Suasana langit diatas laut di muka pelabuhan Larantuka tenang seperti biasanya, tanpa angin yang berhembus kencang. Sementara diatas perahu, diatas permukaan laut tenang itu, ada perjalanan antara Larantuka dengan pulau Adonara.
Rasanya, memang laut antara Larantuka dan Adonara selalu tenag.
Kondisi laut yang tenang, birunya laut dan jernihnya air laut hingga berpuluh meter ke dalam laut yang dapat dijangkau mata, menguatkan Edo, untuk membawa Yuli menempuh perjalanan laut ke Adonara.
Masih terbayang di pelupuk mata Edo, bagaimana di muka kapela Tuan Ma kemarin, Yuli bertanya pada dirinya, sambil tangan Yuli sebelah kanan, bergelayut di tangan kiri Edo.
“Pulau apakah itu Do, di depan kita?”
“Itu namanya Pulau Adonara” jawab Edo singkat.
“Rasanya demikian dekatnya….” Gumam Yuli, nyaris tak terdengar. Namun, bagi Edo, itu adalah sebuah permintaan, jika Yuli ingin mengunjunginya.
“Besok kita akan mengunjungi sayang..” demikian bisik Edo di telinga Yuli.
“Akh… Edo..” hanya itu kalimat yang dikeluarkan Yuli, namun cengkeraman tangannya pada tangan Edo semakin kuat, kepala itu, merebah di pundak Edo.
“Kita akan sewa perahu dengan dua awak sekaligus, agar kompartable, agar kita bisa terlayani bagai Ratu dan Raja” bisik Edo ditangan Yuli.
Tak Ada jawaban, hanya cengkeraman tanga itu semakin kuat dirasa Edo.