Mohon tunggu...
Ivana Adam
Ivana Adam Mohon Tunggu... -

Saya butuh Tuhan untuk setiap hal yang saya kerjakan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia vs Bahasa Asing

20 September 2012   14:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:09 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa Indonesia vs Bahasa Asing

Sebagai seorang penggemar sepak bola, saya sering menganalogikan suatu hal dengan hal-hal yang berkaitan dengan sepak bola. Sama halnya dengan penulisan esai kali ini, dimana saya tertarik untuk membuat persamaan antara tema esai dengan istilah-istilah sepak bola.

Dalam sepak bola, terdapat permainan kandang dan tandang. Pada umumnya, suatu tim akan memperoleh peluang menang yang lebih besar jika bermain di kandangnya sendiri. Dan pendukung dari tim tersebut akan berjumlah lebih banyak ketika pertandingan dilaksanakan di kandang tim tersebut. Sama halnya dengan Bahasa Indonesia, ketika kita memiliki kewarganegaraan Indonesia dan tinggal di Indonesia, sudah seharusnya bagi orang tersebut untuk mendukung dan melestarikan penggunaan Bahasa Indonesia. Jangan sampai bahasa asing menjadi lebih populer dibandingkan dengan bahasa ibu kita, Bahasa Indonesia.

Akan tetapi, fakta yang terjadi saat ini adalah kebanyakan masyarakat Indonesia memiliki paradigma bahwa berbicara dengan menggunakan bahasa asing lebih keren jika dibandingkan dengan Bahasa Indonesia. Hal tersebut telah menjadi pola pikir hampir setiap anak muda Indonesia saat ini, termasuk saya beberapa waku silam. Dilahirkan dengan tidak membawa bakat alamiah dalam bidang sastra, membuat saya tidak menyenangi pelajaran bahasa, termasuk pelajaran Bahasa Indonesia. Bagi saya Bahasa Indonesia cukup sekedar menjadi bahasa komunikasi antara saya dengan penduduk Indonesia lainnya, tetapi lain ceritanya jika untuk dipelajari lebih lanjut. Bertemu dengan teman yang juga menyukai bahasa asing, membuat saya semakin tidak tertarik terhadap Bahasa Indonesia. Bahkan sejak kemunculan dan peningkatan popularitas dari media sosial yang memfasilitasi masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya, saya lebih sering menyuarakan pendapat saya dengan menggunakan Bahasa Inggris. Sungguh ironi pengalaman saya saat itu.

Sekitar setahun yang lalu, saat saya mulai merantau dan keluar dari kampung halaman saya, pikiran saya semakin terbuka. Dikelilingi oleh orang-orang dengan sifat nasionalisme yang tinggi, membuat saya menjadi terbuka terhadap penggunaan Bahasa Indonesia. Mengikuti beberapa kegiatan yang meningkatkan rasa optimisme terhadap Indonesia membuat saya semakin mencintai negeri ini, meski di lain pihak begitu banyak pemberitaan mengenai kebobrokan sistem pemerintahan NKRI. Rasa cinta tanah air yang telah saya pelajari sejak duduk di bangku SD, tetapi yang baru dapat saya benar-benar resapi belakangan ini, membuat saya lebih sering berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia. Saat ini, saya hanya akan menggunakan bahasa asing pada keadaan yang memungkinkan, seperti saat berkomunikasi dengan orang asing. Bahkan, saya cenderung merasa aneh terhadap beberapa tokoh masyarakat yang menyelipkan kata-kata asing dalam pembicaraannya, dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa beliau berasal dari kalangan terpelajar ataupun sosialita.

Bagi saya yang sekarang,berbicara dalam Bahasa Indonesia memang terkesan kurang gaul, tetapi akan lebih tidak gaul lagi jika kita bangga dengan menggunakan bahasa dari negara lain. Siapa lagi yang akan bangga dengan menggunakan Bahasa Indonesia, selain kita bangsa Indonesia sendiri? Pertanyaan tersebut memiliki jawaban yang bermakna sama dengan pertanyaan siapa lagi yang akan mendukung tim sepak bola tersebut kalau bukan penggemarnya sendiri? Meskipun dalam suatu pertandingan, sebuah tim hanya membutuhkan 11 orang pemain yang bertanding langsung di lapangan, akan tetapi tanpa kemunculan pemain kedua belas, tim akan menjadi kurang bersemangat dan akan memiliki proporsi yang lebih besar untuk kalah.

Dengan rasa bangga yang saya peroleh saat menggunakan Bahasa Indonesia, saya akan mencoba berkontribusi dengan menyumbangkan aspirasi untuk keberlangsungan penggunaan Bahasa Indonesia. Salah satu cara untuk membuat Bahasa Indonesia menang di ‘kandang’nya sendrii adalah, dengan menggunakan media, baik cetak, elektronik maupun media sosial, dengan menginformasikan bahwa menggunakan Bahasa Indonesia merupakan sesuatu yang membanggakan. Dengan cara ini, masyarakat Indonesia dapat terstimulasi dengan apa yang yang ditangkap oleh panca indera mereka, sehingga akan cenderung untuk mempraktekkannya, yang dalam hal ini bermakna untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia. Sebagai contoh kesuksesan pengstimulasian dengan menggunakan media, adalah saat Piala AFF 2010 silam, masyarakat Indonesia menjadi begitu bangga, optimisdan peduli terhadap persepakbolaan Indonesia, khususnya Tim nasional (Timnas), yang sebelumnya kurangmendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat. Mengapa demikian? Karena adanya peran media elektronik, cetak dan sosial yang meningkatkan popularitas timnas Indonesia dengan terus-menerus mengeluarkan berita mengenai perkembangan timnas. Oleh karena itu, demi kemajuan serta peningkatan rasa optimistis masyarakat terhadap bangsa Indonesia, khususnya Bahasa Indonesia, ada baiknya media, sebagai pemeran utamanya, membantu proses sosialisasi terhadap bangsa Indonesia. Niscaya, Bahasa Indonesia akan memang dan berjaya di ‘kandang’nya, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maju dan terus berjaya Bahasa Indonesiaku!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun