Dimanakah kesejahteraan?
Katanya ekonomi sedang susah,
Ralayat hidup payah, tapi aku tak peduli
Aku Dewan terhormat, wakil rakyat yang hebat
Lalang buana luar negeri "atas nama rakyat negeri"
Yang katanya sedang melarat.
Hasilnya aku hanya bisa buat puisi
Kalau negaraku berhutang banyak, apakah aku peduli?
Hamburkan uang atas nama  kunjungan  luar negeri
Ketika mata melihat sidang terhomat, aku wall outdengan gagahnya
Karena aku hanya bisa berpuisi, puisi yang penuh iri dan dengki
Ketika harga sembako menanjak, aku minta negera untuk bangun gedung yang tinggi
Biar kerjaku bisa dihargai, tapi boro boro buat undang-udang hingga jadi
Hanya wancana dan pledoi
Aku hanya bisa buat puisi
Bertanya soal bangsa yang besar
Tapi apa yang pernah aku berikan untuk negeri ini
Hanya  bait bait puisi yang penuh dendam pribadi
Jangankan  memberi hadiah dengan legeslasi
Kaos oblongpun aku tak sanggup beri
Karena aku hanya bisa buat puisi dan mencaci
Aku hanya bisa  berpuisi,
Tutup mata ketika infrastrutur negeri ini telah dibenahi
Dari Papua, aceh  sampai Natuna, kuanggap belum terjadi apa apa
Mungkin aku tertidur ketika di gedung dewan terhormat
Hingga tak tahu hasil hutang telah kembali ke rakyat
Tidak hanya  Jawa yang dibangun, tapi Papua, Sumatera hingga Kalimatan
Mereka mulai tersentuh oleh para pemimpin negeri ini
Rakyat rela biar pun hutang itu terjadi, namun hasinya nyata untuk negeri
Aku hanya bisa berpuisi
Entah sampai kapan akan berhenti
Mungkin ketika ajang pemilu nantiÂ
Kecuali dagelan dan badut  yang akan dipilih lagi
Maka aku bisa berpuisi lagi
Â
Jakarta, 4 September 2017