Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1965, Romantisme dalam Cerita Fiksi

25 Februari 2020   10:13 Diperbarui: 25 Februari 2020   10:26 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Audiovisul Perpusnas.

Informasi mengenai penulis bahwa Min lahir di pada 1941 dan meninggal pada 1988 dalam sbeuah tulisan di Pikiran Rakyat pada 14 Maret 2019 (online).  Berarti ketika mencuat sebagai penulis pada 1965 (yang saya temukan) usianya 24 tahun. Hal ini diungkapkan Hawe Setiawan dalam tulisannya "Ekologi Bocah Sunda" (1). 

Lainnya adalah A Kuswita dalam cerpennya "Dosa Lama"  di Pikiran Rakjat 1 Juli 1965 tidak eksplisit bercerita soal Bandung. Cerpen itu bertutur tentang Wawan meninggalkan istri bernama Nunung merantau ke kota. Di kota itu Wawan dapat pekerjaan yang mapan, tetapi kemudian terpaut dengan seorang gadis bernama Mini.  Tentu saja Nunung merasa disakiti, karena diduakan. 

Belakangan dia ingin balas dendam meninggalkan Wawan. Namun Mini dikisahkan meninggalkan Wawan dan lari dengan laki-laki lain. Walaupun merasa disakiti, Nunung menerima kembali Wawan.  Dalam cerpen ini laki-laki itu begitu mudah mendapatkan kembali istrinya yang sudah dikihanatinya. Dalam kognitif si penulis, kasih sayang dan kehalusan jiwa perempuan mengalahkan rasa dendamnya.  

Citra perempuan dalam cerpen ini terkesan bahwa perempuan desa yang diwakili Nunung pemaaf dan cenderung pasrah atas perilaku, sementara perempuan kota diwakili Mini pragmatif dan permisif terhadap nilai-nilai. Selain itu kota dipandang sebagai tempat untuk mengubah hidup secara ekonomi.

Rustam Effendy (2) menulis "Pertjakapan dengan Seorang Dokter" dimuat di Pikiran Rakjat pada 11 Juli 1965 agak pas menggambarkan kehidupan masa itu dari rakyat kebanyakan. Tokoh utama seorang bapak  yang bekerja keras untuk menghidupi istri dan enam anak.  Mereka tinggal di rumah bersahaja dengan bilik bambu. Tokoh itu disebut Effendy (kisah nyata?)

"Dengan langkah lebar aku terus masuk. Lampu gantung kunyalakan. Membetulkan selimut anak-anakku yang tidur lasak. Mereka tidur bertumpuk-tumpuk tak beraturan.  Dan dari celah bilik bambu menerobos udara dingin mencekam suasana dalam kamar. Dalam dada bergulat perasaan getir yang selalu diiringi derita dalam kenyataan hidup yang harus diterima.."

Anak mereka yang bayi sakit panas, mereka tidak punya uang untuk membawa ke dokter.

Rustam menggambarkan kehidupan keluarga ini kontras dengan pedagang kaya, orang-orang yang mempunyai kedudukan terhormat, hampir tiap hari libur dengan mobil mengkilat memenuhi jalan raya, tanpa kerja keras apa-apa.

Sang Bapak hanya seorang buruh, hanya bisa membawa anak-anaknya piknik ke kebun binatang. Hanya bisa diam ketika anak-anaknya ada yang minta dibawakan kijang ke rumah untuk bisa dikasih makan kangkung, ada yang diminta dibelikan radio (barang mewah masa itu) dan ada yang minta dibelikan sepeda. Bahkan sepatu anaknya bernama Rini sudah tidak layak pakai.

Cerita ini diakhiri dengan percakapan dengan dokter tua yang mau menolong bayinya tanpa minta dibayar. Bahkan menggugah kesadarannya agar bia menerima keadaan dan tidak usah ikut-ikut cara hidup orang lain. Rustam menggambarkan seorang istri yang mengeluh kekurangan uang, tetapi bisa menerima keadaannya.  Suami dan istri ini memilih hidup dalam cinta kasih walau dalam bersahajaan.

Penulis lainnya adalah Karlawati dengan cerpennya bertajuk "Alla" dimuat dalam Pikiran Rakjat, 18 Juli 1965 berkisah tentang seorang insinyur muda bernama Indra yang ditugaskan untuk membangun sebuah gedung, oleh sebuah yayasan di sebuah daerah pesisir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun