Mohon tunggu...
Rizki Lestari
Rizki Lestari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A part time writer - full time dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Salahkan Jilboobs

8 Agustus 2014   09:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:05 8155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14074745032041428794

[caption id="attachment_351787" align="aligncenter" width="318" caption="Fenomena Jilboobs Sumber:Merdeka.com"][/caption]

Jilboobs? Apaan sih jilboobs?

Baru kemarin gue tahu jilboobs itu apaan. Berawal dari beberapa temen gue yang nge-share artikel tentang jilboobs di Facebook, gue berkenalan dengan istilah yang sekarang sedang ngetren ini. Setelah gue baca tu artikel, gue ngerasa miris... Menurut artikel tersebut jilboobs adalah perempuan yang berjilbab tapi berpakaian yang menonjolkan bentuk tubuh yang you know what lah ya, ketat abis atau nerawang sehingga menimbulkan kesan seksi. Di artikel tersebut juga menampilkan banyak foto perempuan yang mereka sebut jilboobs. Astagfirullah...

Beragam komentar orang-orang gue baca dan cerna baik-baik. Sebagian besar menghina dan melecehkan perempuan-perempuan tersebut. Jujur, gue sedih, kecewa dan marah banget liatnya. Bukan, bukan sama perempuan-perempuan yang berjilbab seksi itu. Tapi sama orang-orang yang udah berkomentar melecehkan dan merendahkan mereka. Yang bikin gue tambah sedih, marah dan kecewa adalah banyak perempuan berjilbab juga yang menghina para perempuan berjilbab seksi ini.

Kenapa mereka sepicik dan sedangkal itu? Jika alasannya berdakwah, kenapa ngga dilakukan dengan hangat dan bijaksana? Kenapa seolah menghakimi dan menghina orang lain adalah hal yang lumrah bagi orang Indonesia yang keramahannya dan sopan santunnya terkenal seantero dunia?

Tiap orang yang gue temui di Eropa sini selalu muji Indonesia yang alamnya indah dan orang-orangnya yang hangat, penuh sopan santun dan berderet kata-kata baik lainnya. Tapi kenyataannya, banyak banget orang-orang yang masih aja suka ngehina orang lain, nyinir, dan ngerasa berhak ngejudge bahkan di ruang sensitif seperti keimanan seseorang.

Gue menyalahkan ereka yang men-judge, melecehkan dan menghina jilboobs bukan berarti gue membenarkan perempuan berjilbab seksi. Tapi di sini gue mau berusaha wise karena berkaca dari pengalaman gue sendiri dalam berjilbab.

Gue mulai berjilbab pada tahun 2008. Saat itu, perempuan yang berjilbab belom marak kayak sekarang. Model-model jilbab pun masih biasa-biasa aja. Belom ada tuh yang namanya tutorial hijab yang macem-macem kayak hijabers sekarang. Awal gue berjilbab, pakaian gue masih ketat, kaos masih pendek sebatas pinggang, pake jilbab yang dililit-lilit di leher, pokoknya masih jauh banget deh dari tuntunan berjilbab yang bener sesuai Al-Quran.

Saat itu gue bener-bener ngerasain yang namanya "pengen keliatan modis tapi gak bisa". Dan ya memang, pake jilbab itu gak mudah. Satu setengah tahun gue berjilbab, lalu gue putusin buat lepas jilbab (kayak Marshanda yang kasus lepas jilbabnya lagi booming juga sekarang). Cerita gue lepas jilbab nanti aja ya di artikel selanjutnya, karena bakalan panjang banget. Singkat kata, setelah dua tahun gue lepas jilbab, hidayah buat berjilbab itu datang lagi. Alhamdulillah gue berjilbab lagi sejak November 2012 sampai saat ini (doain istiqamah ya, biar pake jilbabnya sampai menutup mata selamanya..)

Jilbab gue juga ada perkembangan kalo diliat dari awal berjilbab lagi tahun 2012 kemaren. Rasa malu gue jadi bertambah besar tiap harinya. Dan menurut gue itu pertanda bagus. Karena esensi jilbab di antaranya emang menumbuhkan rasa malu si pemakai. Usaha gue menyempurnakan jilbab agar sesuai dengan tuntunan Al-Quran gue lakuin terus menerus sampe sekarang.Sekarang gue malu kalo baju gue ketat, sekarang gue malu kalo jilbab gue ga nutupin dada... Yap, jilbab gue berproses.

Tiap orang butuh PROSES. Dan kita yang gak tau ada cerita apa di balik proses tiap orang mbok ya jangan seenak jidat memaki perempuan berjilbab seksi itu bodoh, murahan dan sebagainya.

Kalo kalian masih beralasan juga kalo mereka yang berjilbab seksi (gue agak risih juga sebenernya pake kata jilboobs, terlalu ekstrim menurut gue) itu malah merendahkan perempuan berjilbab lainnya... come on, think twice!

Kesalahan masyarakat yang terbesar saat ini adalah menganggap jilbab itu sebagai kepribadian utuh. Jadi perempuan yang berjilbab itu seolah-olah HARUS tak berdosa, tapi perempuan ber-hot pants boleh aja ngelakuin dosa. I'm so sorry but... Pemikiran yang kayak gitu salah besar Bro, Sist.

Jilbab adalah kewajiban bagi perempuan muslim, sama seperti shalat. Jadi, dosa segede gunung Tangkuban Perahu yang dibikin sama Roro Jonggrang pun (#dongengversi2014) nggak menggugurkan kewajiban muslimah buat berjilbab. Jadi kalo ada perempuan yang berjilbab tapi attitude-nya masih kurang, ibadahnya masih labil, dosanya masih banyak, ya jangan salahin jilbabnya.

Jadi saran gue, kalo kalian masih nemuin perempuan berjilbab seksi, kalo kalian kenal tegur atau nasehatilah dengan kalimat yang baik. Kalo gak kenal doakan supaya Allah mempercepat proses perempuan itu berjilbab syar'i, bukan malah men-judge, menghina, dan melecehkan mereka.

Inget ya, kita gak berhak menghina dan melecehkan orang lain hanya karena dosa mereka gak sama dengan dosa kita (iyee, intinya kita semua mahluk pendosa!). Saling mengingatkan, saling menasehati, pokoknya saling yang baik-baik itu lebih manusiawi kan?! :)

Cheers!!

Dunningen, 07.08.2014

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun