan Belajar 4 Jaringan Daun dan Sifat Totipotensi Tumbuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun