Mohon tunggu...
Ikhsan Bawa
Ikhsan Bawa Mohon Tunggu... -

Seorang karyawan Toko Buku\r\nFollow Twitt: @Ikhsan_Bawa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Seks Bebas Semakin Bebas

9 Mei 2013   16:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:51 1770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh: Ikhsan Bawa

Penting dan tidak pentingnya pendidikan seks di Indonesia masih menjadi perdebatan, ada yang mengatakan pendidikan seks itu tidak penting, ada juga yang mengatakan penting. Memang, selama ini pendidikan seks masih dianggap tabu (khsususnya Indonesia menganut paham Timur). Sehingga banyak mengira ketika seseorang memberikan pengertian pendidikan seks, maka terbesit dalam benak mereka adalah hubungan seks. Padahal secara bahasa seks (sex) sendiri berarti jenis kelamin.

Saat ini, kebebasan seks—suatu gejala yang merata sedunia, meskipun terutama menonjol di Eropa. Amerika dan Jepang—menyebar dengan kecepatan dan kekuatan sedemikian rupa sehingga dikuatirkan menggoyahkan dasar asasi masyarakat modern. Apa yang dulu dianggap memalukan sekarang menjadi biasa saja.

Seks bebas di Indonesia sendiri sudah sangat mengkhawatirkan, budaya barat telah banyak meracuni anak muda Indonesia saat ini. Menurut data yang ada, hampir sebagian remaja Indonesia pernah melakukan hubungan seks, data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sebanyak 32% remaja usia 14 – 18 tahun di kota-kota besar pernah melakukan hubungan seks. Kota-kota besar yang dimaksud tersebut antara lain; Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Parahnya lagi, sekitar 21,2% remaja putri di Indonesia pernah melakukan aborsi. Selebihnya, separuhremajawanitamengaku pernah bercumbu ataupun melakukan oral seks. Survei yang dilakukan KPAI tersebut juga menyebutkan, 97 % perilaku seksremajadiilhami pornografi di internet.

Berangkat dari itu, tentu saja seks harus dipahami secara wajar oleh semua kalangan. Sebagai pendidik dan orang tua, pengertian tentang pendidikan seks harus dilakukan sejak dini. Agar ketika mereka tumbuh menjadi remaja, mereka sudah paham mengenai bahaya seks bebas. Pendidikan seks bukan berarti memperkenalkan secara luas dan vulgar, melainkan mengarahkan remaja untuk memahami bagaimana hubungan seks yang sehat, dan kapan waktu baik untuk seks itu dilakukan.

Seks Bebas, Tantangan Zaman

Zaman serba bebas membuat banyak peluang para remaja untuk terjerumus dalam kubangan seks bebas. Akses internet menyumbang peran terbesar terjadinya seks bebas. Buktinya, ada sekitar empat juta (4.000.000) situs porno yang bebas di akses di Indonesia. Masalah itu membuat kita susah membendung arus globalisasi negatif masuk ke kalangan remaja. Sehingga, pendidikan seks pun seakan-akan menjadi sia-sia. Seharusnya ada control dari orang tua dan para pendidik untuk lebih terbuka lagi mengenai bahasan seks bebas, bukan menggurui—tetapi mengarahkan kepada hal baik.

Tantangan zaman ini, seharusnya dibarengi dengan giatnya pendidikan seks yang dilakukan oleh pemerintah, bahkan semua kalangan, semua lapisan masyarakat luas. Karena ini tanggung jawab kita bersama. Dan seharusnya para remaja pun lebih paham akan bahaya seks bebas dan tidak terburu-buru dalam mengambil sikap tidak baik. Memang, ini bagian dari kecendurungan nurani terdalam manusia, yang punya hasrat tinggi dalam melakukan hubungan seks. Namun, tidak semerta-merta dilakukan secara arogan. Apalgi sekarang ini, bukan hanya seks bebas yang menjadi kendala terdalam, melainkan kasus pemerkosaan semakin marak dilakukan banyak orang, parahnya dari berbagai kalangan—bukan hanya remaja, atau preman. Melainkan orang tua memporkasa anaknya pun menjadi tren baru. Fenomena seperti ini sangat memalukan dan susah untuk dihentikan. Baru-baru ini, kasus seorang ibu-ibu menggauli banyak remaja. Semakin jelas, seks bebas benar-benar semakin bebas, bahkan bisa dilakukan semua kalangan, orang, dan usia.

Sisi Kesadaran Manusia

Titik lemah manusia adalah bahwa kita belum menemukan jalan lebih baik untuk menjaga martabat kita kecuali secara semu menutupi alat dan fungsi hewani kita. (Toynbee: 1987). Kita belum bisa mengontrol secara baik aktifitas pikiran dan hati kita. Sedangkan untuk menanggulangi seks bebas, nilai-nilai kebaikakan adalah jaminan mutu bagi penjagaan diri.

Namun, penulis curiga—hilangnya moralitas seksual dan tidak adanya kasih sayang dalam seks adalah bagian dari kecenderungan untuk menafsirkan hidup dengan tolok ukur nilai kebendaan saja; seks diubah menjadi bukan apa-apa kecuali sekedar alat memperoleh kenikmatan yang sama sekali lepas dari unsur spiritual. Persoalan ini pastinya akan susah menemukan problem solvingnya, persoalan seks jika terus saja dipahami sebagai sumber kenikamatan sejenak—maka dampak bahaya dari seks pun akan diabaikan.

Kesadaran pribadi akan spritualitas adalah bagian terpenting untuk mencegah seks bebas. Karena jalan untuk menangkal kebebasan seks adalah sifat yang positif. Kebebasan seks perwujudan dari hilangnya iman dan harapan bagi masa depan manusia. Antisipasinya adalah kita harus bisa memberi “wejangan ajaib” pada generasi kedepan berupa suatu tujuan yang luhur tapi tidak bersifat utopis. Dan pendidikan seks harus dilakukan secara aktif oleh semua kalangan dan tanpa menakut-nakuti, tapi harus lebih bersifat menyentuh (membangun iman yang kuat dan spiritualitas yang luhur).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun