"Teman-teman selalu bertanya, saya mewakili lembaga atau organisasi apa, dan saya juga bingung menjawabnya. Saya datang ke sana atas nama kemanusiaan. Meski saat penyerahan bantuan, saya pun sempat memakai tiga nama organisasi; Pusdiklat Buddhis Bodhidharma, Yayasan Dhammasukha Indonesia dan Astra NTB. Namun sesungguhnya saya berangkat sendiri, pake uang sendiri, hanya beli 1 tiket pergi, sebab belum tahu kapan bisa pulang, menunggu situasi dan kondisi di sana. Bawaan sayapun maksimal hanya boleh 7 kg, karena kapasitas bagasi diprioritaskan untuk membawa bantuan dan sumbangan dengan total maksimal 20 kg kali  8 orang penumpang."
Keberangkatan Jimmy ke daerah bencana, disikapi biasa saja oleh keluarga dan teman-temannya, sebab ia memang sudah dikenal peduli dengan kegiatan kemanusiaan.
Tak dipungkiri, perasaan deg-degan sempat ia rasakan, mengingat gempa yang terjadi bisa saja terulang.Â
"Di Lombok Utara, melihat Pantai Senggigi yang biru dan indah, seneng banget, sekaligus sedih. Karena pas di sebelah kanannya, saya melihat bangunan-bangunan yang sudah hancur."
Ia memang menyempatkan diri untuk pulang dulu ke kediamannya di Jakarta. Fokus utama keberangkatannya nanti adalah di "trauma healing", terutama untuk anak-anak.
"Kami mau bawa lebih banyak lagi makanan kecil untuk mereka, juga obat-obatan." katanya.
"Tahukah kamu soal bantuan yang katanya ditahan PT Pos, diklaim dan tidak disalurkan?" tanya saya.
"Yang terjadi bukan begitu. Itu kan (karena) gratis, jadi sampainya lama. Kami yang kirim cargo pesawat berbayar saja, terlambat dengan alasan banyak pengiriman bantuan. Pake cargo Garuda diskon 50 % pun ga bisa dipastiin kapan tibanya, karena mesti nunggu antrian, apalagi yang gratis."
"Kami kirim barang hampir 700 kg dengan cargo Citylink, dijanjikan 1 hari sampai. Kenyataanya? 3 hari. Alasannya cargo penuh, pesawat ada yang delay. Pengiriman biayanya 11 ribu per kg, total hampir 8 juta rupiah. Itupun delay. Gimana mau ngarep yang gratisan?"
Penasaran, saya lontarkan pertanyaan yang berkaitan dengan kehebohan lini masa media daring akhir-akhir ini.