Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Banjir Besar Membuat Kota Malang Semakin Malang

29 Maret 2019   09:23 Diperbarui: 29 Maret 2019   11:40 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir menggenangi Jalan Bendungan Sutami. Jalan raya penghubung beberapa kampus itu berubah menjadi bendungan. - Kompas.com

Walau mengalami beberapa kali usaha memperbaiki drainase, hingga akhir tahun 1930an, banjir masih saja menghantui kota ini. Jumlah penduduk yang semakin padat dan kebiasan membuang sampah tidak pada tempatnya membuat Malang kerap dilanda banjir. 

Kejadian banjir besar tahun 1929 membuat Malang kala itu menjadi lumpuh. Kawasan Pecinan digenangi air kecoklatan. Alun-alun Malang berubah menjadi danau besar. kampung-kampung di daerah yang lebih rendah menjadi tenggelam. Kota ini pun lumpuh.

Halaman rumah dan sungai yang tampat tak ada batas berarti. Dok. FP Peduli Malang Raya
Halaman rumah dan sungai yang tampat tak ada batas berarti. Dok. FP Peduli Malang Raya
Pembangunan yang Mengerikan

Di antara kota-kota lain, Malang bisa disebut sebagai salah satu kota besar dengan pembangunan yang mengerikan. Bukan lagi pesat tapi menjurus mengerikan dan memakan banyak korban. 

Menurut Ahli Tata Ruang sekaligus Dosen ITN, Ir.Budi Fathony, MTA, sistem tata kota ini masih semrawut. Pengembangan kota hanya berdasar pada keuntungan, bukan pada rencana jangka panjang.

Pelanggaran terhadap tata ruang yang telah ditetapkan masih saja terjadi. Zona hijau dan kawasan cagar budaya kerap digilas dengan aneka bangunan yang menyesakkan. Sebutan Malang Ijo Ruko-Ruko sempat disematkan pada kota ini. 

Saya sendiri menyaksikan masifnya pembangunan yang mengerikan ini. Sawah dan sungai kecil di sekitar rumah saya begitu mudahnya dilibas dengan pembangunan ruko yang kini berdiri megah.

Banjir menghantam Mall Matos. @infomalang
Banjir menghantam Mall Matos. @infomalang
Proyek-proyek prestisius juga tak kalah mengerikan. Mal-mal dan aneka perumahan memenuhi kota yang menutup saluran air. Pembangunan di kawasan Griya Shanta, dekat dengan Taman Budaya Jawa Timur adalah contohnya. 

Walau pada awalnya pembangunan kawasan ini akan dikonsep serupa dengan Jalan Ijen, namun entah kenapa justru banyak ruko yang ikut-ikutan berdiri di dekatnya.

Apesnya, banyak pengembang perumahan yang tidak menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai aturan. Menurut Budi, harusnya satu kavling memuat sekitar 60 persen bangunan dan sisanya RTH. Kenyataannya, hampir di segala penjuru Kota Malang, RTH yang tersisa hanya 10 persen saja. Itupun kadang dipepetkan dengan bangunan toko dan sejenisnya.

Beberapa warga menocba menyelamatkan diri dari hantaman banjir di pemukiman padat penduduk. Dok. FP Peduli Malang Raya
Beberapa warga menocba menyelamatkan diri dari hantaman banjir di pemukiman padat penduduk. Dok. FP Peduli Malang Raya
Lucunya, drainase kota ini yang membentang dari utara dan selatan juga tidak jelas. Ketika hujan deras, air akan mengumpul di satu titik. Dan itu tepat berada di sekitar Monumen Pesawat Soehat. Banjir mengerikan sudah menjadi ikon layaknya pesawat yang gagah berdiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun