Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meme-meme Nyleneh Mem"bully" Presiden Mengiringi Kedatangan Raja Salman

27 Februari 2017   18:56 Diperbarui: 28 Februari 2017   04:00 2607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau kebiasaan di Indonesia, penyambutan tuan rumah biasanya disambut oleh pasangan suami Isteri. Mungkin kebiasaan bangsa kita walaupun sama-sama memeluk ajaran Islam, bangsa Arab memiliki tradisi yang berbeda, Isteri tak diperkenankan ikut menyambut sebagaimana tradisi bangsa kita itu.

Yang menjadi pertanyaan, siapakan yang akan mendampingi Jokowi ? 

Gubernur DKI saat ini dijabat oleh Basuki T Purnama, sehingga menurut haerarki, selain didampingi Wapres Yusuf Kala, mestinya didampingi oleh kepala daerah DKI yang dijabat Ahok, sementara Ahok saat ini berstatus terdakwa dugaaan penistaan agama Islam.

Setelah sebelumnya Ahok duduk disamping Jokowi dalam kendaraan kedinasan kepresidenan, lalu Ahok mendampingi Jokowi menyambut Raja Salman, jika perkiraan tadi benar adanya.

Namun tak pula harus berspekulasi karena Raja Salman belum datang, namun kemungkinan Ahok mendampingi Jokowi menyembut Raja Salman bisa saja terjadi. Sebab, kita ketahui, pemerintah tak hendak menonaktifkan Ahok dan mungkin  bisa saja menggunakan momen tersebut bahwa pemerintah atau Presiden tak berkenan mengambil keputusan atas desakan publik. Itulah politik kita, semua moment akan digunakan untuk mengukuhkan kekuatan sebab, kekuatan itu memang diperlukan untuk stabilitas politik. 

Terkait kunjungan Raja Salman, beredar meme meme "lucu" tentang  kunjungan itu, humor-humor politik membuat para pendukung politisi saling bersitegang yang akhirnya sang tokoh politiklah  yang menjadi bulanan-bulanan humor itu. Selain Jokowi, Ahok atau siapapun yang menjadi tokoh politik negeri ini tak pelak lagi menjadi sasaran untuk di bully. 

Ada sebuah pengalaman, sebuah perguruan tinggi  melakukan pengadaan tanah untuk perumahan para dosen namun tidak bisa terbangun. Apa pasalnya ? Tanah telah dipecah atas nama masing2 dosen, pengatas namaan tanah kepada masing2 pemilik menjadikan semua menjadi penguasa tanah tersebut yang berhak memberikan keputusan. 

Kalau semua menjadi penguasa, maka egolah yang dikedepankan, mengalah diartikan sebagai kalah. Melihat situasi yang demikian, langsung saya batalkan sebab tidak mungkin bisa diatur. Akhirnya sampai sekarang tidak terbangun sedangkan yang saya kuasai sudah lebih kurang sepuluh tahun selesai dan harga sudah terevaluasi.

Ketika kebebasan dalam alam demokrasi terjadi di Indonesia, bisa dibayangkan situasinya kalau mental yang sudah tertanam seperti apa yang saya temui. Lucunya, titel pendidikan menjadi status sosial, sehingga saya ditanya titelnya apa karena saya tidak pernah mencantumkan titel. Senyum2 saja menyikapi hal semacam ini, sambil berseloroh saya hanya berkata, kalau cuma bisa bawa sepeda motor jangan ngajari orang bawa mobil, bisa nabrak.

Apakah mental yang terbangun seperti itu hasil sebuah pendidikan ? Bisa jadi demikian, sebab ketrbatasan anggaran pendidikan menyebabkan kebijakan pendidikan lebih banyak menjejali otak dengan segala macam teori, bukan menciptakan manusia manusia yang mandiri.

Apalagi saat ini, pemerintah menetapkan jenjang pendidikan sebagai dasar kenaikan golongan kepegawaian, akhirnya yang terjadi adalah berlomba menempuh pendidikan yang motivasinya untuk naik pangkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun