Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kabinet 19 Menteri Jokowi-Ma'ruf

12 Juli 2019   03:34 Diperbarui: 12 Juli 2019   06:15 6070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kabinet Kerja (Foto: Setpres Cahyo)

Kementerian Koordinator? 

Sebaiknya dihilangkan. Penggantinya adalah menteri-menteri senior tanpa perlu pembidangan. Bukankah negara-negara maju, termasuk yang memiliki perjalanan panjang dalam praksis demokrasi, lebih memberi tempat kepada menteri-menteri senior ini, ketimbang kepada "perwakilan politik" yang dimenangkan dalam satu periode pemerintahan? 

Jepang, Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa dikenal memiliki menteri-menteri senior yang bertahan beberapa periode. Sekalipun wacana yang berkembang sekarang adalah masuknya kalangan muda dan millenial ke dalam kabinet, tetap saja secara jumlah tentu sangat terbatas.

Evaluasi kualitatif selama ini menunjukkan betapa menteri-menteri koordinator lebih banyak menjadi sasaran tembak. Hal itu tidak terlepas dari sosok menteri yang menjabat. Misalnya, bekerja diluar tupoksi yang diberikan. 

Nah, guna mengatasi itu, satu atau dua menteri senior yang ditunjuk, tidak perlu diberikan label sesuai dengan bidang tertentu. Artinya, dengan sebutan sebagai menteri senior, berarti bisa memasuki kementerian manapun yang diatur berdasarkan nomenklatur. 

Menteri senior ini juga yang menjadi semacam "ideolog" yang menjadi shadow leader yang mendekati kapasitas Presiden atau Wakil Presiden. Mereka juga bisa menjalankan tugas sebagai utusan khusus dari Presiden atau Wakil Presiden dalam tugas-tugas di dalam dan luar negeri.


Penggabungan sejumlah nomenklatur dalam satu kementerian dan pembentukan jabatan menteri senior itu, jika disusun dengan baik, bakal menghasilkan jumlah kementerian yang sedikit. Paling banyak 19 kementerian atau menteri. Kalaupun lebih, pilihan jumlah 21 bisa jadi pertimbangan berikut, yakni 19 kementerian berdasarkan nomenklatur dan 2 menteri senior. Angka 21 mengingatkan akan abad ke-21 atau millenium ketiga. 

21 orang yang berjibaku dengan tugas mempersipkan, mengelola dan mengalirkan energi positif generasi millenial.  Bonus demografi yang dialami Indonesia juga menjadi kekuatan ekstra yang bernilai lebih tinggi dari keunggulan sumberdaya alam. Tentu, apabila dikelola dengan baik. 

Studi perbandingan terhadap negara-negara yang pernah mendapatkan bonus demografi perlu dilakukan secara serius, guna mendapatkan pengetahuan yang berguna.

Di luar itu? Angka 19 sebagai penanda tahun 2019. 

Yang lain? Angka 19 adalah tanggal kelahiran saya. 

Ape loe? Ape loe!

Jakarta, 12 Juli 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun