Mohon tunggu...
Kusno Haryanto
Kusno Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Apoteker yang Merdeka

Assessor Of Competency BNSP No.Reg.MET.000.003425 2013, Apoteker alumni ISTN Jakarta, Magister Farmasi Universitas Pancasila Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Rentenir" di Apoteker Itu Bernama Seminar

17 Juni 2017   10:13 Diperbarui: 23 Juli 2017   19:57 11516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: lampung.ut.ac.id

Unik, inilah satu kata yang pertama penulis tulis di sini untuk menggambarkan bagaimana maraknya kegiatan seminar kefarmasian yang diadakan untuk kalangan berpendidikan yang berprofesi sebagai Apoteker. Bagaimana tidak, ternyata dari beberapa interaksi penulis dengan banyak teman yang berprofesi Apoteker pada umumnya menjawab keikutsertaan mereka didalam sebuah seminar hanya didasarkan kepada kebutuhan untuk mendapatkan nilai SKP (satuan kredit partisipasi).

Tidak main-main tentunya karena besaran nilai SKP yang diwajibkan di kalangan Apoteker sudah ditetapkan oleh organisasi profesinya sebesar dan sejumlah 150 SKP dalam kurun waktu selama 5 tahun, artinya seorang Apoteker sudah ditetapkan untuk mampu mengumpulkan SKP sebanyak 150 poin dalam 5 tahun kedepan untuk keperluan memperbaharui sertifikat kompetensi yang akan atau segera berakhir.

Bagi kalangan pebisnis yang pandai membaca situasi untuk mendapatkan uang dengan mudah hal tersebut di atas segera ditangkap sebagai suatu sinyal yang bisa "menjanjikan". Terbukti benar adanya karena pada faktanya saat ini penyelenggara seminar di dunia Apoteker tidak lepas hanya dari itu ke itu saja penyelenggaranya, bahkan lebih dari itu kini bermunculan lembaga event organizer yang sudah mampu mengelola mengadakan kegiatan seminar kefarmasian dari satu tempat ke tempat lainnya dengan materi yang begitu-begitu saja dengan menampilkan figure pembicara yang juga begitu-begitu saja sehingga interaksi didalam seminar antara peserta dan pembicara akhirnya berujung pada istilah begitu-begitu saja juga. 

Setelah tersadarkan bahwa penyelenggara, materi dan interaksi dibanyak seminar kefarmasian hanya begitu-begitu saja banyak sekali kawan-kawan penulis yang berprofesi sebagai Apoteker belakangan ini mulai malas untuk menghadiri sebuah seminar kefarmasian. 

Hebatnya, untuk kembali meramaikan peserta seminar akal dari penyelenggara seminar yang begitu-begitu saja itu segera berputar untuk mencari cara atau celah agar seminar yang diselenggarakannya kembali dihadiri oleh banyak peserta, akhirnya dikemaslah sebuah seminar dengan membonceng acara sebuah RAKERDA, RAPIMDA bahkan sampai RAKERNAS maupun RAPIMNAS dan sejenisnya dengan mengambil tempat kegiatan di hotel atau tempat yang bisa dibilang berbiaya wah, sehingga terkesan seminar yang diadakan bersifat nasional bahkan internasinal serta sudah mendapat restu dari pimpinan organisasi profesi ditingkat daerah atau nasional. ( Clear, jadi kamu hadir ya. Dapat 8 SKP lho )

Sampai disini barulah penulis mengekpresikan kata RENTENIR di dalam tulisan ini. mengapa demikian? Karena sesungguhnya hakekat dari seminar itu adalah sebuah pertemuan khusus yang memiliki teknis dan akademis yang tujuannya untuk melakukan studi menyeluruh tentang suatu topik tertentu dengan pemecahan suatu permasalahan yang memerlukan interaksi diantara para peserta seminar yang dibantu oleh seorang guru besar ataupun cendikiawan bukan acara mencari keuntungan besar dari hasil penyelenggaraan seminar.

Seminar kefarmasian di negeri ini yang belakangan kerap diadakan di hotel berbintang 4 atau tempat lain yang bernilai sama dengan hotel berbintang 4 tentunya berbiaya sangat mahal (walau pengertian ini sangat relatif). 

Biaya terbesar yang timbul dalam penyelenggaraan seminar kefarmasian yang diadakan di hotel berbintang 4 atau tempat lain yang bernilai sama dengan hotel berbintang 4 sudah pasti untuk alokasi tempat penyelenggaraan sehingga dengan alasan inilah seminar kefarmasian saat ini berbiaya jutaan rupiah. Sungguh hal yang miris bila dibandingkan dengan penyelenggaraan seminar kefarmasian yang diadakan di kampus-kampus penyelenggara program studi Apoteker yang mewajibkan tiap angkatan mengadakan seminar diakhir masa belajarnya. 

Di kampus-kampus ini biaya penyelenggaraan seminar kefarmasian jauh lebih murah dan dengan polosnya semua kepanitian dalam seminar-seminar di kampus itu tidak mengambil keuntungan se sen pun untuk dinikmati apalagi untuk dijadikan penghasilan tetapnya. Adik-adik yang baru saja menyelesaikan program studi Apotekernya ini bekerja dengan tulus untuk menambah pengetahuan dikalangan Apoteker tanpa pernah mengukur peluh yang keluar dari kerja pontang panting yang meraka lakukan untuk suksesnya sebuah seminar dengan rupiah.

Padahal semua kita pastinya sudah paham bahwa hanya RENTENIR lah yang sesungguhnya terbiasa senang mencari keuntungan dengan segala cara bulusnya untuk mendapatkan uang berlimpah. Mengemas kegiatan seminar kefarmasian yang begitu-begitu saja apalagi dibarengi dengan acara semacam pertemuan organisasi profesi tingkat daerah maupun nasional di hotel berbintang 4 atau tempat lain yang mempunyai nilai setara dengan hotel berbintang 4 yang akhirnya berbiaya mahal menunjukan bahwa kepanitian dari seminar dimaksud bekerja dengan otak dan pemikiran seorang RENTENIR. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa kegaiatan seperti ini pastinya membutuhkan biaya yang besar dan tentunya semua panita atau pemilik events organizer kegiatan ini sudah berhitung dengan cermat untuk mendapatkan keuntungan yang besar pula.  Akhirnya, semoga tulisan sederhana ini dapat menggunggah mereka-mereka yang gemar mengadakan seminar kefarmasian untuk mengkoreksi "pekerjaannya", apa harus uang Apoteker yang tidak seberapa yang didapat dengan susah payah dari pekerjaaanya dibelanjakan untuk membeli SKP dengan mengikuti seminar yang kalian selenggarakan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun