Andai para pihak pendukung literasi tahu saya yakin akan banyak buku yang bisa disimpan untuk melengkapi taman bacaan ini. Sayang jarak saya dan supir terlalu jauh, dan saya memilih mendokumentasikan dulu angkot ini dengan harapan menjadi inspirasi untuk siapa saja.
transportasi angkot sudah tak lagi menjadi primadona. Angkot sekarang lebih banyak jumlahnya dibandingkan penumpangnya. Itulah mengapa sering menaiki angkot yang kosong seperti ini.
Semestinya berguna sekali adanya taman bacaan seadanya itu. SayangnyaEntah ya ni taman bacaan sudah berdiri dari tahun berapa, yang pasti semenjak 11 tahun yang lalu saya ikut suami pindah dari Bandung Ke Rancaekek, rasanya baru kali ini saya menemukan angkot unik ini.
Sayangnya perjalanan saya yang hanya 1-2 km membuat saya tak bisa meneruskan mewawancarai si supir tentang ide briliannya. Untuk mengambil sosoknya pun tak sempat karena dia keburu berlalu dengan angkotnya. Untunglah saya sempat memfoto angkot dan nomor kendaraannya.Â
Barang kali saja ada pihak yang bersedia melengkapi bukunya. Secuek-cueknya kalau melihat taman bacaan ini, paling tidak tertarik untuk melihat buku-bukunya. Seperti si Cikal yang langsung baca buku dengan khusyu padahal biasanya dia cuek lihat buku.
Mungkin boleh tuh ide taman bacaan ya diadopsi di transportasi masal serupa bus atau kereta api. Daripada bermain jari di smartphone mending bermain mata di barisan kata yang terpatri di tiap halaman buku...aiih bahasanya!
Kerenlah pak supir siapapun engkau.
Di balik daster kesukaan karena motif dan warnanya menggoda, selesai juga satu tulisan ringan.