Mohon tunggu...
Icha Nors
Icha Nors Mohon Tunggu... Guru - ibu rumah tangga, pendidik

Berhenti melihat jam/waktu dan mulai melihat dengan mata\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Nature

Memanfaatkan Lirutase (Limbah Rumah Tangga dan Sekolah) Menjadi Alat Permainan Edukatif

11 Juni 2012   12:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06 12038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama kita hidup, selama itu pula kita berhubungan dengan sampah. Sampah merupakan ekses dari kegiatan kita, kita butuh makan maka kita akan menghasilkan sampah dari kegiatan makan tersebut. Sebelum makan mungkin kita perlu mengupas bungkus atau kulit makanan itu, atau menyisakan beberapa bagian dari makanan kita. Sebut saja kita makan buah maka kulit, biji dan tangkai dari buah tersebut menjadi sampah, kita makan permen pun kita berhadapan dengan pembungkus permen itu, apalagi makanan yang harus dimasak dan ditambahkan dengan berbagai bumbu… pastilah makin banyak sampah yang kita hasilkan. Tak heran jika beberapa Pemda sampai kewalahan mengatasi masalah sampah ini di wilayahnya. Tak terkecuali yang dihadapi oleh banyak sekolah , volume sampah yang dihasilkan cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah peserta didik.

Limbah merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan di lingkungan sekolah. Menurut Ecolink (1996), pada dasarnya limbah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktivitas manusia atau proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang. Mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit. Padahal dengan pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda yang bernilai tinggi secara ekonomis, seni dan edukasi.

Seperti yang pernah saya lakukan dalam memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari aktivitas warga sekolah, industri kerajinan tenun ikat, dan rumah tangga sebagai bentuk kepedulian terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan serta sebagai upaya pelestarian lingkungan dengan cara membuat sumber belajar berbasis limbah/ sampah.

Alat permainan edukatif Lirutase ini mempunyai sasaran untuk anak pra sekolah yaitu 4-6 tahun, dengan harapan dapat memberikan stimulasi pada kemapuan dasar yang dimiliki anak secara optimal dan menyeluruh serta diaplikasikan dengan model pembelajaran Sentra Bermain aktif yang berisi berbagai variasi kegiatan bermain seraya belajar yang merupakan ciri dari kelas berpusat pada anak ( Child Oriented) dan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan anak (Developmentally Appropriate Practice = DAP) serta berbasis pada Kecerdasan Jamak (Muiltiple Intelligent).

Bahan-bahan limbah yang saya maksud di sini seperti: Gelas plastik kemasan, kardus bekas, biji-bijian, Piring kertas bekas hajatan, Ranting kering, Benang limbah industri kerajinan tenun ikat, aneka plastik, Kain perca tenun ikat, Keton benang dan cangkang telor yang hasilnya bisa lihat dalam foto-foto ini:

1. Mobil Pemadam

Gambar 1

Mobilpemadam  : wouw ….keren. Bermain peran mengemudikan mobil pemadam kebakaran :

Meningkatkan kemampuan sosial anak dan melatih daya imajinasi

2.Bunga Pintar A

1339417169555000250
1339417169555000250

Gambar 2

Bunga piring kertas/ plastik: Mengelompokkan benda berdasarkan bentuk( Besar Kecil) dan untuk

pengembangan seni dan motorik halus : Kolase

1339417526518652659
1339417526518652659
Gambar 3

Bercocok tanam:

Mengeksplorasi pikiran dengan berdiskusi tentang hubungan sebab akibat

3. Bunga Pintar B

13394177171034737613
13394177171034737613

Gambar 4

Mengelompokkan benda berdasarkan warna danMembentuk pola dan mengenal konsep bilangan

1339417993890499478
1339417993890499478

Gambar 5

Meronce

4. Boneka Cantik

1339418091797385310
1339418091797385310
Gambar 6

Mendongeng dengan boneka dari keton

5. Gaun Modis

1339418361947903408
1339418361947903408
Gambar 7

Melatih kemandirian : Terbiasa mengurus diri sendiri

13394187251370808412
13394187251370808412
Gambar 7

Modisnya bajuku

6. Topi Panggungku

13394185801602300652
13394185801602300652
Gambar 8

Melatih nilai seni dengan menghias topi

Masalah limbah dan penanggulangannya adalah PR bagi kita bersama utamanya kalangan pendidik karena erat kaitannya dengan kultur masyarakat yang seakan sudah terbiasa membuang sampah sembarangan, sehingga mengubah kebiasaan itu dirasa sulit. Yang harus kita lakukan sekarang adalah membiasakan anak-anak didik kita untuk tidak membuang sampah sembarangan dan mulai mengkonsumsi makanan-makanan alami dan meminimalisir penggunaan kemasan yang tidak dapat terurai ( anorganik).

Untuk itu sudah selayaknya  kita sebagai pendidik,sebagai warga yang bertanggung jawab dan sebagai hamba Allah, untuk melestarikan alam lingkungan ( yang katanya adalah pinjaman dari anak cucu kita) barangkali salah satunya adalah melakukan hal-hal berikut:

  • Gunakan produk organik selama mungkin sepanjang bisa dilakukan, misalnya gunakan kantong plastik berkali-kali sebelum dibuang, gelas bekas air minum, kardus bekas dimanfaatkan untuk keperluan lain atau APE.
  • Perlakukan limbah anorganik dengan baik sehingga masih memberikan manfaat ekonomis dan edukatif.
  • Kembangkan kreativitas agar barang-barang bekas masih terus dimanfaatkan.
  • Kertas dan amplop dapat dipakai berkali-kali ( beri sedikit penjelasan kepada yang mendapat amplop bekas ini agar mereka maklum) atau dapat dibuat kertas daur ulang.
  • Mengurangi sampah dengan cara menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan, misalnya gunakan lap atau handuk kecil daripada tissu,bawa air minum dengan tempat yang aman daripada air kemasan, bawa tas kain jika pergi berbelanja agar bisa mengurangi penggunaan tas plastik.

Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun