Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengurai Amburadulnya Sistem PPDB SMP Kota Malang

26 Mei 2019   09:47 Diperbarui: 26 Mei 2019   10:00 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

WAG Keluarga sejak beberapa minggu ini terus ramai membicarakan PPDB.

Ada beberapa keponakan dan sepupu yang pada tahun ini masuk SMP. Maka, seperti tahun-tahun sebelumnya, perbincangan seputar "diterima di SMP Negeri mana" menjadi topik hangat. Namun, pada tahun ini, topik tersebut tidak lagi hangat melainkan panas meski saat ini sedang bulan puasa.

Semua diawali dari aturan baru dalam PPDB SMP Kota Malang tahun ini. Jika pada tahun sebelumnya, sistem penerimaan melalui beberapa jalur, yakni prestasi, masyarakat prasejahtera, zonasi wilayah, dan reguler dengan proporsi yang berimbang, kali ini sistem tersebut diubah secara total. 

Sebanyak 90% dari siswa yang diterima berasal dari jalur zonasi. Sisanya, berasal dari jalur prestasi dan masyarakat prasejahtera.

Sebelum PPDB, berbagai pertanyaan muncul. Mengapa PPDB Kota Malang dilaksanakan begitu cepat? Padahal, kota-kota lain baru menggelar PPDB pada bulan Juni selepas Idulfitri. Mengapa tidak ada syarat nilai USBN dan rapor seperti PPDB tahun sebelumnya? Mengapa semuanya terkesan tergesa-gesa?

Pertanyaan ini tak segera terjawab hingga kegiatan PPDB dimulai pada 13-15 Mei kemarin. Saat pelaksanaan PPDB, benar saja, segala pertanyaan itu akhirnya terjawab dengan kekisruhan pada hari H pendaftaran.

Sebuah postingan dari FP Komunitas Peduli Malang Raya memperlihatkan membludaknya para pendaftar di SMP Negeri 21 Malang. Ratusan, mungkin ribuan calon wali murid dan siswa mengular antre hingga ke jalan raya di sekolah tersebut. Sesuatu, yang hanya pada tahun ini terjadi. Salah satu SMP Negeri favorit di Kota Malang tersebut dihajar oleh siswa yang kebanyakan berasal dari Kecamatan Kedungkandang.

Melihat kiriman itu, saya jadi bertanya, mengapa tidak mendaftar di SMP lain asal masih dalam satu rayon? Jawabannya ternyata membuat saya tecengang.

Sebanyak 90% calon siswa yang diterima pada tahun ini didasarkan pada 2 hal. Pertama, jarak terdekat sekolah dari rumah calon siswa yang ditarik dari sistem koordinat. 

Kedua, jika jarak dua atau beberapa siswa sama dari sekolah, maka yang menentukan diterima atau tidaknya adalah siapa yang lebih dulu mendaftarkan diri. Siapa cepat dia dapat. Siapa yang bisa "menginap" di dekat sekolah, maka ia akan diterima. Jika boleh disarkaskan seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun