Mohon tunggu...
Kartika Wulansari
Kartika Wulansari Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

Suka pada cita rasa berkelas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Obama Menunjukkan Kekuatan Keberagaman di Indonesia

7 Juli 2017   04:13 Diperbarui: 7 Juli 2017   04:39 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Obama di Diaspora - www.kumparan.com

"Ayah tiri saya... dibesarkan sebagai seorang muslim namun dia menghormati penganut Hindu dan dia menghormati penganut Buddha dan dia menghormati penganut Kristen." Jika kalimat yang diucapkan mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dalam pidato pada Kongres Diaspora Indonesia di Jakarta, Sabtu (1/7), di atas dianggap sebagai kebetulan, maka "kebetulan" ini adalah sesuatu yang membuat kita sadar pada akar sebagai bangsa.

Bangsa? Tentu saja sebagai bangsa Indonesia, bukan bangsa Amerika meski kalimat tersebut diucapkan oleh Obama -- warga Amerika yang berbicara tentang respek antar penganut agama di depan publik kulit sawo matang. Poinnya adalah, pernyataan yang disampaikan Obama itu sangat relevan dengan apa yang terjadi di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir, yang diwarnai dengan polemik Pilkada DKI Jakarta 2017 disertai dengan bom di Kampung Melayu yang diklaim digerakkan oleh organisasi yang mengatasnamakan Islam, ISIS. 

Dan Obama menambahkan: "Jika Anda kuat dalam keyakinan Anda sendiri, maka Anda tidak perlu cemas dengan keyakinan orang lain." Apa yang dikatakan Obama, yang menghabiskan sebagian masa kecilnya di Jakarta dan Yogyakarta, seperti ingin menunjuk bahwa akar Indonesia adalah toleransi dalam perbedaan.

Kini, jika kita hendak mempertajam perbedaan, katakanlah, perbedaan agama, maka sejarah dengan sendirinya akan mengalahkan pandangan ini. Karena Anda tidak bisa menghalau keaslian Anda sebagai masyarakat yang tumbuh dari zaman kepercayaan, Hindu, Buddha, Islam, Kristen, hingga negara akhirnya mengakui agama dari negeri China, Kong Hu Cu. Kuat dalam keyakinan sendiri, sebagaimana dikatakan Obama, adalah percaya bahwa takut dan benci dengan perbedaan merupakan ekspresi dari "lemah" dalam kepercayaan sendiri. Takut jika penganut agama berbeda menjadi penguasa dalam sistem demokrasi tak lain adalah bentuk goyahnya keyakinan.

Indonesia bukan Arab, di mana agama langit -- Judaisme, Islam, Kristen -- bermula dan menjadikan kultur mereka sebagai negara agama. Tidak, Indonesia bermula dari kepercayaan menyembah leluhur. Dan negara yang bisa berdiri di atas masyarakat yang berproses dari berbagai macam jenis kepercayaan, hanyalah negara yang luwes dalam perbedaan. Dalam urusan perbedaan, Obama tak ada bedanya dengan masyarakat Indonesia. Dalam arti, bahkan Obama adalah bagian dari perbedaan di negaranya sebagai keturunan kulit hitam dengan ibu kulit putih-Indian.

Yang berbeda adalah Amerika 169 tahun lebih dulu menyatakan diri sebagai negara di bawah satu bendera. Pada 4 Juli lalu, Obama dan warga Amerika merayakan Hari Kemerdekaan mereka yang ke-241. Sementara Indonesia baru sampai ke angka 72 tahun pada 17 Agustus mendatang. Namun, setidaknya Indonesia sebagai negara masih tetap tegak sebagai warisan kemerdekaan 1945. Daya tahan di bawah sejumlah persoalan yang tak henti-hentinya mendera, terutama karena sinisme terhadap perbedaan, adalah bukti bahwa "fitrah" sebagai negeri yang plural berada pada posisi yang tak mudah digoyahkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun