Mohon tunggu...
Mikhail
Mikhail Mohon Tunggu... -

Lets discuss about everything

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gerak Cepat Atasi Kelangkaan Bahan Baku Garam untuk Industri

15 Agustus 2017   14:33 Diperbarui: 15 Agustus 2017   18:17 3268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kelangkaan pasokan garam di dalam negeri beberapa pekan terakhir ini ternyata tidak hanya dikeluhkan masyarakat. Kelangkaan si asin ini juga memukul hingga ke sektor industri.

Kelangkaan garam yang terjadi di pasaran mengakibatkan harga garam melambung naik. Keadaan seperti ini diprediksi akan berlangsung sampai tahun depan karena adanya anomali cuaca yang mengakibatkan gagalnya panen garam hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Ketua Asosiasi Biskuit, Roti dan Mie (Arobim) Sribugo Suratmo mengatakan, isu kelangkaan garam telah menghambat produksi makanan anggotanya. "Sangat berdampak waktu itu, stok bahan baku berkurang dan proses produksi agak terlambat," kata Sribugo.

Di industri kimia, kekurangan bahan baku garam juga sempat dirasakan. Direktur PT Asahimas Chemical Eddy Sutanto mengatakan, pihaknya sempat mengalami kekurangan stok garam tiga pekan lalu lalu sehingga menghambat produksi. Eddy bilang, garam merupakan bahan baku utama dalam pembuatan polyvinyl chloride atau PVC. Selain itu, garam juga digunakan untuk produksi natrium hidroksida (NaOH) sebagai campuran pembuatan pulp, kertas, dan detergen. Untuk memenuhi kebutuhan industri, Asahimas Chemical memerlukan sekitar 800.000 ton-850.000 ton garam setiap tahun.

Guna menstabilkan kelangkaan garam maka pemerintah melakukan gerak cepat. Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono menyatakan jika industri dalam negeri saja baru bisa memenuhi 50% kebutuhan garam industri. Hal ini mengakibatkan impor 1,2 juta ton per tahun. "Tapi, tahun ini produksi diperkirakan hanya 100 ribu ton, sehingga impor bisa melonjak tajam," ujar Sigit.

Penyebab anjloknya produksi garam saat ini adalah karena cuaca. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak 2016 lalu saat fenomena La Nina atau turunnya suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik yang menyebabkan musim menjadi tak menentu".

Dalam jangka menengah harus dilakukan upaya menstabilkan pasokan garam untuk konsumsi dan industri pengembang industri garam. Sigit menjelaskan diperlukan lahan seluas 5 ribu hektar mengingat produktivitas lahan garam di Indonesia sebesar 70 ton---80 ton per hektare. Dengan demikian, ketersediaan lahan baru dapat menambah kapasitas produksi garam domestik sebesar 400.000ton---500.000 ton setiap tahun."Lahan seluas itu ga mungkin lagi dong disiapkannya di Jawa, sudah ga ada lahan seluas itu di Jawa. Sekarang itu yang memungkinkan di NTT," ujarnya.

Sigit mengatakan lahan yang disiapkan akan dilimpahkan kepada investor yang berminat menggarap produksi garam. Pengerjaan proyek ini tidak harus dilakukan oleh PT Garam. Perusahaan swasta juga didorong masuk. Salah satu pilot project adalah milik PT Cheetam yang akan menggarap industri garam di atas lahan seluas 1.050 ha. Karena kalau semuanya digarap PT Garam, pasti tidak anggup.

"Ada beberapa pilot project yang sudah dilakukan, seperti Cheetam dulu. Kita tunggu produksinya, kalau cuma produksi 60 ribu ton ya sedikit sekali. Yang paling penting tersedianya lahan dulu," jelas Sigit. Sigit berharap semoga dengan apa yang direncankan pemerintah ke depannya Indonesia tidak lagi mengalami kelangkaan garam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun