Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jadi Bos Kerjanya Kok Enak Banget? Inilah 9 Tugas Bos!

3 Agustus 2015   10:50 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:22 9512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - bos (Shutterstock)

Mungkin banyak yang punya pertanyaan seperti judul tulisan di atas. Sangat wajar. Karena definisi bekerja secara awam lebih banyak pada kerja otot atau fisik. Petani, peternak, nelayan, atau pedagang sangat terlihat kalau lagi bekerja. Kalau pegawai akan terlihat sibuk mengetik, mengurus dokumen, melayani masyarakat, dan sebagainya.

Tapi bagi yang sering mengintip saat bos bekerja, bos jauh dari situasi yang dibayangkan. Kerjaan bos, terutama bos di perusahaan serta pemerintahan, apaan aja sih? Nah, hasil intipan seorang pengamat seperti ini. Pertama, tugas terkait surat masuk dan keluar, baik surat internal maupun eksternal. Baik surat yang ada fisik kertas atau email dan e-office. Termasuk juga berbagai buku kebijakan, pedoman operasional, surat edaran, dan yang sejenis. Untuk surat masuk bos tinggal disposisi ke bagian yang tepat untuk ditindaklanjuti. Untuk surat keluar dan juga buku pedoman untuk internal, bos tinggal tanda tangan bila telah yakin dan telah diparaf (artinya telah diperiksa kebenarannya) oleh beberapa lapis jajaran di bawahnya. Memang jadi dilematis kalau yang memaraf asal periksa. Itu namanya bos kecolongan. Namun demikian, tanggung jawab tetap pada yang menandatangani.

Kedua, bos sering rapat, baik mengundang atau diundang, baik langsung atau secara video conference. Ketiga, bos sering menerima tamu, baik bawahan yang "menghadap", rekanan, konsultan, dan sebagainya. Sesekali bos juga pergi bertamu ke pejabat yang lebih tinggi lagi di pemerintahan atau ke ketua umum berbagai asosiasi. Keempat, terkait seremonial seperti membuka seminar, workshop, forum komunikasi, dan sebagainya. Termasuk pula penandatanganan MOU dengan mitra bisnis. Ada lagi tugas memukul gong, meletakkan batu pertama, menggunting pita, menyerahkan sertifikat, piagam, atau hadiah. Menyematkan pin, memencet tombol, mengetuk palu, menandatangani prasasti, ini juga bagian dari seremoni yang berlangsung beberapa menit, tapi persiapannya cukup bikin stess anak buah. Tentu di setiap seremoni, bos "wajib" menyampaikan kata sambutan, yang telah disiapkan anak buah kepercayaannya. Tapi bos yang kreatif biasanya hanya melirik kertas yang berisi kata sambutan tersebut dan lebih banyak memakai bahasa sendiri secara spontan.

Kelima, terkait entertain. Sudah pasti bos sering mengundang atau diundang dalam jamuan makan, main golf, atau event hiburan pementasan seni budaya dan pertandingan olahraga. Di setiap event tersebut posisi bos jelas di tempat terhormat, VVIP. Pokoknya yang "v"-nya paling banyak. Keenam, bos sering mengundang wartawan untuk jumpa pers, atau malah diburu wartawan dalam banyak seremoni. Ada juga wartawan yang diterima untuk wawancara khusus. Semua itu diatur oleh staf humas si bos.

Ketujuh, bos sering jalan-jalan atau istilah sekarangnya blusukan, on the spot, baik diam-diam maupun yang sudah direncanakan. Setiap bos pergi jalan, tim pengawal dan tim penyambut sibuk luar biasa. Kedelapan, mencari informasi. Justru ini menjadi kegiatan awal hari yakni sarapan beberapa koran pagi. TV berita di ruang bos juga selalu menyala dengan volume sekedar terdengar. Ada juga layar yang menggambarkan pergerakan harga saham, kurs mata uang utama secara online. Ada lagi layar monitor yang menayangkan early warning system kegiatan operasional di perusahaannya. 

Kesembilan, pekerjaan lain-lain termasuk corporate social responsibility, kegiatan keagamaan dan sosial. Undangan ke resepsi pernikahan sudah pasti banyak. Dalam hal menyalami penganten, bos punya jalur cepat meski di jalur biasa antrian mengular panjang sekali. Karena bos dekat dengan wartawan dan sering diliput, bos sudah menjadi public figure. Akibatnya bos juga diminta jadi pengurus yayasan, asosiasi, dan sebagainya. Pemunculan bos sebagai keynote speaker semakin sering. Tapi tentu bos punya tim tangguh yang menyiapkan materi presentasi sekaligus sebagai asrot alias asisten sorot.

Masihkah menganggap kerjaan bos enak? Ya, kelihatannya sibuk ngobrol dengan tamu dan makan-makan. Namun, untuk bertamu harus booking jauh hari sebelumnya via sekretaris. Sekretaris pulalah yang menyusun agenda harian si bos dan menyaring telepon masuk yang layak diteruskan ke bos. Nah, justru yang gak bisa diintip adalah bahwa si bos selalu berpikir keras akan banyak hal. Paling tidak SWOT atau plus-minus perusahaannya serta peluang dan tantangan yang ada, selalu di benaknya, untuk melahirkan ide baru atau memperbaiki segala hal demi sejumlah jiwa yang menyandarkan kehidupan pada kepemimpinannya. Bos harus pula mencetak kader agar keberlanjutan perusahaan terjamin. Persoalan siapa orang-orangnya dan akan ditempatkan di mana, selalu dipikirkan.

Di sela-sela kesibukan tersebut di atas, bos yang gaul masih bisa main medsos. Ada pula medsos yang khusus untuk internal dalam rangka memotivasi bawahan atau menerima keluhan karyawan. Untuk pengaduan eksklusif juga ada hotline khusus yang sekaligus sebagai whistleblower system.

Sering orang tergiur dengan enaknya jadi bos, karena sering dikawal, bahkan ada kalanya bepergian pake vorider. Ada juga bos yang berbagai pengeluarannya dibayari dinas, termasuk honor satpam, sopir dan pembantu di rumahnya. Sehingga gaji dan bonus yang besar gak kepake buat pengeluaran rutin. Sering dapat baju batik atau jas seragam. Apalagi kaos dan sepatu olahraga. Tas dibawain ajudan. Pintu mobil dibukain. Kalo nyanyi atau tampil main golf selalu ditepukin.

Sudah tentu juga ada sisi tidak enaknya jadi bos. Kalo perusahaan kedapatan melanggar ketentuan, meski yang salah anak buah, bos pasti kecipratan repot. Apalagi kalau sampai tercium aparat penegak hukum, sekadar jadi saksi sekalipun, tetaplah kurang nyaman. Bagaimanapun bos punya tanggung jawab, paling tidak secara moral terhadap apapun kejadian di lingkungan kepemimpinannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun