Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen | Hadiah Lebaran untuk Atim

23 Mei 2019   03:00 Diperbarui: 23 Mei 2019   04:04 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - Dokpri

Anak-anak itu berlari kencang menuju rumah mereka masing-masing. Sembari berlari, mereka terus mengejek seorang pria yang tengah duduk di sebuah bekas warung.

Berada cukup jauh di belakang mereka, aku sempat ragu untuk melewati bangunan berdinding gedhek itu. Ibu mewanti-wantiku agar aku hati-hati saat melewatinya. Ia berkata, kalau aku tidak berani, lebih baik aku ke Pak Satpam sekolah. Menunggu ibu yang sedang bekerja hingga ia bisa menjemput.

Kulihat sesosok pria yang berteriak seperti kesetanan itu membawa sebuah tongkat kayu besar. Tak berselang lama, ia menatapku.

Aku terkejut dan mulai melangkahkan kaki ke belakang. Berharap ia tak mengejarku, tiba-tiba ia tersenyum kepadaku. Lambaian tangan segera ia berikan dan menjadi tanda agar aku tidak takut.

"Ke sini. Ayo kamu ke sini," ajakan itu ditujukan kepadaku.

Aku masih takut. Ingin rasanya menangis. Kalau tak ingat ini bulan puasa, aku sudah akan menangis sekencang-kencangnya.

Pria itu tahu aku ketakutan. Ia lalu medekatiku dan melemparkan tongkatnya. Ia tak akan memukulku. Aku yakin itu.

Aku jadi sedikit tenang. Namun, bau menyengat yang hinggap kemudian kembali membuatku tak nyaman.

"Kamu mau pulang?" pria itu bertanya.

Aku hanya mengangguk. Ia lantas menggandeng tanganku dan membawaku ke bangunan lapuk tempatnya tinggal. Aku masih mematung dan tak tahu apa yang harus kulakukan. Tapi, selangkah demi selangkah, aku mulai mendekati pria itu.

Di depanku, kini pria berbaju lusuh dengan kain sarung yang melintang tampak mulai mencari sesuatu di dalam warung itu. Rambutnya acak-acakan dan aku bisa bertaruh kalau ia tak pernah keramas untuk berapa tahun. Beberapa puntung rokok tercecer di sekitar lantai warung itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun