Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Usia pernikahan tentu persoalan yang tabu diangkat dalam pembicaraan. Kita hanya menginginkan agar momentum itu langgeng hingga meninggal dunia. Bahkan hingga akhrat kelak. Insya Alloh.
Fragmen kehidupan cinta dalam rumah tangga kita sekali lagi membutuhkan perencaan tepat. Bahkan kita hendaknya mengambil sebab ke jalan itu. Rasanya berbeda antara keluarga yang hanya berangan-angan dengan mencari sebab. Kalau begitu, adakah cara menuju ke garis kebahagiaan itu?
Sebenarnya kalau kita hendak jujur pada diri sendiri, sudah kita tamatkan buku-buku konten pernikahan. Kita tamatkan itu. Bahkan kita memiliki referensi yang menggunung. Tetapi, mengapa kita hanya mengilmui? Tak ada aplikasi saat menerapkan tips itu?
Sudahlah, memang kadang kita 'loyo' melirik tata cara menikmati cinta di rumah tangga kita. Malas rasanya membaca buku. Kita mengalami penyusutan stamina berilmu lagi.
Tanyalah orang di sekitar kita, apakah masih ada yang hendak belajar setelah berkeluarga? Jawabannya pasti ada. Tapi, sedikit kayaknya. Semoga bukan kita yang banyak itu. Naudzubillah.
Segenggam rindu buat zawja. Merupakan saat yang dinanti oleh mereka. Kita selaku suami kadang pula tak memberikan siraman dakwah pada mereka. Kita hanya mengungkapkan rindu tanpa penanaman ilmu. Apalah artinya rindu, jika rumah tangga kita kering dengan nuansa ilmu. Yang mana dengan ilmu itu rindu kita dibangun di atas ilmu. Karena, sangat berbeda antara rindu nafsu dan rindu karena Alloh. Samakah antara keduanya, wahai para suami?
Bangunlah kecintaan kita pada mereka atas landasan karena Alloh. Ya, tepat sekali dengan memberikan asupan pada mereka berupa ilmu. Bisa dengan dakwah langsung, membacakan mereka buku, mendengarkan ceramah, dan mengajak mereka ke taklim salaf.
Ini mudah, jika kita mau.
Insya Alloh...[]