Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Broken Home", Jangan Sampai "Broken Kids"

28 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 28 Agustus 2019   07:13 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahwa broken home mempengaruhi temperamen anak. Mereka yang berasal dari keluarga broken home cenderung pemurung, pemalas, agresif, ingin mencari perhatian dari orang tua dan orang lain. 

Dampak psikologis lainnya adalah anger (kemarahan), guilty (perasaan bersalah), broken relations (hancurnya hubungan sosial karena merasa orang lain tak perlu dihargai), dan broken values (hilangnya nilai kehidupan).

Banyak problem yang rentan dihadapi anak broken home. Academic problem (malas belajar, masalah akademik, prestasi akademik turun). 

Spiritual problem berupa kurangnya kedekatan dengan Tuhan, iman yang melemah, dan menyalahkan Tuhan atas semua yang terjadi. 

Behavioral problem mengacu pada masalah tingkah laku. As we know, banyak anak broken home menjadi pemalas, agresif, menyakiti diri, sulit mengelola emosi, dan antisosial. 

Sexual problem lebih rumit lagi. Ada dua kemungkinan: anak broken home akan takut berelasi dengan lawan jenis, atau menjadikan seks bebas sebagai pelarian dari kenyataan hidup.

Ok, to the point saja ya. Menurut Young Lady, sebuah keluarga bisa berstatus broken home semuanya karena salah orang tua. Of course.

 Gara-gara orang tua yang tidak bertanggung jawab dan tidak berbakat menjadi orang tua, anak pun hancur. So, sebelum memutuskan memiliki anak, tengoklah ke dalam diri kalian. 

Pantaskah kalian menjadi orang tua? Kalau tidak pantas, tidak berbakat, dan tidak mampu, lebih baik jangan punya anak. Memiliki anak tidak hanya enaknya saja.

Ironis ya. Mereka yang daddyable dan mommyable tidak diberi anak. Sedangkan mereka yang tidak berbakat menjadi orang tua malah dititipi anak. Syukur kalau anaknya baik-baik saja. Nah, kalau jadi broken kids gimana?

Jangan sampai terjadi. Jika bisa dihindari, mengapa tidak? Young Lady kenal beberapa pria tampan dan daddyable, tapi tidak punya keturunan. Beberapa pria tampan itu anggota keluarga besar "Calvin Wan series". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun