Mohon tunggu...
Imron Fhatoni
Imron Fhatoni Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar selamanya.

Warga negara biasa!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siwa: Novel Mitologi Bertabur Kejutan

29 Agustus 2017   23:29 Diperbarui: 29 Agustus 2017   23:32 2042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siwa: Rahasia Kaum Naga, karya Amish Tripathi / dokumentasi pribadi

Mencari buku bagus tak semudah memancing di kolam yang dipenuhi ikan. Bayangkan saja saat anda pergi ke toko buku. Di sana, kita bisa mendapati begitu banyak bacaan yang terkadang tidak sesuai dengan ekspektasi. Ada begitu banyak buku yang tidak dibangun berdasar data dan riset-riset serius. Dalam sekian kali pencarian, kita tak selalu menemukan buku bagus. Namun sekali bertemu, ada rasa puas yang susah digambarkan dalam kata.

Baru-baru ini, saya menemukan buku bagus karya novelis India, Amish Tripathi. Buku ini menyajikan kisah mitologi hindu yang renyah dan mengasikkan. Kesuksesan novel debutnya yakni Siwa: Kesatria Wangsa Surya, membuat penulis kelahiran 1974 itu kembali hadir dengan kisah lanjutan yang tak kalah keren.

Jika Siwa: Kesatria Wangsa Surya lebih banyak membahas tentang kehadiran Sang Nilakantha sebagai juru selamat dalam ramalan kuno, kisahSiwa: Rahasia Kaum Naga hadir dengan petualangan Siwa yang dipenuhi intrik, bertabur kejutan serta mampu mengaduk-aduk emosi.

Dalam novel terbarunya, Amish menyajikan kisah petualang Batara Siwa yang hendak menumpas kejahatan. Ia menyusuri daratan India kuno demi menemukan negeri kaum naga yang telah merenggut sahabatnya dan tengah mengintai istrinya. Pada saat yang sama, sang mahadewa juga bertemu banyak orang yang kelak menuntunnya menyingkapi sebuah tabir kelam wangsa surya di masa silam. Ia tak menduga bahwa kaum naga yang sangat dibencinya itu, ternyata memiliki hubungan erat dengan orang-orang terdekatnya.

Ada bagian yang membuat saya terdiam. Yakni ketika Sati, istri Mahadewa Siwa bertemu dengan seekor naga perempuan yang juga saudari raja Athithigwa, lalu berdebat tentang aturan-aturan Sri Rama yang menurutnya tidak adil bagi kaum naga. Selama ribuan tahun, kaum naga telah dikucilkan. Mereka terpaksa berpisah dengan keluarga hanya karena terlahir cacat dan mengerikan. Mereka merasa bahwa seperangkat aturan hanya dibuat untuk setiap orang yang terlahir sempurna.

Sati hanya bisa terdiam sebab menyadari bahwa yang dikatakan oleh seekor naga adalah kenyataan yang tak bisa dibantah. Ia memahami bagaimana perasaan kaum naga yang selalu di cap jahat oleh setiap orang hanya karena bentuk tubuh mereka yang mengerikan. Sati menyadari bahwa tidak akan mudah bagi siapapun untuk menjalani kehidupan seperti mereka. Ia pun berjanji kepada raja Athithigwa bahwa tak akan menceritakan rahasia sang raja yang memiliki saudari seekor naga kepada siapapun.

Bagian lain yang tak kalah mengejutkan adalah saat Siwa bertemu Parasurama, seorang pemimpin penyamun yang bersembunyi di hutan belantara sungai Madhumati. Parasurama berkisah tentang kaum naga yang hanya berperang demi membela kaum tertindas. Siwa terperanjat. Bukankah kaum naga adalah pangkal dari segala kejahatan? Mengapa pula mereka membela kaum tertindas? Bukankah hal semacam itu hanya dilakukan oleh kesatria seperti dirinya? Pengakuan Parasurama membuat Siwa kian penasaran. Apa sebenarnya makna kejahatan?

Siwa: Kesatria Wangsa Surya / dokpri
Siwa: Kesatria Wangsa Surya / dokpri
Tentu saja masih banyak kejutan lain dalam novel ini yang tak bisa saya jelaskan secara terperinci. Setiap kisah laksana kabut gelap yang hendak disibakkan secara perlahan melalui serentetan peristiwa yang tak terduga.

Sesaat, Amish terlihat begitu pandai mengayun-ayun imajinasi pembaca. Ia juga menyelipkan ujaran-ujaran filsafat yang mendalam pada karya-karyanya. Baginya, kejahatan dan kebaikan ibarat dua sisi mata uang. Keduanya senantiasa berjalan selaras. Semua hal butuh penyeimbang. Sisi lelaki membutuhkan sisi perempuan. Demikian pula kekuatan membutuhkan beban.

Sebagai novelis, ia serupa Jostein Gaarder yang mampu merangkum tema-tema besar dan filosofis dalam kalimat-kalimat sederhana. Ia pandai memainkan ritme, menjebak pembaca pada satu perasaan terhadap situasi. Di setiap bagian, selalu terselip kemungkinan-kemungkin yang mampu memancing rasa penasaran hingga akhir. Tak heran jika novel pertamanya lansung menjadi best seller international.

Amish Tripathi merupakan satu dari sekian banyak penulis yang mampu melahirkan karya-karya besar dan dilirik banyak pembaca. Salah satu kekuatan penulis terletak pada seberapa banyak orang yang memburu karya mereka, berapa banyak hati yang tergugah serta berapa banyak pikiran yang melayang-layang ketika membaca karya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun