Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Musik dan Kota, Sebuah Perspektif Planologi Politik

27 Februari 2017   22:16 Diperbarui: 28 Februari 2017   20:01 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Musik yang bagus bermula dari komposisinya. Sebuah rancangan tentang (sekumpulan) bunyi dan nada yang dihadirkan dalam sebuah harmoni. Tebal-tipis, tajam-lembut, cepat-lambat, lebar-sempit, penuh-kosong, naik-turun, dan seterusnya. Seluruh instrumen yang terlibat diberi ruang yang paling pas. Juga semestinya. Disana, adil tak berarti sama — sebab adil bermakna sempurna.

Kemudian, musik itu betul-betul diakui bagus, indah, mengagumkan, bahkan menghanyutkan setelah dibuktikan oleh kerja musisinya. Melalui kepiawaian mereka melakukan interpretasi terhadap komposisi yang telah digubah. Mereka adalah seniman-seniman musik yang telah menguasai instrumen yang perlu digunakan secara 'fisik' maupun 'kejiwaan'-nya.

Lalu — untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan para musisi hebat yang terlibat — hadirlah sosok konduktor. Tokoh yang berdiri di depan mereka. Sosok yang menjembatani seluruh musisi menterjemahkan maksud dan hasrat yang dituangkan komponis dalam musik yang digubahnya.

Maka sebuah musik sesungguhnya merupakan persembahan kolaboratif dari tiga serangkai: komponis, konduktor, dan para musisi yang menguasai jiwa dan raga perangkat-perlengkapan yang digunakan.

Mereka saling menghargai. Masing-masing  menghormati fungsi dan peran yang lain. Mimpi dan keinginannya sama: menghadirkan orkestrasi musik yang bagus, indah, dan menakjubkan untuk dapat dipahami sekaligus dinikmati mereka yang berkenan mendengarkannya.

***

Demikianlah semestinya sebuah ruang kota diperlakukan. Layaknya sebuah musik. Harus ada yang menggubah komposisi, meng-interpretasi-kan pada instrumen musik yang dilibatkan, dan memimpin orkestrasi keseluruhan instrumen.

+++

Kota (dan wilayah) adalah ruang politik dimana satu kelompok dengan yang lain saling bertempur untuk menawarkan gagasan terbaik bagi keseluruhan masyarakat yang hidup di dalamnya. Masing-masing merayu publik agar memenangkan kontestasi kekuasaan agar sah sekaligus mudah mewujudkan cita-citanya. Membuktikan janji-janjinya.

Jadi tujuan politik yang ideal semestinya adalah mewujudkan dan membuktikan gagasan. Bukan sekedar merebut kekuasaan. Sebab, corak dan warna yang membedakan suatu kelompok (partai) politik dengan yang lain sesungguhnya ada pada gagasan yang ditawarkan. Bukan kekuasaan.

Apa yang kita saksikan dalam dunia perpolitikan Indonesia hari ini adalah sebuah ketololan Nasional yang dengan sengaja memelihara kenaifan, kebodohan, dan kebingungan masyarakat yang sejatinya pemegang kekuasaan tertinggi. Sebab, mereka yang berhimpun dalam kelompok (partai) politik hanya memikirkan kekuasaan sebagai tujuan yang utama. Bukan tentang bagaimana mengembangkan, mewujudkan, dan mempertajam konsep maupun gagasan yang diyakini sebagai yang terbaik bagi masyarakat (bangsa). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun