Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayo Batasi Penggunaan Teknologi pada Anak

26 Agustus 2017   17:58 Diperbarui: 16 November 2017   22:34 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi banyaknya konten negatif yang bertebaran dan dengan mudah diakses dengan pesatnya khususnya untuk anak-anak dan remaja tanah air. Alasan yang mendasar karena aksesnya yang sangat mudah, pemerintah tidak saja diam salah satunya yang dengan melakukan pemblokiran situs yang sifatnya tidak optimal.

Kepintaran anak saat ini jangan ditanya, mereka mungkin mengetahui celah dalam mengakses "lewat jalur belakang" bisa dengan menggunakan Proxy dan VPN. Butuh kolaborasi berbagai pihak mulai dari orang tua, sekolah, dan pemerintah. Agar anak-anak diberi batasan dalam menggunakan teknologi secara bijak dan benar.

Berbagai efek pasti dirasakan, anak-anak yang terlalu dekat dengan teknologi pasti tidak baik dalam tumbuh kembangnya. Selain itu teknologi sudah masuk ke sekolah-sekolah, anak-anak punya kemampuan belajar yang beragam tidak hanya dari dalam kelas, seperti adanya kelas belajar online atau mengunduh tugas yang dikirimkan oleh guru mereka via email.

Saat itulah peran internet sebagai materi tambahan atau lanjutan saat anak-anak tidak menangkap informasi secara lebih baik di internet. Makanya banyak anak-anak yang memanfaatkan mencari minat yang ia sukai. Mulai dari tulisan, suara, hingga video mampu diakses oleh anak-anak saat ini. Makanya jangan heran mereka rela tidak makan hanya karena keasyikan main game dan malas bergaul dengan anak-anak sekitar karena sibuk dengan gawainya masing-masing.

Ada beberapa syarat yang membuat anak-anak bisa berinteraksi dengan teknologi. Pengalaman pribadi saya saat masih kecil yaitu orang tua saya membatasi teknologi salah satunya game saat itu. Walaupun belum sebanyak dan menarik seperti sekarang, tetap saja efek candu ada.

Salah satu pembatasannya ialah dengan penerapan saat di akhir pekan atau dengan peraturan ketat. Cara ini membuat anak-anak akan terbatasi geraknya dengan interaksi dengan teknologi dan rasa candu. Apalagi kontrol kuat yang dilakukan oleh orang tua sangat diharapkan agar anak tidak menyalahi teknologi yang berlebih.

Data yang dihimpun oleh media analisis, Tirto didapatkan bahwa kecanduan teknologi khususnya gawai pada gawai anak karena peran orang tua. Ada 61% dari orang tua yang memberikan kepada anaknya dengan alasan memudahkan asuh anak dan membuat anak lalai. Dampak berbahaya itu kemudian datang yaitu penyalahgunaan dari anak. Persentase terbesar yang membuat anak gunakan dalam mengakses gawai yaitu dengan bermain mengambil foto dan menonton video. Angka itu menyentuh 79% dan mengalahkan angka bermain gameyaitu 72 %.

Alasannya karena akses internet yang menyediakan berbagai siaran video sehingga sang anak dengan mudah bisa berselancar di dalamnya. Platform tersebut salah satunya Youtube, sering kali anak-anak lepas dari pengawasan orang tua karena Youtube yang digunakan bersinggungan dengan konten orang dewasa.

Bagi orang tua yang Youtube sebagai salah satu media digital pembelajaran anak, jelas cara ini sangat membantu terutama untuk tumbuh kembang anak anda. Jadi anda tak perlu khawatir saat anak anda menonton sejumlah video yang ada di Youtube Kids.

Namun bila masih tetap anak anda mengakses Youtube konvensional, caranya ialah dengan memberi kontrol atau menghidupkan fitur Safe offline pada menu Youtube. Nantinya anak-anak hanya bisa mengakses konten Youtube pilihan dari orang tuanya dan tidak tersasar ke siaran khusus dewasa.

Selanjutnya ialah game yang mencapai 72%, nilai ini lebih kecil dikarenakan untuk bermain game dari level sederhana hingga menengah butuh proses belajar yang lama. Kebanyakan butuh waktu dan tidak semua anak-anak cukup cakap dalam bermain gameberbeda dengan menonton dan memotret. Cukup kemampuan dasar saja. Sebaiknya batasi anak anda dalam penggunaan gawai, apalagi anak-anak kini sampai membawa ponselnya ke tempat tidur. Gawai yang paling sering ada di tempat tidur yaitu TV.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun