Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Money

Bagaimana Cara Anda Menyikapi Kegagalan ?

12 Mei 2013   23:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:40 2885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1368375209813455151

[caption id="attachment_260685" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber ilustrasi : http://www.kucoba.com"][/caption]

Oleh : J. Haryadi

Setiap orang pasti pernah merasakan kegagalan, baik dalam bidang pendidikan, karir, pekerjaan, rumah tangga, percintaan dan berbagai hal lainnya. Tidak semua orang bisa bertahan dan berhasil melewati masa-masa sulit dalam hidupnya, namun jika kita bisa menyikapinya dengan baik, Insya Allah kita bisa lolos dan keluar sebagai pemenang. Contoh kisah berikut ini mungkin bisa memberi inspirasi kepada kita bagaimana cara menyikapi kegagalan yang mungkin saja terjadi pada diri kita. Pak Edy mengawali karirnya sebagai seorang karyawan. Beberapa kali pindah kerja membuatnya bosan dan ingin mandiri. Sebagai seorang yang ahli dibidang teknologi informasi, pak Edy sudah terbiasa berkerja dengan berbagai perusahaan besar dan instansi pemerintah seperti PT. Telkom, PLN, Mabes Polri, Mabes TNI dan lain-lain. Dengan gaji yang tidak terlalu besar, ia telah berhasil mengantar pemilik perusahaan tempat dia berkerja menjadi semakin kaya, sementara sebagai seorang pekerja, hidupnya tetap biasa-biasa saja. Pak Edy lalu berfikir, bagaimana kalau dia mencoba membuat usaha sendiri seperti Bos-nya tersebut ? Bukankah selama ini dalam setiap tender yang dimenangkan oleh perusahaan tempat dia berkerja, ia selalu masuk dalam tim pelaksana proyek di lapangan ? Bahkan dia sering diikutsertakan oleh Bos-nya dalam meloby untuk mendapatkan beberapa proyek penting di kantornya. Apa yang tidak dimiliki pak Edy ? Skill dan koneksi dia punya. Pengalaman juga punya. Mungkin modal yang menjadi kendalanya. Tapi menurut pak Edy, berkerja sama dengan orang yang memiliki modal juga merupakan alternatif yang tidak kalah menariknya untuk dicoba. Jadi, mengapa tidak dirinya keluar dari pekerjaannya dan bersiap-siap banting stir menjadi seorang pengusaha ? Dengan bermodal semangat 45, pak Edy akhirnya mencoba menjalin kerjasama dengan pak Gondo, seorang pegawai negeri yang memiliki cukup tabungan di sebuah bank. Proposal pun diajukan kepada koleganya tersebut. Dengan argumentasi dan paparan yang mengagumkan, akhirnya pak Gondo termotivasi untuk berkerjasama  menjalin bisnis bersama pak Edy dengan sistem bagi hasil. Usaha mereka tentu saja tak jauh dari bidang teknologi informasi, yaitu menangani perawatan dan perbaikan komputer di kantor-kantor. Tahun pertama usahanya berjalan dengan baik. Memasuki tahun kedua, krisis moneter melanda negeri kita dan usaha pak Edy pun terancam gulung tikar. Kontrak-kontrak bisnis banyak yang gagal. Setengah tahun kemudian usaha Pak Edy dan Pak gondo benar-benar gulung tikar, setelah sebelumnya mem-PHK beberapa karyawan mereka. Apakah pak Edy putus asa ? Ternyata tidak ! Pak Edy mulai kerja serabutan. Kali ini dari sisa dana yang masih ada ia mencoba melirik bisnis baso. Kebetulan ia punya langganan baso yang cukup laris, tak jauh dari rumahnya di sekitar Condet, Jakarta Timur. Dengan menjalin kerja sama dengan pemilik baso tersebut, pak Edy mencoba lagi keberuntungannya dengan menjadi pengusaha bakso dengan sistem waralaba bersama istrinya. Usaha Pak Edy ternyata lumayan maju. Dalam waktu 2 tahun ia telah berhasil mengembangkan usahanya menjadi 3 buah cabang. Tapi lagi-lagi musibah datang. Ketika usahanya sedang berkembang pesat, isu baso mengandung daging babi dan daging tikus merebak. Omsetnya pun melorot tajam. Walau ia sudah memasang papan pengumuman ditempat usahanya bahwa baksonya dijamin halal, namun kepercayaan konsumen terlanjur turun. Usahanya kali ini benar-benar terancam bubar. Dari 3 cabang, hanya satu cabang yang masih dipertahankannya. Ia pun mulai berpikir untuk mencari bisnis lain yang lebih aman dan tidak rentan terhadap isu. Pak Edy tidak pernah kapok dengan kegagalan yang dialaminya, dia akan mencoba dan terus mencoba sampai keberhasilan yang hakiki diperolehnya. Kisah diatas menggambarkan bahwa kegagalan adalah hal biasa dalam berbisnis. Kita harus basa menyikapinya secara arif. Apakah Anda merasa bahwa kegagalan itu membuat Anda menggigil ketakutan? Kalau hal itu terjadi, berarti anda belum siap menjadi seorang pengusaha sejati. Kegagalan adalah bagian dari kesuksesan. Anda tentu masih ingat, keberhasilan seorang Thomas Alpha Edison adalah berkat kegigihannya dalam melakukan usaha. Dia tak pernah berhenti walaupun ribuan kali mengalami kegagalan. Baginya kegagalan itu ibarat obat bagi orang yang sakit, jadi harus ditelan dan jangan dimuntahkan. Ketika Thomas Alpha Edison berusaha menemukan bola lampu dia tidak mendapat dukungan dari teman-teman sesama ilmuwan. Justru dirinya dianggap gila karena pikirannya dianggap mustahil. Suatu hari salah seorang wartawan muda mewawancarai Edison, "Mr. Edison, bagaimana caranya Anda bisa menemukan bola lampu padahal sudah gagal 5000 kali ? “ "Anak muda, saya tidak gagal 5000 kali, melainkan saya menemukan 5000 cara yang tidak berhasil sehingga saya tidak usah mengulanginya lagi,” jawab Tomas A. Edison dengan bijak. Inilah makna terpenting dari kegagala, suatu pengalaman belajar. Kalau kita berusaha tetapi mengalami kegagalan seperti contoh kasus pak Edy tadi, jangan cepat putus asa, coba lagi dan coba lagi. Mungkin usaha tersebut tidak cocok dengan anda. Atau bisa jadi iklim bisnis usaha yang anda geluti kurang memiliki prospek yang baik untuk saat ini. Atau mungkin juga promosi anda masih kurang baik. Cari jalan untuk mengatasinya. Kalau masih gagal juga, ganti lagi dengan usaha yang lain. Pokoknya selalu mau mencoba dan jangan mau menyerah. Saya yakin kesuksesan kelak akan menemui anda kalau anda memang berusaha untuk mencarinya. Banyak orang yang tidak berani berspekulasi dengan mengambil risiko karena takut gagal. Padahal kita semua tahu, hidup ini pun sebetulnya mengandung resiko, yaitu resiko gagal dan berhasil. Betapapun kaya dan berkuasanya seseorang, tanpa melakukan tindakan apapun sebetulnya semua hidupnya penuh dengan resiko, yaitu gagal atau berhasil. Misalnya saja orang yang kaya dan berkuasa, bisa saja mati hanya gara-gara tertusuk tulang ikan ketika makan, atau tiba-tiba rumahnya terbakar karena kompornya meledak sehingga semua hartanya ludes terbakar. Bisa juga semua hartanya hancur dan nyawanya pun ikut melayang terkena musibah tsunami seperti yang terjadi di Aceh beberapa tahun yang lalu. Tidak salah memang, jika kita pertama kali melakukan suatu usaha yang baru resiko kegagalan itu selalu ada. Tapi jangan lupa, resiko keberhasilan juga terbuka lebar. Kesempatan sukses dan gagal itu sebenarnya sama, yaitu fifty-fifty. Coba ingat ketika anda masih kecil, untuk bisa berjalan, anda harus mengalami berapa kali kegagalan. Anda terjatuh lalu bangun lagi. Anda jatuh lagi, bahkan kaki anda mungkin saja berdarah sehingga anda menangis histeris. Tapi anda waktu itu tetap saja ingin mencoba untuk berjalan. Apa yang terjadi kemudian ? Ternyata hasilnya anda menjadi orang yang sukses karena bisa berjalan, setelah mengalami jatuh puluhan kali. Coba anda bayangkan seandainya anda tidak pernah mau mencoba berjalan lagi ketika anda pertama kali terjatuh, mungkin saat ini kaki anda lumpuh dan anda duduk di kursi roda. Jatuh dan gagal merupakan bumbu penyedap perjalanan bisnis anda, ini juga latihan agar kita bisa bertumbuh dan menjadi kuat. Orang mungkin akan memperingatkan kita, padahal mereka sendiri belum pernah mencobanya. Kalau kita gagal, setidaknya kita lebih baik karena sudah mencobanya. Orang-orang yang kita kenal sebagai pengusaha sukses umumnya adalah orang-orang yang lebih banyak gagal dari siapapun. Bedanya, mereka tidak membiarkan kegagalan itu terus terjadi. Mereka berusaha untuk bangkit dan mencoba lagi sampai kegagalan itu tidak terjadi lagi dan orang menyebutnya sukses !. Nathaniel Hawthorne adalah seorang penulis yang tidak pernah menonjol atau sukses. Suatu sa’at di tahun 1849, dia kehilangan pekerjaannya. Setahun kemudian, untuk mengisi kekosongan waktu, ia mulai menulis sebuah novel berjudul The Scarlett Letter. Siapa yang menyangka ternyata novel yang dibuatnya laris sekali dan menjadi pembicaraan banyak orang dimana-mana. Novel buatannya telah menjadi novel klasik yang terdaftar dalam Literatur Amerika. Hawthorne telah mengubah kegagalan menjadi sukses. Nah, sekarang terserah anda ! Mau menyerah pada nasib dengan bersikap pasrah saja atas kegagalan yang anda alami atau anda mau terus mencoba melakukan perubahan ? Ingat kata pepatah “kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda” Semoga kesuksesan selalu bersama Anda. J. Haryadi Penulis buku "TOTAL SUCCESS : Jangan jadi orang biasa kalau bisa jadi luar biasa"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun