Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tanggapi Hinaan Bos Taksi, Efektifkah Demo Pengemudi Gojek di Depan Kedutaan Malaysia?

3 September 2019   20:36 Diperbarui: 4 September 2019   08:56 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Motor di Malaysia (dok. iwanbanaran.com)

Saya mengira kasus ucapan yang dinilai menghina Indonesia yang dilakukan bos perusahaan taksi di Malaysia, sudah selesai, karena saya pernah menonton berita dari salah satu stasiun televisi yang menayangkan permohonan maaf si bos.

Tapi ternyata saat saya nongkrong di depan layar kaca sore ini, Selasa (3/9/2019), Kompas TV memberitakan aksi demo yang dilakukan oleh ratusan pengemudi motor yang tergabung dalam kelompok usaha Gojek di jalan raya di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta. Demo serupa juga berlangsung di Bandung.

Saya tertarik ketika membaca sebuah spanduk yang dibentangkan seorang pengunjuk rasa dan disorot oleh kamera televisi. Bunyinya: "Kami Ngojek Karena Terlanjur Kaya".

Saya agak sulit menafsirkan apa maksud spanduk itu. Apakah para pengojek tersebut yang terlanjur kaya atau bangsa Indonesia yang dari dulu sering disebut bangsa yang kaya.

Boleh- boleh saja mengekspresikan rasa ketersinggungan kita seperti itu. Masalahnya apakah cara itu efektif? Tapi sebetulnya apakah tujuan demo itu? Meminta agar si bos taksi mencabut ucapannya atau ingin menunjukkan bahwa Indonesia bukan negara miskin?

Coba kita buka lagi berita dari berbagai media agar tahu secara kronologis. Setelah saya menyimak berita tersebut ternyata Samsubahrin Ismail, nama bos taksi di negeri Jiran itu memang terkesan sombong.

Sekadar mengingatkan, awalnya si bos bereaksi atas telah didapatnya lampu hijau bagi Gojek untuk beroperasi di Malaysia. Tentu dengan bekerja sama dengan pengusaha setempat dan seizin pemerintah Malaysia.

Nah, si bos mengatakan bahwa Gojek tidak cocok dengan kondisi di Malaysia. Di Indonesia Gojek memang berhasil karena masyarakatnya masih miskin. Kurang lebih begitulah kira-kira ucapannya.

Mengetahui reaksi keras masyarakat Indonesia, khususnya pihak pengemudi Gojek, si bos telah melakukan konferensi pers yang berisi permintaan maaf. Namun si bos tetap berdalih bahwa ia hanya mengutip ucapan politisi kita, mungkin dari kalangan oposisi, yang mengatakan Indonesia adalah negara miskin.

Harusnya masalah udah kelar. Namun kabar terbaru memperlihatkan ulah baru sang bos. Katanya Indonesia miskin karena kebijakan pemerintahnya sendiri. Nah lo! (istilah si bos, karena kebijakan "kerajaan" Indonesia, mungkin ia lupa Indonesia adalah republik).

Kalau begitu maka selayaknya justru pemerintah yang bereaksi. Bukan caranya pemerintah kalau melakukan demo. Akan lebih elegan bila melayangkan nota protes melalui saluran diplomasi.

Tapi kalau boleh usul, saya kira ada baiknya kita mengundang baik-baik si bos taksi untuk berdiskusi secara terbuka di Jakarta. Kalau perlu bos Gojek yang mengirimkan tiket pesawat pulang pergi Kuala Lumpur-Jakarta. 

Soalnya dalam hal ini, ada kepentingan Gojek dalam rangka melaksanakan penetrasi pasar ke negara tetangga itu. Tentu perlu menciptakan kesan yang baik bahwa kita bangsa yang tahun sopan santun.

Kita akan tunjukkan, meskipun dari sisi pendapatan per kapita Indonesia masih di bawah Malaysia, namun dari sisi budaya dan kreativitas, kita lebih unggul. Buktinya karya seni kita, termasuk lagu, film, sinetron, disukai banyak warga Malaysia, ketimbang karya seni mereka yang laku di negara kita.

Gojek itu sendiri, tanpa bermaksud mempromosikan, adalah hasil kreativitas anak bangsa. Bos taksi Malaysia perlu diberi penjelasan Gojek bukan semata alat transportasi, tapi terintegrasi dengan berbagai fasilitas yang pada dasarnya memudahkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Mungkin saja ojek motor memang bukan menjadi kebutuhan di sana, karena jumlah motornya kalah dengan jumlah mobil. Tapi banyak fasilitas lain yang relevan dengan konsumen di Malaysia.

Tapi ngomong-ngomong, perlu ditelusuri, jangan-jangan si bos taksi Malaysia "dimanfaatkan" oleh salah satu unsur di pihak oposisi di negara kita.  Soalnya ia mengkritik kebijakan pemerintah.

Makanya buruan undang dia untuk diskusi terbuka. Bila merasa benar, harusnya ia bertindak sportif dengan memenuhi undangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun