Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Masih Tentang Rembulan

18 Juni 2017   12:47 Diperbarui: 18 Juni 2017   14:44 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rembulan itu nampak memerah
Bukan di sesaki penuh amarah
Atau rasa egois yang menyalah
Namun di relung hatinya ada luka yang parah

Rembulan itu bersinar kelam
Bukan keacuhan yang mendalam
Atau bukan egois yang temaram
Namun diam lebih baik daripada semakin buram

Saat rembulan memerah di singgasana
Adakah sang bayu yang mendekatinya
Turut membelai perlahan dengan desiranya
Meniupkan aroma keteduhan dalam jiwanya

Ketahuilah saat mentari dalam kelam
Bak batu pualam yang diam
Menahan rasa sesak yang dalam
Maka perlahan gerimis pun menghujam

Menetes basahi bumi
Merasuk dalam pori-pori bumi
Membentuk aliran-aliran anak sungai
Menyatu dalam.muara sesaknya hati

Jika berharap ingin di genggam
Genggamlah erat dengan penuh cinta
Jika berharap tak sanggup memandang
Lepaskanlah dari pandangan secara satria

Jagalah mentari dengan cinta
Temani walau dalam sinar senja
Halau segala awan durjana
Agar selalu bersinar bersama cinta membara

Cirebon, 18 Juni 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun