Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Word of Mouth: Anda Puas Beritahu Teman, Anda Kecewa Beritahu Kami

9 Januari 2022   07:18 Diperbarui: 11 Januari 2022   22:06 4290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meningkatkan kepuasan pelanggan (Sumber: Freepik)

Tapi, yang diharapkan pengelola lebih dari itu, yakni kepuasan tersebut sebaiknya diceritakan pelanggan kepada saudara dan teman-temannya.

Dengan demikian, orang lain yang mendengar cerita kepuasan pelanggan tersebut akan merasa penasaran dan ingin datang ke rumah makan dimaksud.

Dan pola seperti akan bergulir terus-menerus. Dari pengalaman si A anggaplah diceritakannya pada 5 orang. Masing-masing yang 5 orang itu akan bercerita lagi pada 5 orang. Polanya seperti deret ukur, bukan deret hitung.

Begitulah, "kesaktian" cerita dari mulut ke mulut (word of mouth) yang sangat penting disadari oleh pelaku usaha. Akan berdampak positif bila ceritanya tentang kepuasan, dan berdampak negatif bila ceritanya tentang kekecewaan.

Khusus cerita tentang kepuasan, tentu saja akan menjadi promosi yang gratis, karena si pencerita tidak dibayar oleh pelaku usaha. Cerita-cerita tersebut terjadi secara alami atau secara spontan.

Keampuhan promosi dari mulut ke mulut yang bersifat getok tular, sudah banyak terbukti. Makanya, strategi jadul tersebut tetap digunakan di era media sosial sekarang.

Bahwa pelaku usaha yang kencang menggunakan influencer atau mendekati figur publik yang mau meng-endorse produknya, boleh-boleh saja.

Tapi, jangan sampai meninggalkan pola tradisional wort of mouth itu tadi. Koentji-nya tetap saja rumus marketing yang tidak pernah usang, menciptakan kepuasan pelanggan.

Memang, dalam buku teks ilmu pemasaran dikenal adanya word of mouth marketing, dalam arti  dirancang secara khusus. Bisa jadi pelaku usaha mengutus orang-orang tertentu yang akan bercerita ke orang lain.

Namun, kalau sudah dirancang khusus, tentu ada biayanya, minimal honor atau uang jalan bagi "agen" yang tugasnya bercerita. Ya, mungkin mirip influencer yang bergerak di dunia nyata, bukan di media sosial.

Atau memasang iklan dengan pola ada testimoni pelanggan yang puas atas suatu produk atau jasa. Masalahnya, cerita si agen perusahaan atau iklan testimoni, bukan sesuatu yang alami dan tidak langsung membuat orang lain percaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun