Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Energi Terbarukan Solusi Energi Masa Depan?

17 April 2018   10:49 Diperbarui: 17 April 2018   10:55 2141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: elmoltaqa.com

Bicara tentang pemanasan global (global warming) yang menyebabkan perubahan iklim (climate change) tidak bisa dilepaskan dari permasalahan gas efek rumah kaca (greenhouse effect gases) yang disebabkan penggunaan berlebihan dari bahan bakar fosil (fossil fuels) seperti minyak bumi, gas dan batu bara. 

Penggunaannya dua-tiga abad lalu semenjak revolusi industri dimulai mengakibatkan suhu bumi makin panas yang disebabkan oleh panas matahari yang tidak bisa terpantul keluar karena terjebak oleh lapisan gas efek rumah kaca seperti Carbon dioxide (CO2), Methane (CH4), Nitrous oxide (N2O) dan lainnya yang dihasilkan oleh penggunaan energi berlebihan oleh manusia dalam menjalankan kehidupannya namun tidak menyadari bahwa daya tampung bumi ada batasnya.

Efek perubahan iklim yang menyebabkan runtuhnya gunung es di kutub, melelehnya puncak gunung es, naiknya permukaan air laut, makin seringnya terjadi angin topan disertai banjir sementara di pihak lain juga ada kekeringan menyebabkan manusia harus berpikir untuk menggunakan energi lain yang efeknya tidak membahayakan kehidupannya di dunia.

Energi yang juga dihasilkan oleh alam tapi tidak menghasilkan gas efek rumah kaca haruslah punya sumber yang tiada habisnya (tangible) dan bukan energi fosil yang akan habis (intangible). Dan akhirnya para ahli menemukan ada lima energi terbarukan (renewable energy) yang bisa menggantikan energi fosil yang berasal dari biomass energy, hydropower, geothermal energy, wind energy dan solar energy.

Energy biomassa (biomass energy)  berasal dari materi sisa tanaman namun bukan berupa fosil (non-fossilized plant materials), atau dengan kata lain bukan tanaman yang diubah menjadi bahan bakar fosil (fossil fuels). 

Kayu dan kayu bekas adalah contoh umum dari energi biomassa yang sebenarnya sudah digunakan manusia jauh sebelum bergantung kepada batu bara (coal) dan minyak bumi (oil).  Selain kayu, etanol (ethanol) juga termasuk energi biomassa yang dihasilkan dari jagung. Sayangnya energi biomassa kebanyakan didapatkan dari proses yang mirip dengan bahan bakar fosil dimana harus dibakar dulu baru didapatkan energinya jadi tetap menghasilkan gas efek rumah kaca.

Energy terbarukan yang murni tanpa menghasilkan gas efek rumah kaca adalah energi air (hydropower) yang digerakkan oleh tenaga air (moving water). Berikutnya geothermal atau energi panas bumi kemudian energi angin serta energi matahari dengan menangkap sinar radiasinya. Keempat energi terbarukan ini termasuk bersih (clean) namun masing-masing mempunyai tantangan ketika mendapatkannya karena seperti matahari hanya bisa didapatkan pada siang hari dan cuaca tidak mendung atau tidak terjadi hujan, sementara angin juga kecepatannya juga tidak konstan setiap waktunya.

DOKUMENTASI PRIBADI
DOKUMENTASI PRIBADI
Kincir angin modern (modern windmills) yang disebut dengan turbin angin (wind turbines) adalah mesin penangkap energi ini, jadi ketika angin bertiup dan menggerakkan kipasnya (blades), sekaligus menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik. 

Permasalahan lain selain kecepatan angin yang tidak konstan adalah  jumlah kincir angin yang harus dipasang berjumlah cukup banyak (sehingga memakan area tempat yang luas) dan letaknya pun biasanya jauh dari pemukiman, karena jarang ada perumahan dibangun didaerah yang kondisi alamnya tidak nyaman (alias banyak angin)-dan ini menyebabkan harus ada media koneksi lain untuk menghubungkannya dengan pemukiman yang memerlukan energi listriknya.

Begitu juga dengan hydropower atau hydroelectric dimana harus ada bendungan yang dibuat untuk memposisikan air agar mampu menggerakkan turbin, dan ini dilakukan dengan menahan air sungai agar tidak mengalir seperti biasanya. Selain mahal dibuatnya juga ada potensi banjir kepada daerah di dekatnya, bahkan saat pembuatannya banyak penduduk harus berpindah karena daerahnya lebih rendah dari letak bendungan ini.

Berikutnya memang tidak semudah dengan energi fosil (minyak bumi, batu bara dan gas)  yang bisa dengan mudah disimpan (storage), untuk mendapatkan energi terbarukan, semisal energi matahari (solar energy)harus ada tempat penyimpanan yang memungkinkan energi ini bisa digunakan di malam hari. Namun para ahli terus berupaya agar media penerima sinar matahari (photovoltaic panels) bertambah murah harganya dan penyimpanannya juga punya kapasitas lebih besar.

Amerika Serikat (AS) dan Denmark adalah dua negara yang menggunakan energi terbarukan yang makin meningkat prosentasinya dan prediksinya tahun 2020, 26 persen kebutuhan listrik di AS akan disumbangkan oleh energi ini, sementara di Denmark bahkan di tahun 2015 kebutuhan listrik yang disuplai oleh energi anginnya (wind energy) sudah mencapai 40 persen. (Berita terakhir Denmark berambisi pada tahun 2050  kebutuhan listriknya 100 persen didapatkan dari energi terbarukan andalannya ini).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun