Mohon tunggu...
Izzuddin Muhammad
Izzuddin Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - hamba Allah

penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menikmati atau Memperjuangkan Hidup?

25 Maret 2017   13:32 Diperbarui: 25 Maret 2017   23:00 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Siang ini, selepas latihan debat bersama 5 teman lain, saya memanfaatkan fasilitas wifi kampus dan berselancar di laman Kompasiana. Sudah dua minggu lebih saya tak menulis di situ. Selain karena belum dapat “ide” yang enak ditulis itu apa, kesibukan mempersiapkan lomba debat bahasa Arab di UIN SUKA dan UI bulan April mendatang telah menyita waktu “selo” yang biasanya saya gunakan untuk menulis.

Jemari saya gerakkan meng-klik sebuah tulisan yang berada di kolom pilihan, judulnya “Menangislah Di Usia Muda, Agar Dapat Tertawa Di Kala Menua”. Ditulis oleh seorang kompasioner dengan nama akun Tjiptadinata Effendi. Akun beliau terverfikasi. Di bagian bio tertulis bahwa beliau lahir di Padang, 21 Mei 1943. Dua tahun sebelum Indonesia merdeka. Tentu banyak pahit manis kehidupan yang pernah beliau rasakan.

Izinkan saya akan mengutip sedikit goresan beliau;

“Sungguh, jauh lebih baik menangis diusia muda, ketimbang harus menangis dikala usia mulai menua” (Selengkapnya)

Saya percaya beliau menulis dari dalam hati. Di balik kata demi kata yang beliau goreskan terselip cucuran peluh, sakit, dan penderitaan yang telah menjelma menjadi sebuah pembelajaran hidup penuh makna. Apa yang beliau sampaikan bukanlah teori para motivator yang hanya kebanyakan konsep. Yang beliau utarakan berangkat dari pengalaman panjang hidup penuh warna dan sarat pesan moral.

Doktrin keliru

Bagi mereka yang berusia muda, ada doktrin keliru yang berkembang dan cukup populer “mumpung masih muda, nikmatilah hidup!”. Ungkapan ini biasa digunakan para pemuda yang hobi hura-hura dan bersenang-senang. Kerjaannya hanya menghabiskan uang yang diberikan orang tua.

Lah, emang nggak boleh, po, menikmati hidup?Ye... siapa bilang nggak boleh? Boleh aja, asal aktifitasmu menikmati hidup jangan sampai membuatmu terlena bahwa hidup ini bukan “plesiran” melainkan “perjuangan”.

Tak selamanya raga kita kuat bergerak. Ada saatnya langkah ini mulai melemah. Otot dan tulang tak sekuat dahulu. Mata memandang tak sejelas biasanya. Dan ingatan gampang datang gampang hilang. Lantas, ketika semua kerapuhan raga itu telah menghampiri, masih kah kita bisa bergerak dengan bebas dan seenaknya?

Karena itu lebih baik menangis di usia muda namun bisa tertawa ketika telah menua. Meski tak ada yang tahu apakah umur yang telah dijatahkan Tuhan untuk kita mengizinkan raga dan nafas ini menapaki masa tua atau hanya masa muda. Tugas kita hanya berusaha dan berproses dengan sebaik mungkin. Urusan Tuhan ya urusan Tuhan. Ranah ikhtiar kita hanya pada proses, proses, dan proses.

Jangan pahami menangis di sini terlalu leterlek. Karena toh juga menangis tak selamanya menunjukkan kesedihan. Banyak kok orang yang berderai air mata lantaran bahagia. Biasanya kebahagiaan yang menguras airmata adalah kebahagiaan yang penuh kesan dan perjuangan. Lihatlah pemain bola yang berhasil memenangi partai puncak sebuah kompetisi. Mulai dari pemain, pelatih, penonton, hingga para official team larut dalam derai air mata. Itulah kebahagiaan yang penuh perjuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun