Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kompasiana, Kolaborasi, dan Rasa Memiliki

22 Oktober 2022   13:04 Diperbarui: 22 Oktober 2022   13:07 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dreamstime.com

Mengingati hari bersejarah ataupun hari lahirnya suatu lembaga, termasuk lembaga komunikasi seperti Kompasiana adakalanya kita sejenak ikut serta memberikan andil seperlunya, walaupun hanya sebatas opini.

Demikian tulisan ini disusun dalam rangka menyambut ulang tahun berdirinya "rumah kita" sebagai ajang sesama kompasianer berkomunikasi cq. berbagi info, berkoneksi, berinteraksi sehingga dapat dipetik benefit (faedah) yang pada gilirannya akan mendorong perubahan sosial demi kemajuan bersama.

Kehadiran Kompasiana, 22 Oktober 2008 yang kini menginjak usia ke 14 pastinya layak diapresiasi. Web-blog yang sejak awal dirancang oleh kalangan internal/petinggi Kompas Cyber Media hingga pengembangannya menjadi beyond blogging ini memang memiliki sejarah perjalanan tersendiri sehingga kitapun perlu bersyukur sebagai khalayak luas/umum hingga kini bisa ikutan berpartisipasi.

Karenanya atas kehadiran Kompasiana, ucapan yang patut penulis sampaikan tidak lain adalah terima kasih sudah memberikan kesempatan kepada setiap personal yang tergabung dalam wadah medium virtual berbasis warga ini.

Melalui Kompasiana, saya sendiri cukup terbantu ketika melancarkan aktivitas komunikasi dan informasi, dalam artian bisa membangun relasi antarkompasianer, berbagi pengetahuan (knowledge), pengayaan wawasan, memeroleh perspektif baru terutama dalam menyimak berita/opini yang tumbuh-berkembang, di samping mempererat tali persaudaraan sesama warga.


Barang tentu, supaya keberadaan Kompasiana terus berlangsung, bukan hanya tugas admin yang terus bekeja keras dan cerdas dalam upaya pengembangannya -- namun keterlibatan semua pihak terkait termasuk para pemangku kepentingan diharapkan kerjasamanya sehingga beyond blogging ini tetap eksis melangkah ke depan sesuai visinya.

Membincang kehadiran Kompasiana sebagai lembaga komunikasi, dalam konteks media modern tentu tak lepas dari segenap unsur yang terlibat di dalamnya, ada admin/redaksi, ada member atau kompasianer, ada stakeholder atau lembaga terkait termasuk periklanan/advertensi yang semuanya turut mendukung terselenggaranya seluruh aktivitas -- tanpa melepaskan regulasi yang memayunginya.

Secara komunikasi organisasi diharapkan interaksi semua unsur tersebut berlangsung harmonis dan terbangun pemahanan bersama sehingga terjalin kolaborasi yang saling menguntungkan.

Pentingnya kolaborasi antarunsur di sini, juga supaya tercipta relationship, terbangun saling pengertian, pemahaman dan menyamakan persepsi serta pengalaman.

Tak terkecuali para kompasianer sekaligus sebagai kontributor yang setiap saat mengisi ruang publik virtual berikut pilihan rubrikasi telah menjadikan bagian dari unsur dalam sebuah sistem -  sangatlah penting kesepahamannya untuk terus berkiprah sejalan aturan main yang disepakati.

Memang bisa dipahami bahwa para member kompasiana yang jumlahnya kian hari  terus bertambah hingga ratusan ribu (di samping ada pula yang droup out atau juga pasif) merupakan jumlah yang relatif besar untuk ukuran sebuah lembaga komunikasi berbasis warga di negeri ini.

Tayangan-tayangan artikel berupa karya fiksi dan nonfiksi yang saban hari menghiasi ruang publik virtual ini telah pula menunjukkan bahwa keragaman info dapat ditemui.

Sisi positif atas keberagaman yang selanjutnya mengundang interaksi sosial tanpa sekat-sekat misalnya status yang disandang kompasianer, tanpa ada yang merasa superior telah pula menjadikan medium ini sebagai kancah bertumbuhnya kolaborasi sesama kompasianer, saling berbagi dan berinteraksi melalui sumbangsih karya tulis yang menjadikan suasana dinamis.

Saling asah, asih dan asuh yang selanjutnya menjadi kebiasaan dalam berkompasiana menunjukkan bahwa karakter demikian merupakan bagian dari kultur yang ditemui di Kompasiana.

Hal demikian dapat dibilang telah menjadikan suatu budaya bahkan layak untuk terus ditumbuh-kembangkan hingga kemudian hari.

Pada lingkup lebih luas, saya sebagai kompasianer ikut merasakan dalam bingkai  kebhinnekaan yang setiap saat bisa ngangsu kaweruh (menimba pengetahuan) kepada para senior-senior dan maestro atau mereka yang lebih mumpuni sehingga pembelajaran nonformal di kancah medium virtual ini dapat dipetik faedah sebagai penunjang kehidupan.  

Saling asah, asih dan asuh sebenarnya sudah tidak asing lagi dalam keseharian di mana kita berada. Bukan tidak mungkin bilamana kebiasaan demikian tetap berlangsung maka gotong royong sebagai bagian dari karakter kebangsaan semakin kokoh terbangun.

Di kancah jurnalistik, kolaborasi para kompasianer ini sesungguhnya banyak ditemui. Meminjam konsep hybrid journalism yang berkembang belakangan ini, di antaranya beberapa tulisan/artikel para kompasianer ternyata juga ditayangkan oleh media lain, sering pula ditayangkan di Kompas.com, bahkan ada yang menjadikan referensi suatu karya tulis di kalangan umum.

Hal ini menandakan bahwa beberapa produk kompasianer (jurnalis warga) juga dibutuhkan untuk melengkapi pemberitaan maupun karya-karya tulis lainnya.

Kehadiran jurnalis warga (termasuk kompasianer) barang tentu tak bisa dipandang sebelah mata, terutama tulisan-tulisan yang belum pernah dipublikasian media lain,  menyangkut kepentingan umum, critical thinking dan problem solving, berperspektif baru, tanpa meninggalkan data dan fakta, etika serta estetika -- sehingga kolaborasi terbangun dengan semua pihak yang berkepentingan.

Dalam lingkup internal sendiri, kolaborasi berlangsung hampir setiap saat ketika kita berkompasiana, saling berbagi dan berinteraksi sesungguhnya juga merupakan bagian dari hybrid journalism.

Dilihat dari istilahnya saja: hybrid journalism (jurnalisme hibrida). Kalau diibaratkan tanaman lokal apabila disilangkan atau digabungkan dengan tanaman bibit unggul, hasilnya disebut hibrida.

Saya sendiri sebagai orang awam atau termasuk "kompasianer musiman" selalu belajar dan terus belajar, berkolaborasi alias bergabung dalam konektivitas dengan kompasianer yang lebih mumpuni, lebih produktif, supaya menambah pengayaan wawasan, biar tidak "seperti katak dalam tempurung."

Nah pastinya lagi, menggauli Kompasiana tidaklah cukup sebatas berkolaborasi. Lebih dari itu yang perlu dipikirkan: Apakah Kompasiana, sebagai rumah bersama ini masih akan terus berkelanjutan?

Seperti sering disebut bahwa keberadaan organisasi/lembaga merupakan kumpulan dari berbagai unsur yang saling terkait dan berinteraksi (dalam sistem) kemudian menghasilkan output -- maka keberadaan Kompasiana juga demikian.

Di samping secara normatif para kompasianer perlu menaati syarat dan ketentuan yang berlaku, menghormati kebijakan redaksi/admin sebagaimana lazimnya dalam lembaga komunikasi/media di manapun, dan ini merupakan langkah awal bilamana relationship tetap terbangun antara pengelola media dengan user/membernya.

Dari sisi kelembagaan sesungguhnya nampak bahwa para awak Kompasiana terus berbenah, mulai dari langkah mengakomodasi kepentingan termasuk kompasianer dengan beragam aspirasinya, tak terkecuali juga mampu menjembatani kecenderungan benturan di lingkup internal melalui pendekatan manajemen konflik yang ciamik.

Demikian halnya di era disrupsipun medium ini telah mampu beradaptasi, menyesuaikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sehingga tak lekang digilas zaman.

Itu semua merupakan bagian dari upaya agar beyond bloging ini tetap eksis, berkelanjutan disusul kreativitas lain, termasuk hadirnya tampilan info advertorial/iklan yang turut menunjang keberlangsungan blog kroyokan ini melangkah ke depan.

Tak pelak lagi bilamana kita (para kompasianer) bisa memahami sekaligus menyadari dan berjalan sesuai fungsi serta peran masing-masing -- maka harmonisasi semakin terbangun yang pada gilirannya komunikasi organisasi berlangsung sesuai harapan, tidak akan goyah di tengah persaingan media yang kini cenderung semakin ketat.

Rasa memiliki (sense of belonging) merupakan bagian perekat yang perlu mendapat atensi bersama. Kemauan dan kemampuan menjadikan rumah bersama sekaligus sebagai milik bersama -- akan memberikan andil terhadap keberlangsungan Kompasiana dalam jangka panjang.

Salah satu implementasinya yaitu betapa perlunya kita mengapresiasi aktivitas di lingkup Kompasiana. Baik berupa apresiasi kinestetik (secara langsung menaruh minat pada karya seseorang/lembaga) biasanya dilakukan secara offline misalnya di acara Kompasiana Nangkring, Kompasianival atau aktivitas sejenis yang digelar sesuai agendanya.

Demikian halnya rasa memiliki bisa diimplementasikan melalui apresiasi verbal, yaitu aktif memberikan tanggapan terhadap karya dalam bentuk penafsiran, penghargaan, penilaian secara lisan maupun tulisan, dan ini hampir setiap saat dapat dilakukan ketika kita bergaul di Kompasiana.

Mengapresiasi produk-produk yang ditampilkan Kompasiana, sama halnya ikut meningkatkan kecintaan terhadap karya anak bangsa sekaligus sebagai sarana untuk saling berbagi, berinteraksi, berempati dan berhibur tentunya.

Termasuk mengapresiasi karya kompasianer, berarti pula ikut mendorong atau meningkatkan, mengembangkan suatu karya supaya menjadi lebih baik, semakin berkembang seiring etika dan estetika di dalamnya.

Membiasakan diri untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap komunitas/organisasi di mana kita berada merupakan pilihan yang pantas dilakukan, sehingga kitapun secara langsung ikutan menghidupi (bukan sekadar hidup) di Kompasiana agar tetap eksis, berkelanjutan dalam menyongsong masa depan.

Mari terus berkontribusi dan bertanggung jawab dalam berkompasiana, berbagi info yang mencerahkan, berinteraksi secara empatik untuk kemajuan bersama.

Dirgahayu Kompasiana.

JM (22-10-2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun